Haji Umroh

Ya Allah, Putriku Merindukan Berangkat Umroh

Written by nurterbit

“Sudah pernah Umroh?”
“Alhamdulillah sih sudah”
“Kapan itu?”
“Sudah lama sekali. Sekitar 6 tahun lalu. Berangkat bersama Papah, Mamah, Om, Tante, Sepupu, Kakek, Nenek. Pokoknya rombongan keluarga deh”
“Wow banyak amat? Biayanya dari mana?”
“Jual tanah warisan peninggalan leluhur di kampung hahahaha…”
“Kalau ada yang ngajak lagi, apa masih mau umroh?”
“Oh..so pasti. Maulah…masak mau menolak rezeki. Tapi siapa yang baik hati mau mengajak umroh? Bukankah sekarang agak susah ke Tanah Suci dalam situasi pandemi Covid19 ini? Pemberangkatan haji aja sudah sudah dua musim haji 2020 dan 2021 dibatalin pemerintah..”

Begitulah sekilas dialog Siti Harfiah Nur (Fifi), putri bungsu saya dengan temannya. Mungkin temannya sengaja mau mengetahui sejauh mana minat dan perhatiannya akan ibadah umroh atau haji.

Juga bagaimana wawasan dia mengenai situasi perjalananan haji dan umroh — yang menjadi impian umat Islam Indonesia bahkan dunia.

Seperti kata pembuka tulisan di atas, kami memang rombongan keluarga pernah umroh Desember 2015. Salah satu anggota rombongan tersebut, ya si Fifi tadi.

Merindukan Umroh, Blogger Umroh

Tulisan putri bungsu saya Fifi di Kompasiana (foto dok Fifi SHN)

Yang namanya kebaikan apalagi itu menyangkut ibadah, tentu tidak dilarang oleh agama kalau dilakukan berkali-kali atau berulang-ulang.

Tulisan Terkait : Naik Haji Yang Dirindukan

Salah satunya adalah menunaikan ibadah umroh. Fifi termasuk yang sampai detik ini masih terus bersemangat ingin  mengulang perjalanan umrohnya.

“Kalau haji biayanya mahal dan antrenya sampai puluhan tahun, bisa umroh saja sudah Alhamdulillah. Tapi  kapan lagi ya Pah, bisa kembali ke Tanah Suci melaksanakan umroh?,” tanya Fifi kepada saya suatu saat.

Pertanyaan soal umroh yang nyaris tak pernah bosan dia sampaikan. Pertanyaan yang wajar gaya generasi milenial.

Fifi termasuk masih anak milenial. Tahun 2019 atau 2 tahun lalu, dia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negeri Makassar (UNM yang dulu bernama IKIP).

Blogger Umroh, Umroh Milenial

UMROH KELUARGA Desember 2015 (foto dok Nur Terbit)

Selama 5 tahun Fifi bergelut buku kuliah, berkutat dari tempat kost ke kampus, sampai kemudian titel sarjana pendidikan (S.Pd) dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) pun disandangnya.

Alhamdulillah, perjuangan panjang terlewati, berliku dan penuh linangan air mata karena berpisah jauh dari orang tua.

Fifi awalnya lulus test setelah mengikuti ujian SBNPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Sebelum tahun 2013, masih menggunakan istilah SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Dia lolos masuk perguruan tinggi negeri — salah satu kampus dari 3 pilihannya — melalui proses testing di kampus Universitas 45 (UNISMA) Kota Bekasi. Adapun jenjang pendidikan mulai TK, SD, SMP, MAN, semuanya di Kota Bekasi, tanah tempatnya “menumpang lahir” karena mengikuti orangtua yang merantau.

Ketiga kampus negeri yang semula menjadi pilihan Fifi itu, adalah : Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan Universitas Negeri Makassar (UNM). Eh, tidak disangka dia lulus di UNM, yang berarti secara tidak langsung Fifi “pulang kampung” dari kedua orang tuanya hahaha …

Yang menarik dan menggugah perasaan kami sebagai orang tua, sebab Fifi ini awalnya adalah “anak mami” atau “anak rumahan”. Artinya, sepulang dari sekolah, dia benar-benar diam di rumah. Mengurung diri di kamar.

Jarang misalnya “ngelayap” kemana-mana. Ke mal, bioskop, obyek wisata, tanpa didampingi orang tua. Bahkan saking “kurang jauh pikniknya”, sejak lahir di Kota Bekasi hingga sekarang ini sudah sarjana, tidak hapal jalan di tempat kelahirannya di Kota Patriot ini. Apalagi misalnya ditanya daerah atau jalan di Jakarta.

Jangan di tanya deh soal nama jalan atau nama tempat, di mana orang banyak berkumpul. Baik di Bekasi atau di Jakarta atau di tempat manapun. Justeru Fifi-lah yang sering bertanya jika ikut pergi bersama kami orang tuanya.

“Kita ini sudah di mana nih pak? Ini masih di Bekasi apa sudah di Jakarta?”.

Atau misalnya ada sepupunya, atau ada anggota keluarga di Makassar bertanya tentang satu tempat di Jakarta atau Bekasi. Fifi nanya dulu ke orangtuanya. Perlu bantuan pemandu lagi. Astagfirullah, anak Papah dan Mamah ini hehehe..

