Wartawan Bangkotan Yang Menolak Bangkot : Catatan Dari Seorang Sahabat. Sebuah Kata Pengantar Khusus Untuk Buku “Lika-Liku Kisah Wartawan” karya Nur Terbit (Nur Aliem Halvaima).
Oleh : Syaifuddin Sayuti • Penulis adalah Dosen, Wartawan Senior, mantan jurnalis MNC Group.
Bangkotan berasal dari kata bangkot yang artinya tua. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan kosa kata “bangkotan” sebagai sudah terlalu tua atau terlalu uzur.
Namun dalam ranah sosial bangkotan kerap dijadikan stigma, sebuah ungkapan merendahkan atau bahkan mengejek seseorang yang sudah tua secara usia dan penampilan namun tak lagi berguna secara sosial.
Nah, kesan soal bangkotan dengan stigma negatif pasti akan sirna begitu mengenal seorang Nur Aliem atau yang saya panggil sebagai Bang Nur.

Perkenalan di Dufan Ancol Jakut. Dari kiri ke kanan: Syaifuddin Sayuti, Taufik Uiek dan saya Bang Nur (dok pribadi)
Saya mengenalnya lewat tulisan-tulisannya di Kompasiana, dan ketemu langsung di sebuah event di Ancol, kalau tak salah ingat.

TRIP BLOGGER ke Tana Toraja (Tator) Sulawesi Selatan. Bang Nur kaos biru (keempat dari kiri) dan Syaifuddin Sayuti (Mas Udin) paling kanan (dok pribadi)
Setelah itu saya kerap bertemu dengan bang Nur di banyak event hingga terlibat di komunitas blogger sebagai admin.
Meski secara catatan angka usia bang Nur lebih senior dari saya, namun jangan tanya semangat menulisnya. Luar biasa produktifnya.
Kadang jika senggang dia bisa melahirkan beberapa tulisan atau postingan blog sekaligus.
Beberapa kawan menilai bang Nur bisa seproduktif itu karena sudah berada dalam masa purna tugas alias pensiun dari pekerjaannya sebagai wartawan.
Kalau saya melihatnya berbeda. Produktifitas bang Nur dalam menulis memang karena ia memiliki passion yang kuat dalam menulis.
Sehingga baginya menulis bukan lagi karena tuntutan pekerjaan, namun lebih kepada kebutuhan mencurahkan isi kepala mengenai banyak hal yang menjadi perhatiannya.
Satu kelebihan bang Nur dibandingkan wartawan bangkotan lain, adalah rasa ingin tahunya yang banyak.
Selain ngeblog dan menularkan kesenangan menulisnyan pada istri dan anaknya, belakangan bang Nur juga menekuni hobby barunya membuat konten video.
Saya melihat sendiri perjuangan bang Nur untuk membuat konten video mulai dari nol.
Tanya sana-sini, berguru ke banyak kawan yang lebih muda, ikut workshop hingga menjadi peserta lomba pun dilakoni.
Hasilnya? Cek sendiri di Youtube, konten video bang Nur yang makin beragam: YouTube.com/Nurterbit
Dengan pencapaian yang dilakukan Bang Nur, apa yang ditunjukkan seolahbangkotan menghapus stigma negatif wartawan . Usia hanya catatan angka saja, namun soal kreativitas Bang Nur boleh diadu (*)
Tulisan di atas ini sengaja ditulis sebagai pengantar buku saya : “Lika-Liku Kisah Wartawan” diterbitkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2020, 9 Februari di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.