Reportase

Trik Berani Berbicara di Depan Umum

Bersama teman blogger di acara Sunday Sharing Blogdetik (foto dok pribadi)
Bersama teman blogger di acara Sunday Sharing Blogdetik (foto dok pribadi)
Written by nurterbit

+ Kapan pertama kali Bang Nur berbicara di depan umum?

– Waktu masih sekolah di TK

+ Bisa diceritakan kembali?

Saya pun bercerita sambil mengingat kembali kejadian 50 tahun lalu itu. Saat masih duduk di bangku TK Angkasa, Lanud Hasanuddin Mandai, Ujung Pandang (sekarang Makassar) era tahun 1964.

Pertanyaan menggelitik tersebut secara spontanitas dilontarkan Mba Edrida Pulungan, SE., S.Pd., M.HI kepada peserta yang mengikuti diacara ‪#‎SundayShering yang dipandunya bersama Karel Anderson, Minggu 16 Februari 2014, di kantor Detikcom, Gedung Aldevco Octagon Building Jalan Warung Buncit Raya No.75, Jakarta Selatan.

Maka, serulah acara tersebut karena – seperti janji panitia yang diketuai mbak Melly Fayadin ini — kita semua yang hadir bisa bertanya dan sharing pengalaman untuk saling berbagi dan belajar bersama. Termasuk, saya tentu saja yang pertama kali datang dan bergabung di acara yang digelar Blog Detik ini.

Mendengar itu, saya juga dengan spontanitas berdiri menyambut pertanyaan wanita single kelahiran Sumatera Utara bermarga Pulungan ini. “Seingat saya, pertama kali dalam hidup saya berdiri dan berbicara di depan umum, waktu masih sekolah di bangku Taman Kanak-kanak (TK),” kata saya. Mba Edrida merespon dan langsung menyodorkan mikrofon.

Saya pun bercerita sambil mengingat kembali kejadian 50 tahun lalu itu. Saat masih duduk di bangku TK Angkasa, Lanud Hasanuddin Mandai, Ujung Pandang (sekarang Makassar) era tahun 1964.

Ketika itu, Ibu guru TK saya, Ibu Ros Djabidi, meminta saya maju ke depan kelas, berdiri dan diminta berbuat apa saja di depan teman-teman kecil saya waktu itu. Saya gemetaran, gugup, karena teman lain sudah selesai menyanyi, baca puisi, bercerita sementara saya sendiri belum siap.

Gak beranikah? Lebih dari itu, kondisinya waktu itu sangat genting bagi saya. Karet pinggang celana pendek seragam TK saya putus, sehingga sambil berdiri gemetaran dan nyaris saja celana saya melorot. “Peristiwa itu sangat berkesan, menyiksa dan Alhamdulillah, berhasil saya lalu dengan sukses meski dengan penuh perjuangan,” cerita saya.

*****

Usai menceritakan itu, seketika suasana gerrrrr…. hahaha…. Bukan lagi oleh teman-teman TK saya, tapi teman-teman peserta “Public Speaking” yang dipandu mba Edrida tadi. Hahaha….

Ya, itulah kelihaian dan kepintaran mba Edrida – yang saat tulisan ini saya ketik – beliau lagi mempersiapkan dua langkah perubahan yang drastis. Lanjut kuliah S3 (doctor) atau S3 yang lain : S Three atau dibaca “ES TRI” plesetan dari kata ISTRI. Ya, mba Edrida sedang memilih, mau jadi DOCTOR dulu atau jadi ISTRI dulu, hehe… (maaf loh mbak, gak apa-apa kan dibocorin..hehe. .)

Sebagai orang baru dan pertama kali bergabung di BlogDetik, acara ini saya ketahui dari informasi yang saya baca di grup Facebook Asosiasi Blogger Reporter Indonesia (BRid) melalui status salah satu adminnya: Ahmed Tsar Blenzinky, lalu mendaftar sebagai peserta di http://4w4n.blogdetik.com/2014/02/11/undangan-sundaysharing-dengan-tema-public-speaking/

Tak berani datang sendiri, saya lalu mengajak sahabat saya mas Purwo Susanto dan mas Bambang Irianto, jurnalis senior sewaktu sama-sama di Harian Terbit, Pos Kota Grup. Kenapa tertarik dengan acara ini, paling tidak dari info dari panitia melalui email ke saya..(Cieeh…ini kerjaan mbak Melly loh).

Katanya, “Setelah sukses dengan dua acara #SundaySharing yang lalu, maka kembali bulan Februari ini kita akan mengadakan #SundaySharing lagi, dan kali ini kita mengangkat tema “Public Speaking”, mengingat manfaat dari public speaking ini sangat dibutuhkan oleh berbagai profesi apapun, selain menambah kepercayaan diri ketika berbicara di depan banyak orang, memberikan keberanian untuk mengemukakan ide dan pendapat, bahkan public speaking pun konon menjadi salah satau profesi yang menjanjikan.