Intinya, dia belum pernah sama sekali berpisah jauh dari orang tua. Lalu tiba-tiba kuliah di Makassar, Sulsel, tinggal di tempat kost, mengurus keperluan pribadi sendiri. Namun ada hikmahnya, semakin membuat dia dewasa dan mandiri.

Fifi juga menambah kesibukan lain. Ikut membantu “magang” mengajar di sekolah TK, melatih anak TK menari. Tapi yang paling terasa pemasukan tambahan uang sakunya, adalah saat dirinya sebagai blogger. Menulis di blog pribadinya https://www.fifishn.com.

Alhamdulillah, dengan kesibukan barunya — yang rupanya terinspirasi dari profesi orangtuanya : ayahnya wartawan dan ibunya blogger.

Dengan tulisannya di blog itulah, dia bisa terima job menulis, mereview produk dari ajakan sesama anggota komunitas blogger.

Ikut lomba menulis meskipun hanya juara harapan atau favorit. Kadang hanya sekedar membawa pulang godiebag, atau contoh produk yang direviw-nya di blog.

Yang pasti, dari jumlah honor tulisannya di blog, bahkan sudah melebihi jumlah uang jajan yang dikirim dari orang tuanya — dan kadang terlambat itu — ketika masih jadi anak kost hahaha…

HAJI MUDA GENERASI MILENIAL

Fifi sebagai putri bungsu, pernah juga berangan-angan ingin berangkat haji. Ini karena melihat anggota keluarga besar kami yang umumnya sudah berhaji. Jauh sebelum adanya kejadian pemberangkatan calon jamaah haji asal Indonesia yang dibatalkan pemerintah.

Bahkan ada anggota keluarga besar kami yang sudah berkali-kali naik haji, dari sejak anak-anak, remaja hingga berkeluarga. Dari sejak haji era kapal laut hingga zaman naik haji menggunakan pesawat terbang.

Andai sudah hidup di zaman Nabi, mungkin mereka berangkat ke Mekah naik onta. Atau minimal naik perahu Phinisi, dari Makassar ke Jeddah, Arab Saudi hehehehe…

Phinisi adalah perahu tradisional buatan masyarakat Bugis di Tanah Beru, Tanjung Bira, Kabupaten Bukukumba, Sulsel.

Kembali ke cerita putri saya Fifi yang generasi milenial ini. Selain sudah menulis buku “Blogger Milenial” dari kumpulan tulisannya di blog, dia juga pernah menulis di Kompasiana soal Haji Muda Milenial.

Baca juga : Saatnya Anak Milenial Raih Haji Muda Dengan Daftar ONH Lebih Awal

Angan-angannya yang melambung tinggi, memacu semangatnya menulis tentang haji karena diiming-iming hadiah. Ketika itu Kompasiana mengadakan lomba menulis bekerja sama dengan Bank Danamon. Fifi ikut mengirim tulisan, meskipun akhirnya tidak terpilih sebagai juara.

Namun, semangat untuk berangkat ke Tanah Suci sepertinya tak pernah padam. Dalam tulisannya di Kompasiana itu, Fifi bersaksi bahwa,
“sudah saatnya anak milenial raih predikat Haji Muda dengan mendaftar ONH lebih awal melalui tabungan haji”. Nah, iya kan, bisa terbaca akan kemana arahnya tulisannya?

Kalau dipikir, saya sebagai orang tuanya, menyadari kalau apa yang dikatakan Fifi, benar juga sih. Sekarang gak bisa lagi bilang “nanti naik haji kalau sudah tua aja ah”. Kenapa?

Ya dengan waiting list sampai 20 tahun ke depan kalau daftar ONH dari sekarang, untuk anak milenial sih fisiknya masih kuat. Masih OK dan masih rokcer.

Lah kita orang tua “geneasi kolonial” begini yang sekarang sudah 50-60 tahun, kalau daftar haji baru sekarang-sekarang ini (2021), ya bisa-bisa nanti berangkatnya sudah kakek-kakek, nenek-nenek hahaha….

Begitulah. Umroh atau naik haji itu adalah panggilan langsung dari Allah. Segala sesuatunya ditentukan oleh-Nya. Kita sebagai manusia hanya bisa berencana, Tuhanlah yang menentukan dan mengabulkan, jadi tidaknya renacana kita itu. Seperti harapan putri saya Fifi yang ingin umroh lagi.

Betapa banyak orang yang sudah antre di deretan “waiting list”, sudah siap mental, sudah siap biaya hidup bagi keluarga yang ditinggalkan selama umroh atau haji.

Namun kenyataan berkata lain. Datang virus pandemi Covid19. Otoritas pemerintah Arab Saudi membatasi datangnya calon jamaah haji dari negara lain, kecuali hanya warga Saudi saja.

Baca Juga : Ketika Batal Berangkat Haji Kecewanya Tuh Di Sini

Semoga doa siang malam, dan harapan putri saya Fifi yang ingin umroh lagi bisa terkabul, entah kapan itu waktunya. Hanya Allah yang bisa menjawab doa hamba-Nya. Wallahu a’lam bissawab. Aamiin…

Salam,

Nur Terbit 

Leave a Comment