KOTA MEKAH di malam hari usai waktu sholat Isya, terlihat dipenuhi kerlap-kerlip sinar lampu. Bagai sejuta kunang-kunang beterbangan.
Masjidil Haram, sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, kini sudah dikeliling hutan beton berupa hotel bertingkat. Selain itu, mesjid ini sendiri terus berbenah dengan penambahan berbagai fasilitas tempat ibadah.
Ketika saya umroh pertama kali tahun 1996, masih ada hotel yang terbilang sederhana dengan fasilitas lift model lama. Pendingin ruangan masih ada yang pakai kipas angin.
Ketika kakek & nenek kami berhaji via kapal laut dari Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar era 70-an, beliau masih belanja di “Pasar Seng” yang kini sudah berganti deretan mal.
Saat kami umroh keluarga Desember 2015, rasanya sungguh istimewa. Sebab saat bermalam di Medina, umat Kristiani di Indonesia dan seluruh dunia juga merayakan Natal.
Begitupun ketika tiba di Mekah. Bersamaan malam pergantian tahun (Tahun Baru 2016). Lebih istimewa lagi, umat Islam di Indonesia, Arab. Dan seluruh dunia sedang merayakan Maulid, yakni peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
“Umroh Desember-Januari saat Natal dan Tahun Baru, sama ramainya jika umroh Ramadhan atau Umroh Idul Fitri. Jamaah luber sampai ke halaman masjid dan teras hotel,” kata Pak Ustad, yang menjadi umroh guider kami.
Foto yang ditampilkan untuk mempercantik status FB ini, saya ambil dari balik jendela kamar hotel Pullman Zamzam, atau lebih dikenal dengan sebutan menara jam.
Posisinya persis di areal teras Masjidil Haram, Mekah. Itu sebabnya Ka’bah dan orang yang lagi tawaf, terlihat jelas dari jendela hotel.
Meskipun jarak hotel sangat dekat ke Masjidil Haram, terkadang hanya kebagian teras hotel tempat gelar sajadah, jika terlambat sedikit menuju Baitullah untuk tawaf atau sholat jamaah.
Sudah bisa dibayangkan, bagaimana ramainya jika musim haji. Juga, terbayang bagaimana repotnya jamaah haji berangkat ke Masjidil Haram — karena mereka kebagian hotel yang jauh di atas bukit?
Baca Juga : Asyiknya Umrah Keluarga
Umroh maupun haji adalah memang perjalanan religi. Butuh persiapan mental dan fisik yang prima. Juga penuh perjuangan, pengorbanan, doa dan dana.
Bahkan, ada yang sampai tertipu, gagal berangkat. Itu karena tergiur biaya murah dari biro umroh/haji yang abal-abal.
Karena itu, Allah menjanjikan pahala berlipat ganda bagi yang memenuhi panggilan-Nya. Semoga kita semua diberikan kesehatan, kekuatan dan rezeki agar bisa berkunjung ke “Rumah Allah” ini. Insya Allah. Amin.
(Nur Terbit)