Banyak stigma di masyarakat bahwa anak “Stunting” itu — di antaranya karena — anak tumbuh secara mini, cebol, kerdil, badan kecil. Benarkah itu?
Stigma itu lansung dibantah oleh Ibu Athalia Ridwan Kamil. Istri Gubernur Provinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil punya alasan sendiri.
“Stunting itu bukan karena tumuh mini, cebol, kerdil dan berbadan kecil,” kata Athalia, lalu mencontohkan sosok Daus Mini, komedian asal Bandung, Jawa Barat yang tingginya di bawah 160 cm.
“Padahal bukan Stunting. Mantan Presiden BJ Habibie juga gak tinggi tapi malah super jenius. Makanya ini perlu disampaikan ke masyarakat, bahwa mereka bukan stunting. Ibu-ibu saja yang protektif,” kata Athalia, yang juga menulis buku cerita anak.
Lalu apa “Stunting” itu sebenarnya?
Beruntung saya dan teman-teman komunitas blogger, diundang oleh Ibu Hj Anifah Qowiyatun, Ketua Yayasan Al Hadi Daycare bersama Mayora menghadiri event “Festival Anak Ceria dan Talk Show Stunting” yang digelar Sabtu, 25 Januari 2020 di Santika Premiere, Palmerah, Kota Jakarta Barat.
Acara ini dihadiri Ibu Wurry Ma’ruf Amin, Ibu Wakil Presiden RI didampingi Ibu Fery Farhati Ganis, istri Gubenur DKI Jakarta, Ibu Athalia Ridwan Kamil istri Gubernur Jawa Barat dan pemerhati anak Kak Seto Mulyadi.
Dari talk show ini, saya sedikit banyak akhirnya mengetahui apa itu Stunting dari para narasumber, yang kepakarannya sudah tidak diragukan lagi.
Menurut Dr Sandy Prasetyo, Sp.OG, pemahaman soal stunting di masyarakat selama ini, adalah anak yang pertumbuhan badannya kecil, bentuk badan kurang tinggi.
“Bisa jadi karena mungkin dipengaruhi faktor genetikorany tuanya. Atau ada persoalanan yang lebih serius,” kata dokter Sandy.
FAKTOR GIZI ANAK
Pada workshop kali ini bertema, “Kenali Stunting dan Cara Mencegahnya”, lebih fokus pada pembahasan bagaimana hambatan pertumbuhan anak karena faktor gizi.
“Pertumbuhan anak dimulai pada 1000 hari kehamilan, dan terus berlanjut ada 2 tahun pertama setelah persalinan anak,” kata Dokter Sandy Prasetyo, Sp.OG dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Lalu timbul pertanyaan, bisakah mengetahui bagaimana kondisi anak jika masih di dalam kandungan? Jangan-jangan sudah terjadi stunting pada anak?
Menurut dokter Sandy, kebetulan dirinya bekerja sehari-hari sebagai dokter, sehingg bisa mendeteksi kehamilan setiap pasiennya.
“Itulah fungsinya kalau ibu hamil disarankan agar sering rajin datang kontrol ke dokter atau rumah sakit,” katanya.
Misalnya pada saat 7 bulan pertama kehamilan (28 minggu ke atas), ibu hamil harus sering kontrol, minimal seminggu sekali untuk mengetahui jika ada kelainan anak yang dikandung. Jadi ada usaha kontrol secara dini.
Misalnya usia dan berat tidak sesuai. Makin dekat persalinan, perlu lebih sering kontrol. Bisa dicek dari semenjak kehamilan.
Athalia Ridwan Kamil
Pendapat lain disampaikan oleh narasumber Athalia Ridwan Kamil. Istri Gubernur Jawa Barat ini mengakui pentingnya pencegahan stunting. Ini harus dipahami oleh para ibu terutama ibu hamil.
Pengalamannya sebagai istri gubernur, diakui banyak sekali para ibu tidak paham apa itu Stunting. Itu sebabnya di Jawa Barat, program pencegahan stunting harus dilakukan secara serentak dan bersamaan dengan unit terkait.
“Selama ini mereka instansi terkait ini jalan sendiri-sendiri. Dinas Kesehatan, BKKBN,” kata Athalia.
Diakui, banyak sekali para ibu tidak paham. Mungkin ada yang sudah paham, tapi malu akan kelainan anak pada tumbuh kembang. Mereka malu ke Posyandu.
Di Bandung misalnya, kata Athalia, sudah terjadi gejala seperti ini. Namun diakui, para ibu jangan merasa putus asa jika anak terkena Stunting.