Narasumbernya pun gak kira-kira, orang-orang yang sudah terbiasa dan teruji di dunia “public speaking”. Yang pertama : Mba Edrida Pulungan, SE., S.Pd., M.HI., dengan banyak pengalaman dan penghargaan antara lain: Certified Public Speaking Group Training Northern Territory, Australia (2006). Host Audience Managing Nation Tanry Abeng Univerity, TV One (2012). Finalist Public Speaking Rene Suhardono and Friends at America (2013). Host Moderator Kompasianival (2013). Dan sekarang sibuk bekerja sebagai speech writer in parliament, Blogger dengan alamat blognyahttp://edpulungan.blogspot.com and Public Speaker.

Narasumber kedua: juga ada Mas Karel Anderson, yang merupakan salah satu Community Development Detik.com dan kerap kali menjadi MC dan moderator diberbagai acara. Beliau ini selalu menuangkan tulisan di blognya yang bertema “Catatan Ngawur” di http://karelanderson.blogdetik.com

Bagaimana “Public Speaking” itu sebenarnya? Banyak teori bisa diambil, tapi mba Edrida Pulungan mencoba menyederhanakan. “Saya lebih suka ke cerita saja, teori gak penting”. Alasannya bahwa “public speaking itu adalah tak jauh dari berbicara, sedang berbicara itu adalah kebutuhan yang sangat hakiki sebagai pembicara,” kata mba Edrida.

Artinya, modal utamanya yang perlu diperhatikan adalah “kata-kata”, kedua adalah audensi, ketiga adalah etika bicara. Sesuai hasil riset bahwa tujuan orang berbicara depan umum, adalah 90 persen orang karena ingin dikenal, pencitraan. Dan orang Indonesia itu adalah yang paling top dalam hal berbicara.

Dimulai dari kerumunan orang, di situ pasti punya gang, di acara arisan pasti berbicara untuk sharing terhadap sesuatu. Itu adalah pertama kali sebagai tahapan pertama yang namanya public speaking. Dari sini, kita bisa memanfaatkannya sebagai media atau wadah untuk berbagi ide, pencitraan, hiburan dan lain-lain sebagainya.

Trik dan tips bagaimana agar kita bisa berani tampil berbicara di depan umum, juga disampaikan pembicara kedua, Karel Anderson yang punya blog pribadi yang dia beri nama “Catatan Ngawur”. Dalam acara #Sunday Sharing ini, bung Karel tampil memberi presentasi dengan topik “Rahasia Ngawur” termasuk rahasia dari pengelola Blog Detik ini bagaimana agar “Berani Cuap-Cuap”.

“Rahasia saya adalah ATM, singkatan dari Amati, Tiru, Mengolah,” katanya. Setiap kali ia menonton sesuatu pentas hiburan apa pun, ia melakukan upaya mengamati, meniru lalu mengolahnya agar bisa jadi bahan untuk memperkaya penampilannya suatu saat jika diperlukan.

Menurut pria humoris ini, secara jujur ia mengakui untuk tampil berbicara di acara #Sunday Sharing ini ternyata dirinya sendiri dalam gak punya materi khusus, belum punya pengalaman buat tips. Sekedar “oret-oret” dikit sambil begadang malam harinya, jadi deh materi dan konsep itu yang mau dibawakannya esok harinya.

“Public Speaking (PS) itu sebenarnya hebat, bisa untuk siapa saja, jadi jangan dikesankan sebagai MC, tetapi bisa dimanfaatkan untuk semua aspek. Jadi setiap orang itu berkeinginan mau jadi PS yang hebat. Jadi gak perlu mindar, jangan takut,” kata Karel.

Kesimpulannya, semua orang punya bakat untuk menjadi pembicara yang baik di depan umum. Buktinya, diakhir acara #Sunday Sharing ini, semua peserta diminta bercerita, berbagi pengalaman, dilatih berdiri dan berbicara di depan peserta. Ternyata semuanya bisa.

Yang semula gugup, gemetar, ternyata bisa tampil apa adanya. Tentu saja masih ada kekurangan di sana-sini. Wajar, namanya juga belajar. Karena itu, peserta mengusulkan agar acara kelas “public speaking” ini digelar dan dilanjutkan lagi bulan depan dengan pendalaman atau dengan narasumber yang lain. Setuju?

Sukses untuk Blog Detik. Sukses untuk mba Edrida dan bung Karel. Kita ketemu lagi pada waktu dan kesempatan yang lain. Salam.

Srikandi di sarang penyamun : dari kiri ke kanan Bambang Irianto, Purwo Susanto, Edrida Pulungan, Nur Aliem Halvaima (Bang Nur Terbit), Dian Kelana (Foto dok Pribadi)

Srikandi di sarang penyamun : dari kiri ke kanan Bambang Irianto, Purwo Susanto, Edrida Pulungan, Nur Aliem Halvaima (Bang Nur Terbit), Dian Kelana (Foto dok Pribadi)

2 Comments

Tinggalkan Balasan ke Nur Aliem Halvaima X