Ketika saya menulis artikel ini di blog pribadi, 09 Juli, 2010, ada pembaca blog saya protes, meski kurang fair karena menggunakan nama Anonim.
“Berita ini tahun kodok, tidak di update ya?” tulis Si Anonim itu. Boleh baca beritanya DI SINI
Lalu saya berjanji kalau nanti ada perkembangan baru maka saya akan update lagi berita terkininya. “Ini berita yang saya tulis di Harian Terbit, dikutip saat itu juga, terima kasih koreksiannya…nanti kalau ada waktu saya akan update kembali…,” jawab saya di kolom komentar blog pada postingan 06 September, 2011.
Tujuh tahun setelah postingan itu tayang di blog pribadi www.nurterbit.blogspot.com, tiba-tiba ada seseorang bernama Yunus Mustari mengirim kabar terkini ke email saya:
Bung… Saya barusan baca blognya tgl 23 april 2010 tentang calo di atas kapal pelni yg menjual tempat tdr. Sebagai Wartawan bisa tdk sampean mencari berita tersebut secara melihatnya langsung,krn sampai sekarang calo tempat tdr itu masih tetap ada dan salah satunya dipelabuhan makassar. Dan seperti dibekingi dan anehnya Polisi kp3 dan satpam kapal seakan pura2 tdk tau. Mksi..
Saya pun membalasnya segera via email juga. “Wah masih berlangsung sampa sekarang rupanya ya? Padahal tulisan saya itu saya posting tahun 2010 atau 7 tahun yang lalu. Terima kasih infonya. Salam”. Selengkapnya ada di link INI
Janji Tinggal Janji
“Kami akan berantas percaloan dan aksi preman. Ini demi keamanan dan kenyamanan penumpang baik menjelang naik ke atas kapal maupun selama pelayaran, ” kata Dirut PT Pelni, Jussabella Sahea, didampingi GM Pelni Tanjung Priok, Kapten Daniel Bangun kepada saya.
Ketika itu saya mewakili Harian Terbit, selaku wartawan dalam jumpa pers di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (13/09).
Penumpang juga mengeluhkan penyewaan kasur yang sebenarnya sudah satu paket dengan harga tiket ekonomi. Besarnya tarif sewa kasur, tergantung dekat-jauhnya jarak tempuh pelayaran. Bahkan kebersihan WC dan persediaan air untuk mandi, juga dikeluhkan penumpang karena sering macet.
Dirut PT Pelni Jussabella Sahea kepada Komisi V DPR yang datang melakukan sidak, berjanji akan mengusut dan menertibkan segala permainan dan aksi percaloan, premanisme menjelang naik dan selama berada di atas kapal.
“Untuk kenyamanan di areal pelabuhan, kami bekerja sama dengan polisi KP3 dan Pelindo, dibantu petugas Satpam kapal. Mitra kami ini sudah bekerja sejak arus mudik H-15 sampai H+15 arus balik,” kata Jussabella.
Pihaknya juga menjamin, tersedianya angkutan mudik lebaran yang nyaman, aman dan murah melalui angkutan kapal laut, dibanding menggunakan moda transportasi jeni lain.
Berdasarkan pantauan saya hari itu, suasana arus mudik di Pelabuhan Tanjung Priok pada H-8, Minggu (13/9), terlihat sepi. Terminal Keberangkatan Penumpang Nusantara Pura 2 tampak lengang. Tidak terlihat penumpukan penumpang maupun kendaraan. Padahal, sebelumnya pada H-9 jumlah pemudik mencapai 910 orang sehingga terjadi antrean panjang.
Kepala Terminal Penumpang, Budi Utoyo, pada H-9 kemarin penumpang memang berdesakan dan berebut untuk masuk pintu utama penumpang. Tetapi, untuk hari Minggu ini memang sepi karena tidak ada jadwal pemberangkatan. Lonjakan penumpang di Tanjung Priok diperkirakan akan terjadi pada H-3, Jumat (18/9).
GM PT Pelni Tanjung Priok, Kapten Daniel Bangun mengatakan, untuk mengantisipasi lonjakan, pihaknya telah menyiapkan 28 kapal penumpang yang melayari rute barat dan timur. Diperkirakan lonjakan tahun ini mencapai 10 persen.
Pemudik yang akan menggunakan jasa kapal laut pada Jumat (18/9), tersebut pada umumnya tujuan Indonesia bagian barat, yakni Belawan dan bagian timur menuju Makassar.
“Lonjakan kemungkinan terjadi pada Jumat. Penumpang akan menuju Belawan menggunakan KM Kelud dan ke Makassar dengan KM Sirimau lewat Semarang, Batu Licin,” kata Kepala Operasional PT Pelni, Murdiyoto.
Nah, itu kejadian tujuh tahun lalu yang saya posting di blog pribadi www.nurterbit.blogspot.com. Eh tiba-tiba Mei 2017 ada seseorang bernama Yunus Mustari mengirim kabar ke email saya.
Ya itu tadi. Mengabarkan kalau di kapal PT Pelni masih tetap berlangsung praktek pungli, bahkan terkesan makin subur dan dilindungi oknum aparat. Artinya ini bukan tahun kodok lagi, tapi tahun yang masih berlangsung sekarang ini. Nah lo….
Salam,
Nur Terbit
Waaah, banyak pungli ya
Betul Kang, saya nulis 7 tahun lalu, eh masih ada saja sampai sekarang. Terima kasih sdh mampir di sini kang. Salam…
menurutku ini sudah mengakar dari yang atas dan sangat susah kalau katakan dihilangkan, setidaknya diminimalkan. karena ini udah urusan perut mas nur.
Betul Mas Deddy, seharusnya petugas Pelni jangan ikut larut dan terkesan membiarkan. Ini kan kapal penumpang, tentu orang membayar tiket agar mereka mendapat pelayanan yang sebanding, apalagi kan perusahaan BUMN dari Kemenhub…terima kasih sudah mampir di sini, salam
Seolah sudah mengakar yang namanya pungli di negeri ini. Bukan cuma di kapal kang. Dimana-mana, meski gak di semua aspek
Setuju mas Syuhada, pungli ada di mana-mana, dan di kapal penumpang adalah salah satu contoh kecil. Lah mana tuh Siber Pungli yang dibentuk Presiden Jokowi? semoga bisa memantau sampai ke atas kapal hehehe….terima kasih mas, sudah mampir, salam
Tanjung priuk memang banyak premannya, harus hati-hati….
Makanya menyebut Tanjung Priok, orang akan paham, hehehe….saya bujangan di Tanjung Priok dari tahun 1980-an hehe…salam
miris melihatnya.. sama halnya dengan yg saya alami. Banyak kejanggalan dengan pelayanan kapal penumpang. dari penjualan tiket sampai dengan dapat tempat duduk di kapal pun penuh drama. Aneh ketika melihat tiket telah terjual habis, tetapi petugas masih bersedia menerima pesanan puluhan calon penumpang yg belum dapat tiket. Aneh ketika sudah dapat tiket dengan seat, eh sesampai di kapal ternyata harus ngemper alias tidak dpt tempat duduk sesuai tiket tercetak. Jika ingin dapat tempat duduk harus membayar sejumlah uang lagi. Saya benar2 kecewa dengan pelayanan PELNI.
Terima kasih sudah mampir di sini mas Irul. Semoga ke depan pelayanan Pelni lebih baik, agar tidak ada lagi penumpang kecewa dan merasa dirugikan…