Yang penting cepat terdeteksi. Juga disarankan agar anak dibiasakan makan ikan terkait pertumbuhan anak.
Beberapa penelitian yang dilakukan Universitas Padjadjaran Bandung, membuktikan hal tersebut.
Atalia juga mengingatkan betapa penting jika anak balita mendapat paparan sinar matahari di pagi hari. “Ingatkan bu kebiasaan orang tua kita dahulu. Bayi dijemur, kayak kerupuk dibolak-balik”.
Farah Amini
Sementara itu, Farah Amini, Anggota Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) Kantor Staf Kepresidenan, juga memperkuat materi dari yang disampaikan narasumber sebelumnya.
Farah Amini juga menyebutkan bahwa 1 dari 3 anak di Indonesia, saat ini diketahui mengalami kurang gizi. Anak gampang diare setelah makan sembarangan.
“Kalau anak suka diare, maka nutrisinya anak akan hilang. Akibatnya tidak bisa tumbuh dengan baik, kurang gizi, cita-cita orang tua pun terhambat. Hal ini diperparah lagi karena perkembangan otak anak tidak jalan,” kata Farah Amini.
Diakui bahwa program 1000 HPK atau “seribu hari pertama kelahiran” hingga sampai 2 tahun, gizi anak harus terjamin karena menyangkut pertumbuhan anak.
Saat ini 1 dari 2 anak puteri di Indonesia mendertia animea. Penyakit anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah lebih rendah dari jumlah normal.
Selain itu, anemia terjadi ketika hemoglobin di dalam sel-sel darah merah tidak cukup, seperti protein kaya zat besi yang memberikan warna merah darah. Protein ini membantu sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Oleh karena itu, tubuh yang tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen akan mengalami anemia. Akibatnya, seseorang mungkin akan merasa lelah atau lemah, sesak napas, pusing, atau sakit kepala.
Farah Amini juga mengingatkan, agar para remaja putri jangan terlalu bangga jika mempunyai badan langsing. Terlalu langsing tidak baik bagi calon ibu hamil saat mempersiapkan persalinan anaknya.
“Jadi jangan terlalu langsing, maunya lingkar lengan kecil. Sebab seorang calon ibu, harus ada persiapan fisik dan mental,” kata Farah Amini.
Prof. Dr. Ir. Netti Harawati, M.Si
Narasumber dari Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi), Prof Dr. Ir. Netti Harawati, M.Si, memberikan pencerahan bagi orang tua murid, termasuk para guru PAUD.
“Guru PAUD perlu memahami dan melaksanakan bagaimana agar mereka terus diberikan edukasi dalam hal pendidikan anak usia dini,” kata Ketua Umum Himpaudi ini.
Diakui, banyak guru PAUD menganggap angka timbangan anak hanya untuk Puskesmas, tapi sebenarnya untuk kepentingan anak itu sendiri.
Orang tua juga harus ikut membantu dalam hal pendidikan anaknya, meski sudah diserahkan kepada guru di sekolah. Tapi ingat, guru tidak bisa sendiri mendidik, karena anak hanya punya waktu 3 jam di sekolah. Istilahnya Sambung belajar di rumah, ini sudah bagian dari kurikulum.
Sesuai disertasi S3 Netti Herawati, dia bersama Fasli Jalal (Kemendiknas) dalam penelitiannya menemukan kalau di kalangan keluarga miskin, ternyata ada juga tumbuh kembang yang baik.
Ini kata Netti Herawati, bukan karena semata-mata karena pola makan. Tapi keluarga miskin dalam memberi makan anak-anaknya, patut dicontoh. Apa itu?
“Ada bahagia. Kami melihat ada senyuman saat memberi makanan anaknya. Ada sentuhannya, cara makannya penuh kasih dan cinta”, kata Netti Herawati.
Diungkapkan, kalau ada kelenjar kita keluar kalau kita bahagia, jadi perlu sentuhan cinta.
Karena itu, kepada para guru PAUD, Netti Herawati selalu menyuruh agar dalam.menghadapi anak didik di sekolah, untuk selalu senyum, salam, usap kepala anak dan doakan anaknya, dipeluk (detak jantung bunda diperlukan anak), lalu dicium 3 kali.
Ada LSM di Australia, bahkan berani mendanai agar ibu-ibu memeluk anak-anak. Karena itu, ia memuji program “Gerakan Bersama” dalam pendekatan keada anak dari Athalia Ridwan Kamil, Ibu Gubernur Jawa Barat.
