INI RAHASIA SOTO CEKER SURABAYA DI BEKASI by Nur Terbitย
Pagi-pagi Senin 2 September 2024, mampir sarapan di tempat langganan: “Soto Ceker Surabaya” di Jl. Raya Mustikajaya, jelang pintu gerbang perumahan Mutiara Gading Timur, Kota Bekasi.
Harga satu porsi Rp11.000 plus sepiring nasi, air minum aqua gelas gratis. Kalau dipisah Rp13.000,- Saya pilih dicampur, sebab kalau dipisah nanti nasi dan sotonya KANGEN kayak kamu ๐…
Pengunjungnya ramai, rata-rata bawa mobil. Saya saja dan beberapa gelintir yang datang naik motor ๐ Dalam waktu singkat, warung tenda Soto Ayam Ceker ini sudah penuh pelanggan. Kursi semua terisi..
Ini harus saya colek Mas Maryoto (Ketua Komunitas Wartawan 3 Zaman) ๐ Dialah yang memperkenalkan ke saya Soto Ceker di warung tenda yang dikelola Mas Herman dan istri ini .Liputannya ada di sini
Sebelumnya saya sudah pernah bikin konten video YouTube, linknya ada di sini berjudul Nikmatnya Soto Ceker mohon di-like, komen dan subscribe ya ๐
BERBURU MAKANAN ENAK #kisahbangnurterbit #kuliner
Saya barusan sarapan pagi, Selasa 30 Juli 2024, di Mustikajaya, Kota Bekasi di “Soto Ceker Surabaya”. Tempatnya hanya di warung tenda, tepi jalan antara pintu gerbang perumahan Grand Wisata dan Mutiara Gading Timur.
Biar dikata hanya buka “rumah makan” di bawah tenda, tapi pelanggannya rata-rata datang pakai mobil. Hanya saya saja yang mampir menggunakan sepeda motor. Tapi ingat, mereka hanya bisa bawa satu kendaraan (mobil) /, saya malah dua sekaligus: sepeda motor, sepeda dan motor ๐
Seorang wanita muda yang duduk di samping saya di warung Soto Ceker ini, datang dengan Toyota Fortuner warna putih seharga 800-900 jutaan. Waktu selesai sarapan, dia bayar pakai e-banking. Anjir…
“Mbak…sudah saya transfer ya,” kata wanita itu, sambil memperlihatkan bukti transfer e-banking di layar handphonenya kepada pemilik Soto Ceker, sepasang suami-isteri: Mas Herman dan Mbak Novi.
Sebenarnya praktis dan cepat memang bayar pakai e-banking dari pada bayar tunai. Tinggal nanya ke penjual Soto Ceker berapa nomor rekening banknya. Lalu sret… sret, eh sudah terkirim duitnya ke rekening penjual soto ceker.
Beda dengan saya yang masih pakai uang tunai lembaran Rp100 ribu-an. Malah jadi lama menunggu karena Mbak Soto Cekernya masih harus pergi nukar dulu ke tenda sebelah, sesama penjual makanan sarapan pagi.
“Saya makan Soto Ceker, Teh Manis, Kerupuknya satu,” kata saya. Lalu saya masih dapat uang sisa kembalian. Total tidak lebih dari Rp18 ribu. Untuk satu porsi Soto Ceker campur nasi dijual Rp11 ribu, kalau nasinya dipisah dengan wadah lain Rp13 ribu.
“Masnya mau sotonya dicampur nasi, apa dipisah nasinya?,” kata Mbak Ceker, saat awal mesan sarapan pagi soto ceker.
“Dicampur aja Mbak, jangan dipisah. Kasian nasi dan sotonya kalau dipisah, ntar kangen…”. Huuuuu….. penonton teriak, hehehe…
*****
Pertama kali saya tahu Soto Ceker Surabaya ala Mustikajaya ini, bermula dari informasi teman Mas Maryoto, “wartawan tiga zaman” yang tinggal di perumahan Dukuh Zamrud, Mustikajaya. Sama-sama di Kota Bekasi tapi lain kecamatan.
“Kapan-kapan boleh juga makan soto di dekat gerbang MGT (maksudnya, Mutiara Gading Timur). Lumayan enak. Tempatnya di sebelah kanan gerbang, di situ tapi biasanya jam 8-9 suka abis,” kata Mas Maryoto, berpromosi hehe…
Maka pagi itu, saya mencoba mampir di Soto Ceker ini, setelah pulang mengantar istri ke sekolah, tempatnya dia mengajar. Saya videoin warungnya lalu saya teruskan ke Mas Maryoto via japri WA.
“Mas Maryoto, yang ini ya yang pernah mas cerita ada Soto Ayam Ceker di dekat gerbang masuk Mutiara Gading Timur? Di sini juga ada Ketupat Sayur gaya Padang Uda-Uni, yang mana?,” kata saya via japri. Maryoto pun langsung merespon.
“Intinya tetap enak, gak berubah dalam rasa. Hanya saja saya yang biasanya sering berdua sarapan bareng, tapi setelah istri jarang ada waktu pagi jadi mulai jarang mampir lagi,” katanya.
“Coba unjukin foto saya, Mas atau Mbaknya mungkin kenal,” usul Mas Maryoto. Masih lewat WhatsApp.
“Katanya sih dia sudah lupa-lupa ingat, karena kebanyakan pelanggannya. (weih…sombong). Tapi begitu saya perlihatkan fotonya Mas Maryoto, dia baru ketawa,” balas saya.
Entah apa makna dari ketawa pasangan suami istri penjual Soto Ceker Surabaya ini (Mas Herman & Mbak Novi) di Mustikajaya Kota Bekasi ini hehehehe…
“Saya langganan dari awal buka…,” kata Mas Maryoto. “Belakangan agak jarang makan di situ, paling beli sotonya aja, abis istri jarang libur pas pagi hari,” kata dia berterus-terang.
*****
Kami berdua memang termasuk wartawan yang suka “berburu” makanan enak. Makanan murah-meriah tapi disukai banyak orang, tempat dan makanannya legend.
“Soto Bogor Mpok Ida di dekat Diknas Kota Bekasi di Margahayu, juga legend. Saya sudah langganan sejak 15 tahun yang lalu,” katanya, dengan masih mencoba berpromosi.
Saya membathin. Kalau sudah kenal Mpok Ida sejak 15 tahun lalu, bagaimana sekarang Mpok Ida-nya? Jangan-jangan mpoknya sudah nenek-nenek kali ya? hehehe…
“Nanti saya coba lagi, sebab saya memang sering antar isteri ke Diknas Kota Bekasi, kalau berurusan dengan administrasi sekolah dan guru,” kata saya.
Kebetulan saya dan Mas Maryoto memang sama-sama mempunyai istri yang berprofesi guru, juga sama-sama punya istri yang suaminya wartawan. Sama-sama suka berburu makanan enak. Klop kan? ๐
Salam : Nur Terbitย
*Status di atas juga bisa dibaca di Kompasiana berjudul : Serunya Berburu Kuliner Pinggir Jalan


