Keluarga Kesehatan

“Sadari”, Cara Deteksi Dini Kanker Payudara

foto dok pribadi
foto dok pribadi
Written by nurterbit

Berada di antara kumpulan emak-emak cantik,  sebagai lelaki tentu saja cukup risih. Apalagi yang dibahas masalah kanker payudara, wow gimana gitu.

Coba saja dengar cuplikan pembicaraan mereka. Seorang dokter wanita, yang menjadi narasumber dalam pertemuan ini, memberi pengantar seperti ini :

“Untuk mengetahui adanya kanker payudara sejak dini, seyogyanya melakukan ‘Sadari’ atau Periksa Payudara Sendiri,” kata ibu Petsy, narasumber yang juga dokter itu.

Itulah sekilas suasana acara yang digelar Tupperware di The Skywalk, Lantai 2 Pondok Indah Mall,  Jakarta, Sabtu 20 Oktober 2018 silam. Acara yang bertema “Breast Cancer” ini, menghadirkan Dr Petsy yang  membahas seputar Breast Cancer.

Jadi jelas sekarang kan? Acara yang membicarakan kanker payudara. Nah, risih gak? Seorang lelaki berada di tengah para wanita. Ikut mendengarkan pembicaraan soal kanker, mengenai seputar payudara pula. Perangkat “halus” yang dimiliki para kaum Hawa.

Modus? Koq lelaki bisa menyusup di antara lawan jenis? Gak jugalah.

Ini kemauan saya sendiri untuk ikut bergabung. Kumpul bareng emak-emak membahas masalah kanker payudara.

Bukan karena modus atau lebay. Yang pasti, yang namanya kanker, terutama kanker payudara, punya jalinan cerita khusus bagi saya. Karena itu, sungguh saya berkepentingan soal kanker, khususnya kanker payudara. 

Saya bahkan sering dan rajin ikut kegiatan workshop, seminar atau apa saja mengenai kanker. Bahkan ikut kampanye peduli kanker payudara. 

3 ALASAN HADIR DI ACARA PEDULI KANKER PAYUDARA

Ada 3 alasan yang mendorong saya — sebagai lelaki tentunya — harus datang di acara Tupperware yang mengupas soal kanker payudara ini.

  • Pertama, ibu saya meninggal setelah gagal melawan kanker payudara.
  • Kedua, mertua lelaki saya wafat dengan kanker otak. Jauh sebelum ibu saya terjangkit.
  • Ketiga, putri saya tiga kali operasi untuk mengangkat tumor di tulang ekor, payudara dan ketiak.

Kanker yang menyerang ibu saya, dimulai dari benjolan di payudara. Lalu dioperasi (bedah) dengan mengangkat payudara sebelah kiri, selanjutnya dikemoterapi (disinar-X). Rambut beliau sampai rontok. Berguguran.

Tidak selesai sampai di situ. Kanker yang menyerang ibu, berpindah ke payudara sebelah kanan. Tentu saja bagian kiri sudah rata. Maka, tidak ada jalan lain, payudara kanan pun menyusul diangkat. Dibedah hingga rata. Serata dengan yang kiri.

Meski kedua payudara ibu sudah hilang dan rata pasca operasi, bukan berarti selesai pula penderitaan ibu.

Kanker tersebut berpindah sasaran. Dari payudara ke kepala. Ya, kanker  itu mulai menyerang ke otak ibu.

Kamisemua pasrah. Dokter juga angkat tangan. Kanker berhasil merenggut nyawa ibu.

Waktu itu, memang belum ditemukan obat kanker, atau setidaknya ada obat yang mampu menangkal mengganasnya kanker yang mematikan ini.

Itu dibuktikan oleh dokter yang menangani ibu saya. Di saat ibu menjalani rawat jalan, dokter tersebut sengaja sekolah ke Amerika, mengambil “spesial” bedah kanker payudara.

Bahkan, adik lelaki saya — yang ketika ibu rawat di rumah sakit  masih kuliah di Fakultas Farmasi — sengaja mengumpulkan resep obat ibu dari dokter untuk dipelajari.

Ternyata, “tak satu obatpun yang diberikan dokter kepada almarhumah ibu, khusus untuk mengobati kanker payudara. Semua yang ada di resep, hanya obat penahan rasa sakit,” kata adik saya, setelah sudah jadi apoteker.

Putri saya sendiri, seperti yang sudah diceritakan di atas — tiga kali operasi mengangkat tumor di tulang ekor, payudara dan ketiak itu — Alhamdulillah, masih diberi umur panjang hingga saat ini.

Itu sebabnya, selain saya sendiri yang datang ke acara “breast cancer” ini, saya juga sengaja membawa putri saya didampingi ibundanya.

Demo masak makanan sehat, usai pemaparan Dr Petsy (kanan) -- foto dok TDB

Demo masak makanan sehat, usai pemaparan Dr Petsy (kanan) — foto dok TDB

UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT KANKER PAYUDARA

Apa itu kanker payudara dan apa penyebabnya? Dokter Petsy mengakui, sebenarnya memang tidak ada penyebab kanker payudara. Yang ada hanya faktor resiko payudara.