Mempunyai anak stunting, bukan berarti langit runtuh dan kiamat. Tapi harusnya pelukannya lebih hangat, gizinya dan simulasi diperbanyak.
“Karena itu, kerja sama guru dan orang tua adalah suatu keharusan. Tenaga guru sudah diberikan edukasi agar anak didiknya tumbuh menjadi anak sehat,” kata Netti.
Reiza Broto Asmoro
Lain lagi pengalaman dari selebriti sekaligus Brand Ambasador Le Minerale, Reiza Broto Asmoro. Dia menyarankan agar jangan menganggap anak pertama, sebagai anak uji coba. Anak produk gagal.
“Harus disadarkan sejak dini. Sebelum anak dihamilkan, apa saja yang harus dipersiapkan. Juga kalau cari calon menantu, apa saja persiapan perkawinan, periksa organ produksi yang harus sehat,” kata Reisa.
Yang belum banyak diketahui oleh para ibu, adalah faktor higenis bagi makanan anak. Sehari-hari di rumah harus diawasi makanannya. Anak batuk filek 7 sampai 10 kali setahun sudah mengkhawatirkan. Apalagi musim pancaroba.
“Di rumah, Saya sendiri yang menyusun masalah nutrisi di keluarga. Harus dibiasakan demi gizi anak. Mencegah penyakit sejak dini adalah lebih baik dari pada mengobati setelahnya. Jadi usahakan menurunkan frekeunsi sakit pada anak,” kata Reisa.

Kesibukan di bagian registerasi tamu undangan, peserta.lomba dan komunitas blogger (foto : Nur Terbit)
Lia Amalia, ST, SS, MT
Narasumber berikutnya adalah Lia Amalia, ST, SS, MT dari LPPOM MUI Pusat. Beliau berharap bahwa anak Indonesia juga harus pintar dan berakhlak. Terutama dalam hal memilih makanan yang sehat.
“Makanan anak yang sekarang banyak beredar di Indonesia, kira sebaga orang tua banyak yang tidak tahu apakah halal atau tidak,” kata Lia Amalia.
Di LPPOM MUI, ada program parenting halal, di mana anak dibawa berkunjung ke pabrik makanan yang halal. Melihat dari dekat bagaimana makanan tersebut diolah.
SEKILAS YAYASAN AL HADI
Yayasan Al Hadi Daycare & Presschool, adalah inisiator dari acara Festival Anak Ceria ini. Acara serupa dilakukan pada tahun sebelumnya. Kiprah lebih dari yayasan ini dapat dilihat melalui webs : www.alhadi-daycare.com
Pada acara kali ini, Ketua Yayasan Al Hadi Daycare dan Pre-School, Hj.Anifah Qowiyatun, menyampaikan harapannya kepada para orang tua agar terus menjadi lentera dalam kegelapan.
“Hal ini karena peran seorang Ibu sangatlah berpengaruh dalam tumbuh kembang anak. Dengan adanya ibu hebat, maka akan tercipta generasi yang unggul dan cemerlang,” kata Hj Anifah.
Event nasional tersebut, kata Ibu Anifah, sebagai wadah anak-anak untuk menyalurkan kreativitasnya. Sekaligus rangakaian acara peringatan Hari Gizi Nasional ke-60 pada 25 Januari 2020.
Beragam lomba yang tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak saja. Akan tetapi, para orang tua, guru PAUD, hingga masyarakat umum pun turut berpartisipasi.
“Jika anak-anak berkompetisi dalam lomba mewarnai gambar dan kaligrafi, maka para orang tua, guru PAUD, dan masyarakat umum juga beradu kebolehan dengan memanfaatkan sampah plastik bekas, dalam ‘Lomba Kreasi Daur Ulang, mengubah Sampah Bekas Menjadi Barang Berkelas’.
Acara diawali dengan lantunan QS: Al Mulk 1-15 oleh para Tahfiz Qur’an yang terdiri dari siswa dan siswi Al Hadi. Kemudian, acara dibuka langsung oleh Ibu Wakil Presiden Wurry Ma’ruf Amin.
Dalam sambutannya, Ibu Wapres menyampaikan apresiasinya atas terselenggaranya Festival Anak Ceria dan Talkshow Kenali Stunting dan Cara Mencegahnya, dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional 2020.
“Dalam pencegahan stunting diperlukan dukungan dan sinergi yang baik oleh semua pihak. Sehingga terlahir generasi bangsa yang unggul,” kata Ibu Wurry Ma’ruf Amin (Nur Terbit)