Raodah (Raudhah), adalah suatu tempat di dalam Masjid Nabawi yang dibatasi dengan tiang-tiang putih. Raodah dianggap sebagai tempat yang mulia. Pernah diriwayatkan Nabi sebagai “Taman di antara Taman Sorga”.
Dengan pertolongan Allah — saya berhasil masuk bahkan sempat sholat sunnah di depan mimbar Nabi Muhammad. Kenapa saya bilang dengan “pertolongan Allah” sampai berhasil sholat sunnah di depan Raodah, sebab untuk mencapai tempat maqbul ini penuh dengan perjuangan.
Coba saja bayangkan. Seperti sebuah mukjizat, ketika baru saja duduk menghadap mimbar, tiba-tiba Askar (polisi Arab) membuka plastik putih tebal yang digunakan sebagai pembatas jamaah itu. Dan, saya dalam tempo beberapa menit saja, sudah ikut hanyut terbawa arus jamaah yang juga tiba-tiba mendorong saya untuk ikut mengalir bagai air bah itu.
Jamaah umrah dari berbagai pelosok negeri, selama kami di Madinah seolah tumpahruah. Mereka juga mengidamkan dua tempat ini untuk berdoa — makam rasul dan Raodah — sebagai lokasi favorit, baik bagi jamaah haji maupun umrah.
Jumat 25/12/2015 dinihari, merupakan sholat jamaah Subuh pertama — sekaligus sholat Jumat berjamah di Madinah. Saat menjelang malam sekitar pukul 21.30 waktu Madinah, kami memasuki hotel yang tak jauh dari Masjid Nabawi.
Ada puluhan merpati mendekat, lalu hinggap di dekat para jamaah. Saat itulah berlangsung kegiatan yang sama sekali tidak terkait langsung dengan pelaksanaan ibadah umrah, yakni berfoto selfie dengan latar belakang burung merpati. Ternyata di balik prosesi ibadah, ada juga yang non ibadah hehehe…..
Suhu di kota Madinah mulai dingin mendera. Berdasarkan gambaran cuaca dari aplikasi di handphone saya, pukul 07.00 pagi mencapai 10 derajat celsius, sehingga tubuh terasa menggigil. Menjelang pukul 09.00 hingga tengah hari hanya sedikit bergeser ke angka 11derajat.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana dinginnya nanti di Mekah yang mencapai 8 derajat celcius. Padahal di Jeddah yang masih satu bagian dari wilayah Saudi Arabia, suhu masih 20 derajat celcius. Cuaca panas seperti di Mekah, hanya sedikit berbeda dengan di Makassar dan Jakarta yang saat itu 21 derajat celcius.
Acara pertama diawali dengan makan malam lalu masuk kamar hotel sesuai nomor pembagian masing-masing. Setelah berbenah dan mandi malam serta sholat Isya yang digabung Magrib, waktu sempit ini dipergunakan untuk istirahat. Jelang Subuh sudah dibangunkan. Sholat Subuh berjamaah bersama istri dan anak di masjidil Nabawi, Medinah. Beberapa saat setelah sholat sunnah, adzan Subuh pun berkumandang.
(masih ada lanjutannya, ikuti terus pengalaman umrah saya…)
Abis baca perjalanan pak Nur malah nambah ilmu nih. Cerita tentang untanya. Terima kasih pak
@Ipeh Alena, terima kasih sudah mampir di sini. Itu saya simpulkan dari literatur buku2 tentang haji dan umrah…biar memperkaya cerita umrah karena kebetulan kisah terkait asal-usul berdirinya Masjid Nabawi Madinah…