Kuliner

Wow, Begini Rasanya Daging Bebek Itu Toh?

Resto Bebek Kaleyo Grand WIsata Bekasi (Foto: Nur Terbit)
Resto Bebek Kaleyo Grand WIsata Bekasi (Foto: Nur Terbit)
Written by nurterbit

Sungguh, selama hidup saya tidak pernah makan daging bebek. Entah apa alasannya. Rasa dan aromanya saja yang membuat perbedaan jika makan daging ayam.

Yang pasti satu keluarga saya di rumah, tidak satu pun yang pernah makan bebek. Tapi entah kenapa, begitu bermukim di Jakarta, semua makanan “aneh-aneh” pun disantap.

Apa yang dulu tidak pernah disentuh waktu masih di Makassar, eh begitu berada di perantauan Kota Metropolitan, menjadi biasa dan lama-lama sudah terbiasa. Satu contoh, ya bebek itu.

Sejak masih tinggal dan sekolah, kuliah di Makassar, belum pernah merasakan bagaimana rasanya daging bebek itu.

“Orang Makassar itu banyak yang tidak makan bebek loh Pak, termasuk keluarga kita. Kenapa rupanya? Ya, gak tau deh,” kata istri saya, tanpa memberi alasan.

Berbagai jenis bebek goreng yang ditawarkan (foto : Nur Terbit)

Berbagai jenis bebek goreng yang ditawarkan (foto : Nur Terbit)

Selain bebek, kebanyakan orang Makassar juga tidak suka makan ikan Lele. Sekalipun di Jakarta lebih dikemas dengan baik dan disandingkan dengan daging ayam. Namanya Pecel Lele dan Pecel Ayam. Tokh tidak membuat menu kuliner ini langsung menjadi pilihan kaum etnis Makassar.

Anehnya, daging kuda, malah disukai oleh warga di salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan itu. Ada yang dagingnya dibuat coto (bukan soto) khas Makassar, namanya coto kuda. Juga ada yang daging kuda yang dibuat sate.

Menu ini gampang diperoleh jika berkunjung ke Kabupaten Jeneponto, penghasil kuda dan penikmat coto kuda. Oh ya, beberapa waktu lalu, coto dan sate kuda ini sudah merambah ke Pulau Jawa, sebutan orang Makassar untuk daerah Ibukota Jakarta. Salah satunya, pernah saya dapatkan di sekitar pemukiman warga. Tepatnya di Perumnas III Kota Bekasi. “Kalau sate kuda sih, sudah banyak dijual,” kata teman tadi.

Menunggu orang tua mereka memesan bebek goreng (foto : Nur Terbit)

Menunggu orang tua mereka memesan bebek goreng (foto : Nur Terbit)

Bebek Kaleyo

Nah, kembali ke soal cerita daging bebek. Banyak alasan kenapa belum tergerak lidah ini untuk mencicipi daging bebek. Tak tahu bagaimana menjelaskannya.

“Mungkin ada sejarah, atau ada pengalaman masa lalu?,” kata seorang teman mencoba memancing penjelasan. Tapi bagaimana ya? Ibarat benang kusut, susah untuk mengurainya. Apa dan kenapa tidak menyukai daging bebek.

Sebagian orang menganggap daging bebek itu berbau amis, dagingnya alot dan bentuknya menggelikan. Belum lagi jika profilnya. Misalnya melihat mulut bebek, belum lagi komposisi kakinya yang tidak seperti hewan lain yang punya jemari.

Beberapa kali diajak teman makan bebek, tapi dengan cara halus, saya malah memesan daging ayam. Padahal saat menyantap kuliner satu ini, teman tadi, sudah berkeringat karena berusaha berjuang melawan pedesnya sambel bebek goreng yang dipesannya. Saya sih, anteng-anteng saja. Lah makannya kan daging ayam, hehehe…..

Bebek goreng kremes pesananku, siap disantap (foto : Nur Terbit)

Bebek goreng kremes pesananku, siap disantap (foto : Nur Terbit)

Grand Wisata Bekasi

Nah, Sabtu (2/5) kemarin, adalah sebuah sejarah baru dalam kehidupan saya. Untuk pertama kali merasakan daging bebek goreng bersama istri di Bebek Goreng Kaleyo Grand Wisata Bekasi. Kebetulan lokasi ini sudah menjadi rute khusus setiap hari saat mengantar istri pergi mengajar di sekolah TK-PAUD tak jauh dari Grand Wisata.

Begitu sampai di gerbang Bebek Kaleyo, ternyata sudah antre sejumlah pengunjung. Bahkan di dalam rumah makan ini, sudah terisi penuh pula kursi dan mejanya dengan penikmat bebek goreng. Saya bersama istri lalu memutuskan mampir, mengingat perut memang sejak dari tadi sudah melantunkan irama keroncong, alias sudah keroncongan hehehe…

Ramainya pengunjung, rupanya karena pada hari itu memang berlangsung acara grand opening Bebek Kaleyo Grand Wisata. Dari petugas yang melayani kami, resto bebek ini udah punya 15 cabang yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Bandung. Khusus untuk Grand Wisata adalah cabang ke-15. Wow…peningkatan pesat ya?

Menunya cukup banyak yang bisa dipilih. Ada bebek goreng kremes, bebek cabe ijo, bebek rica-rica, bebek peking, dan bebek bakar. Buat yang tidak suka bebek, ada daging ayam yang bisa jadi pilihan. Menu ayamnya ada ayam goreng kremes, ayam sori, ayam cetar,dan masih ada beberapa menu lain.

Sekeluarga menyantap bebek goreng Kaleyo, sementara yang lain masih antre menunggu pesanan untuk selanjutnya membayar ke kasir (foto: Nur Terbit)

Sekeluarga menyantap bebek goreng Kaleyo, sementara yang lain masih antre menunggu pesanan untuk selanjutnya membayar ke kasir (foto: Nur Terbit)

Selain bebek dan ayam, Bebek Kaleyo juga punya menu Tumis Sang Buaya yang terbuat dari sayur kangkung bunga pepaya, sambal oncom, dan tumis daun pepaya. Saya dan istri lalu memesan bebek goreng kremes. Susah payah berdiri antre sampai kemudian berhasil mendapatkan pesanan dari juru masak. Itu karena banyaknya pengunjung di hari
pertama grand opening ini. (Nur Terbit)

* Tulisan ini berhasil meraih juara PEMENANG UTAMA lomba menulis blog berhadiah handphone android,  yang digelar oleh Bebek Goreng Kaleyo, Cabang Grand Wisata BEKASI

6 Comments

Tinggalkan Balasan ke seimbang X