Pers

Pengalaman Jadi Wartawan Olah Raga

Written by nurterbit

Bernostalgia ke “markas” wartawan olah raga di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Meski tidak pernah secara khusus jadi wartawan olah raga, tapi pada PON XI tahun 1980-an ditugaskan kantor memperkuat tim liputan PON.

Sebagai reporter olah raga dan meliput pertandingan, terasa berbeda kalau meliput bidang lain. Minimal harus mengerti dan tahu cabang2 olah raga.

Lah, saya waktu itu lebih banyak liputan hiburan, hukum kriminal, perkotaan, sosial keagamaan dan sedikit nyenggol2 berita politik. Jadi ketika tiba2 ditugaskan meliput olah raga PON, serasa masuk rimba raya. Yang saya tahu, cuma pertandingan sepak bola, itu pun lebih banyak jadi kiper hehehe….

Saat PON XI berlangsung di Senayan, saya ditugaskan meliput pertandingan basket, tenis, dan beberapa cabang olah raga lain. Tim DKI Jakarta merajai pertandingan, dan halaman koran sore tempat saya bekerja diwarnai oleh berita2 PON hasil liputan saya dari lapangan.

Sekali waktu, berita saya diprotes oleh pendukung tim daerah di kuar DKI Jakarta. “Gimana sih ini wartawannya. Nulis beritanya keliru, masak tim DKI Jakarta kalah, koq ditulis menang?”. Saya pun meralat beritanya dalam pertandingan berikut. Kan begitu wartawan kan?

Untungnya cuma ditegur bos pemred di kantor, gak sampai dipecat hehe…Saya pun belajar dan berusaha lebih cermat lagi menulis berita. Sejak saat itu, liputan berita olah raga saya dari arena PON pun, tidak lagi dikomplain pembaca.

Apa rahasianya? Ini dia. Saat pertandingan berlangsung, saya tidak pernah jauh2 dari orang yang bertugas sebagai komentator — yang lagi live bersama reporter RRI atau TVRI. Waktu itu media belum seramai sekarang. Belum ada TV swasta, belum banyak koran harian apalagi media online

Dari komentator yang mengulas jalannya pertandingan inilah, saya mengutip untuk bahan berita selain memotret untuk illuatrasi. Toh media saya lain, koran cetak dan mereka elektronik. Biasanya komentator itu mantan atlit atau pelatih, sehingga tidak diragukan lagi pengetahuan olah raganya.

Jadi, wartawan olah raga itu memang lain. Baik teknik liputan maupun cara mengemas beritanya. Saya salut dengan reporter olah raga, dan saya bangga pernah menjadi bagian dari mereka. Salam olah raga….. (GBK Senayan, Selasa/23/02/2016)

Tulisan ini juga menghiasi di beberapa akun media sosial saya :

4 Comments

Tinggalkan Balasan ke nurterbit X