Wabah Corona di Indonesia, seolah berpacu dengan berita hoax. Sementara kampanye pemerintah tentang virus ini, masih kalah masif dibanding hoaks yang beredar.
Benarkah demikian?
Tengok saja. Meski saluran-saluran kampanye tersedia, namun belum optimal digunakan. Mengingat Corona virus Wuhan atau COVID-19 / Coronavirus Disease 2019 ini mematikan.
Hal ini terungkap saat acara Hops Event, soft launching Hops Indonesia pada 29 Februari 2020 di Hotel Santika, Jalan Hayam Wuruk Jakarta. Acara ini bertema Belajar Dari Corona, Penyakit Mematikan Itu.
Sejumlah arasumber berkompeten, tampil berbicara. Antara lain DR Moh. Adib Khumaidi, SpOT dokter spesialis ortopedi dan traumatologi sekaligus Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Juga DR. Mahesa Paranadipa, MH – Ketua Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia. Ada juga musisi muda Antoniusditya Abirama Anggoro yang akrab disapa Abirama.
Menurut Hadi Suprapto, Chief of Content Hops.id, kata Hopss bisa diartikan harapan atau lompatan demi masa depan yang lebih baik. Harapan tersebut disampaikan Hadi Suprapto, tentu saja dengan wajah berbinar saat membuka acara soft launching ini.
Hoax Ikut Menyebar Bak Virus
Di Jakarta misalnya, setidaknya berita heboh virus Corona sudah mulai terdengar. Itu terjadi setelah Gubernur DKI Anies Baswedan, belum lama ini mengumumkan ada warganya dalam pengawasan karena diduga terpapar virus Corona.
Beberapa hari setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan ada warganya dalam pengawasan virus Corona, kemudian Menteri Kesehatan Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K) mencoba berusaha menenangkan masyarakat dengan pernyataan yang menyejukkan.
Virus Corona, kata Menkes, belum masuk koq ke Indonesia. Alhamdulillah. Masyarakat mencoba tenang, meski panik buying alias “panik memborong sembako” sudah tidak terhindarkan.
Lalu….
Beberapa hari kemudian, Presiden Jokowi mengumumkan secara resmi, ada 2 orang di Depok, Jawa Barat positif terjangkit Corona. Ibu dan anaknya gadisnya.
Setelah itu masih berlanjut lagi.
Pelaksana tugas Bupati Cianjur, juga menggelar konfrensi pers: ada warga Bekasi yang datang menjenguk keluarganya di Cianjur, dan dirawat karena Corona. Orang ini belakangan meninggal.dikabarkan sudah
Kemudian dibantah lagi. Orang yang mati itu, konon, negatif Corona.
Nah, pusing kan? Yang mana mau dipercaya? Yang satu bilang gak ada Corona, yang dua lainnya bilang sudah ada virus asal Wuhan Cina itu.
Yang tiga lagi? Ya, masih ragu. Masih sibuk nyari “panggung” hehe…
Lalu, seorang dokter wanita, melalui akun sosmednya, tiba-tiba menyalahkan media. Itu karena dia anggap, medialah yang terlalu “bersemangat” memberitakan Corona.
Wartawan pun jadi sasaran dia bully. Sadis kan? Maka ujung-ujungnya, sudah gampang ditebak.
Dari waktu ke waktu, memang akhirnya diikuti pula dengan penyebaran berita bohong. Tentu “virusnya” jauh lebih berbahaya dari wabah Corona itu sendiri.
Berseliweranlah berita-berita yang mengandung hoax. Paling tidak, patut diduga hoax. Berita yang sulit, dan akan tetap sulit dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Coba kita urutkan ya.
Dari berbagai berita tersebut, ada berita serius soal Corona, juga gambar meme, berbagai macam resep tradisional anti Corona, aneka bentuk masker — dari tissue basah sampai masker dari kutang alias BH wanita — hingga yang sekedar “menghibur diri” dari kepanikan. Semuanya lansung viral.
Info Kesehatan Terbanyak Yang Hoax
Lalu sejauh mana penyebaran hoax?
Ketua Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia (MHKI), DR. Mahesa Paranadipa, MH mengutip data Kominfo 2018, setidaknya ada 90 % informasi viral melalui Facebook, dan data Dewan Pers 2018 ada 95 % info kesehatan di WhatsApp adalah hoax.
Dari data hoax tersebut, info kesehatan termasuk tertinggi mengandung hoax. Disusul di urutan ketiga adalah politik dan hoax pemerintahan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, komitmen untuk memberikan pemberitaan yang valid adalah Hops Indonesia/ Hops.ID di bawah naungan Hops Media Group.
Hops Indonesia sebagai multi platform media, memberikan user generated content yang memberikan info valid, edukasi seperti halnya mengenai kasus virus corona guna mencegah hoaks berkembang.
Corona sendiri, mulai ditetapkan sebagai nama virus sejak 12 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia PBB – WHO menetapkan nama 2019-nCOV menjadi Covid-19, singkatan dari coronavirus disease 2019. Diketahui menyebar hingga di luar Tiongkok.
Diungkapkan oleh Dr Moh Adib Khumaidi, SpOT, sejak 20 Februari 2020, sudah ada 75.727 terkonfirmasi, 2.129 meninggal akibat wabah virus mematikan ini.
“Penularan virus Corona, bisa transmisi dari manusia ke manusia via droplet saluran nafas, bersin dan batuk. Kontak dekat personal, menyentuh atau berjabat tangan. Menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus dan menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan,” kata Adib Khumaidi,
Dibuka hotline 24 jam COVID-19 call center 021-5210411 dan 081212123119 sejak 27 Januari 2020.
Sementara itu, Dr Mahesa Paranadipa dalam menyikapi berita yang dianggap hoax, menyarankanh agar berhati-hati dengan judul berita yang bernada provokatif
“Selain itu, cermati alamat situs berita tersebut, periksa faktanya, cek keaslian fotonya. Dan yang tak kalah pentingnya, ikut dan bergabung di grup atau komunitas anti hoaks,” kata Mahesa.
Karenanya, jika masyarakat menemukan konten hoax disarankan agar mengadukan temuannya ke: [email protected]
Maka tulisan ini, Insya Allah, dijamin bukan hoax, atau turut menyebarkan hoax. Tapi mencoba membuka fakta, dan fenomena sosial di masyarakat pasca heboh virus Corona.
Sekian, terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat. Aamiin. Salam. Nur Terbit
Stasiun televisi swasta TvOne ketika menyiarkan berita “Waspadai Virus Corona” — Sumber : Channel YouTube TvOneNews