“Sejauh ini, para kalangan ahli medis, juga belum menemukan faktor penyebab kanker payudara,” kata dokter Petsy.

Yang baru ditemukan, hanya faktor resiko terjangkitnya kanker payudara. Karena itu, kita harus menjaga pola makan dan gaya hidup menjadi lebih baik.

Menurut Petsy, beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan kanker payudara. Bisa dari usia, pola makan, cara mengolah makanan, gaya hidup, dan kurangnya olahraga.

Karena itu, sebagai upaya untuk mencegah munculnya penyakit kanker, di antaranya perlu berolahraga seminggu minimal tiga sampai dengan empat kali dalam seminggu. Masa tenggang waktu 30 sampai 40 menit.

Selain itu, kata dokter Petsy, harus mengurangi makanan yang diproses dengan cara digoreng. Kalau pun terpaksa makan “gorengan”, maka cukup dua kali saja dalam seminggu.

“Begitu juga minyak yang digunakan. Sebaiknya jangan lagi dipakai lebih dari dua kali pemakaian,” saran Petsy.

Karenanya, makanlah makanan yang mempunyai lima warna dalam satu porsi makanan, dengan 50% sayur dan buah.

Selain makanan yang digoreng, makanan yang dibakar juga agar tidak dikonsumsi. Disarankan, justeru sebaiknya makanlah makanan yang direbus atau dikukus.

Yang lebih penting lagi, lakukan Sadari (Periksa Payudara Sendiri), sebagai upaya mendeteksi secara dini adanya gejalanya kanker payudara.

Caranya, periksa payudara sendiri setiap pagi selama lima menit. Area yang diperiksa, mulai dari atas dada sampai dengan di bagian atas pusar.

Dalam kesempatan workshop ini,  Tupperware Indonesia juga mengadakan demo pengolahan makanan sehat.

Satu di antaranya yakni pembuatan salad dari bahan beberapa sayuran. Di antaranya sawi, wortel, kol ungu, jagung, dan timun.

Semua sayuran ini diiris tipis kemudian dicampurkan mayones. Setelah rata, salad bisa langsung dikonsumsi. Makanan ini cocok sebagai camilan baru yang lebih sehat.

Komunitas Blogger TDB usai mengikuti demo masak makanan sehat, dan pemaparan Dr Petsy mengenai kanker payudara -- foto dok TDB

Komunitas Blogger TDB usai mengikuti demo masak makanan sehat, dan pemaparan Dr Petsy mengenai kanker payudara — foto dok TDB

Selama workshop berlangsung, diumumkan pula bahwa Tupperware Indonesia akan mendonasikan Rp 100 juta dari hasil penjualan produk Ichigo Complete Set, untuk menyediakan alat deteksi dini kanker payudara.

  • Produk Ichigo Complete Set yang dijual tersebut terdiri dari :
    • Sepuluh kotak, di antaranya dua pink Ichigo Large dengan ukuran 1,75L/20,5 x 20,5 x 6,4 cm.
    • Dua pink Ichigo Medium dengan ukuran 960ml/16,7 x 16,7 x  5,5 cm.
    • Dua Ichigo Round dengan ukuran 520ml/ d:15cm, t: 4,6cm.
    • Empat Petite Ichigo dengan ukuran 200ml/ 10 x 10 x 3,5 cm.

Jadi, dengan membeli produk Ichigo Complete Set seharga Rp.600.000, Anda sudah ikut berpartisipasi dalam mewujudkan penyediaan alat deteksi dini kanker payudara.

Yang juga menarik, peserta workshop datang menggunakan busana khas. Peserta wanita memakai busana warna pink, dan lelaki berpakaian putih termasuk saya.

Makanya, sungguh menyolok kehadiran diri saya berbusana putih, duduk di antara emak-emak cantik berbaju pink, ikut bersama-sama mendengarkan pemaparan dokter Petsy soal resiko penyakit kanker payudara. Hm….peristiwa langka hehe...

Di acara “Breast Cancer” ini, Tupperware Indonesia bekerjasama dengan Lovepink, organisasi yang fokus pada kesadaran kanker payudara.

Kehadiran komunitas Lovepink tidak hanya mendampingi sesama perempuan pengidap kanker payudara, namun juga menjadi sahabat yang saling berbagi dukungan moral.

Jadi, pelajaran penting yang bisa dipetik soal kanker payudara dari acara workshop ini, yakni SADARI: Periksa Payudara Sendiri. Jika terdapat benjolan, segera periksakan ke dokter.

Itulah carap palingefektif mendeteksi secara dini kanker payudara. Salam (Nur Terbit).

Suasana workshop peduli kanker payudara bersama Tupperware dengan pemaparan Dr Petsy — foto dok TDB

2 Comments

Tinggalkan Balasan ke nurterbit X