Sosok

Mengenang Saat Bersama Raja Gowa Ke-37

Foto : Nur Terbit
Foto : Nur Terbit
Written by nurterbit
Foto : Nur Terbit

Foto : Nur Terbit

Saya dan istri mengapit Raja Gowa ke-37 almarhum I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II (foto dok Nur Terbit)

Saya dan istri mengapit Raja Gowa ke-37 almarhum I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II (foto dok Nur Terbit)

Inilah kisah perjalanan panjang menuju tahta kerajaan YM Raja Gowa ke-37 –  I Maddusila Daeng Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II. Sebuah perjalanan yang penuh perjuangan dan doa, cucuran keringat, air mata, bahkan tetesan darah.

SANG Raja sendiri (mantan Camat Pasar Minggu Jaksel dan Biro Pemerintahan Pemprov DKI Jakarta era Gubernur Ali Sadikin) ini bersama pengikutnya, sempat terusir dari Istana Ballalompoa karena mendapat perlawanan keras dari penguasa setempat.

Ini akibat Bupati Gowa, saat itu (Adnan Puricha Ichsan Yasin Limpo, ponakan dari Syahrul Yasin Limpo mantan Gubernur Sulsel dan Menteri Pertanian), melarang istana dipakai sebagai tempat acara penobatan.

Alasannya, karena Istana Ballalompoa (rumah besar dalam bahasa Makassar) milik Raja Gowa — yang dikelilingi pagar tembok dan gapura besar dan tinggi kokoh itu — dipakai oleh Pemkab Gowa untuk kegiatan Bimtek (Bimbingan Teknis) Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol).

Koq istana  peninggalan Kerajaan Gowa dipakai untuk kegiatan Bimtek Satpol PP? Apa memang Pemkab Gowa tidak punya fasilitas lain untuk kegiatan off door, ruang terbuka, bagi kepentingan dinas? Itulah yang menjadi pertanyaan warga, khususnya keluarga Kerajaan Gowa ketika itu.

Akibatnya, sempat terjadi “insiden” antara rakyat dan pendukung Raja Gowa ke-37 dengan petugas Satpol PP ketika mereka mau masuk melewati gerbang istana Ballalompoa. Saling dorong di pintu, namun pada akhirnya dari pihak kerajaan mengalah.

Penobatan Raja Gowa pun akhirnya digelar di salah satu hotel di tengah Kota Makassar. Jarak Kota Gowa dengan Kota Makassar ini, memang “bertetangga”. Ibarat Jakarta dengan Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang (Jabodetabek).

Akhirnya saya bisa mengucapkan “Alfatihah” buat almarhum YM Raja Gowa ke-37.

“Ikatte mintu Sombayya lebbaka nipassama turuki ri sikuntu tau appa’rasanganga ri butta Gowa” (arti bahasa Makassar ya: Kitalah YM yang pernah disepakati oleh seluruh rakyat di tanah Gowa).

Ketemu lagi video reportase lama ini dari channel YouTube saya, ketika diundang hadir di acara penobatan Raja Gowa ke-37 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan sekitar 9 tahun silam, tepatnya 29 Mei 2016.

Saya dan istri Bunda Sitti Rabiah, jadi MC di satu acara adat budaya Bugis - Makassar (foto dok Nur Terbit)

Saya dan istri Bunda Sitti Rabiah, jadi MC di satu acara adat budaya Bugis – Makassar (foto dok Nur Terbit)

Saya dan istri ikut diundang hadir ke acara penobatan Raja Gowa ini bersama keluarga besar anak cucu Gallarrang Sudiang Kerajaan Gowa. Sekedar diketahui, posisi Gallarrang adalah perangkat pemerintahan Kerajaan Gowa setingkat Camat.

Demikian kisah Bang Nur Terbit kali ini, semoga bermanfaat. Aamiin..

Salam: Nur Terbit

Saya berdiri paling kanan bersama keluarga besar anak cucu Gallarrang Sudiang Kerajaan Gowa (foto dok Nur Terbit)

Saya berdiri paling kanan bersama keluarga besar anak cucu Gallarrang Sudiang Kerajaan Gowa (foto dok Nur Terbit)

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Hadir di Penobatan Raja Gowa Ke-37”, Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/nurterbitdotkom/67a8c26ced641524896443d2/hadir-di-penobatan-raja-gowa-ke-37?page=2&page_images=1

 

Leave a Comment