Keluarga

Begini Cara Emak-emak Berbisnis di Media Sosial

Written by nurterbit

Apa yang terbayang di benak Anda jika kumpul dengan para perempuan? Anda di sini, tentu saja, mewakili kaum pria. Tentu Andalah yang paling ganteng dan tampan sendiri kan? hehe…

Itulah yang saya alami sebagai wakil kaum pria, saat hadir di acara perempuan. Lebih tepatnya para emak-emak, di Burger King Pasar Festival, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu 19 Desember 2018.

Saya hadir mewakili kaum pria bersama isteri di acara sharing session “Bersama IWITA Membangun Kesadaran Perempuan Terhadap Teknologi Digital Menyongsong Era Industri 4.0”. Materi yang dibahas seputar digital economy dan digital parenting.

Di akhir acara, IWITA bagi- bagi hadiah untuk kami yang hadir. Ada berbagai lomba antara lain lomba Instagram, Facebook, Twitter dan pertanyaan yang dianggap menarik dalam sesi tanya.

Alhamdulillah, saya salah satu pemenang livetwit dengan hadiah  bantal unik dari IWITA. Juga istri saya Bunda Sitti Rabiah mendapatkan bingkisan sebagai salah satu penanya terbaik. Wow…rezeki menyongsong Hari Ibu 22 Desember 2018.

Dapat hadiah bantal unik dari IWITA juara lomba livetwit (Twitter) foto dok IWITA.

Dapat hadiah bantal unik dari IWITA juara lomba livetwit (Twitter) foto dok IWITA.

Istri saya Bunda Sitti Rabiah juga dapat hadiah dari IWITA sebagai salah satu penanya terbaik, foto dok IWITA.

Baru saya ingat. Ternyata ini acara yang ketiga kalinya saya hadir di perhelatan IWITA (Indonesia Women IT Association), satu komunitas perempuan peduli informasi teknologi yang didirikan Martha Simanjuntak. Untuk wilayah DKI Jakarta IWITA diketuai Mubarika Damayanti dan Bekasi diketuai Sumiyati Sapriasih.

“Saya sendiri bergabung bersama IWITA mulai tahun 2018, melengkapi knowledge dibidang digital marketing. Saya juga berbagi tugas dengan Ibu Martha Simanjuntak selaku founder IWITA,” kata Mubarika.

Kegiatan IWITA yang saya ikuti, pertama kali bersama isteri saat diundang saat IWITA bekerjasama dengan Serempak (Seputar Perempuan dan Anak) menggelar jalan sehat dari Sarinah Thamrin – Semanggi – Monas Jakarta di acara CFD (Car Free Day).

Sebelumnya, saya bersama istri hadir saat IWITA menggandeng Pegadaian menggelar acara di Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Acara kedua ini, didominasi emak-emak yang bersemangat mencari tambahan penghasilan sebagai “Agen Pegadaian”.

Mubarika Damayanti, Ketua IWITA Jakarta sedang berbagi pengalaman, foto dok IWITA.

PEREMPUAN BERMEDSOS

IWITA sendiri berdiri tanggal 9 April 2009 di Jakarta. Seperti organisasi lainnya, mempunyai daerah operasional di seluruh Indonesia. Begitu juga IWITA, sebagai organisasi perempuan Indonesia tanggap teknologi informasi.

IWITA sesuai logonya, mempunyai filosofi bahwa perempuan yang kuat, cerdas, berpendidikan, mengikuti perkembangan zaman, dan tanggap teknologi informasi yang cinta terhadap NKRI.

Berdasarkan data dan informasi dari APGI (Asosiasi Pengguna Digital Indonesia) tahun 2017, menyebutkan bahwa pengguna aktif sosial media — terutama Facebook dan Whatsapp — adalah usia 20-35 tahun. Yang menarik, pengguna terbanyak adalah perempuan di banding pria.

Mengapa lebih banyak perempuan dari pada laki-laki?

Menurut Mubarika Damayanti, itu bisa terlihat dari group yang banyak digunakan para ibu. Seperti group anak sekolah, tetangga, arisan, pengajian, dan lain-lain.

“Dari pengguna sosial media Whatsapp atau Facebook, kita sudah bisa melihat oportuniti bagaimana mendatangkan finansial. Jadi kita bisa bersosialisasi dengan gadget. Manfaatkan teman – teman kita dalam tanda kutip, atau group – group tersebut untuk kita berjualan,” kata wanita karier yang juga ketua IWITA DKI Jakarta ini.

Dari fakta ini, jelas terbukti bahwa perempuan bisa mendatangkan income. Seperti penjualan – penjualan online, dengan modal smartphone di tangan perempuan, maka semua bisa dilakukan.

Tak perlu tempat untuk berjualan, tidak perlu rak-rak atau etalase untuk memajang barang dagangan kita, tidak perlu karyawan untuk jaga toko dan lain-lain. Bahkan dapat mengalahkan pasar – pasar offline seperti pasar tradisional dan mall.

Kenapa? Ya, karena di pasar online semua bisa kita jual.

Ini artinya, betapa mudahnya memesan secara online karena Indonesia mempunyai pangsa pasar yang besar.

Contoh kecil, perkembangan Agen
Pegadaian. Dua tahun yang lalu misalnya, mereka sudah mulai merasakan penurunan sekitar 30% sebelum akhirnya membuat aplikasi digital.

Agen Pegadaian ini sendiri, juga merupakan oportunity bagi perempuan. Misalnya kita punya toko klontong, warung atau ruko, kita bisa memulai agen pegadaian di rumah. Sistemnya bagi hasil atau profit sharing dari pegadaian.

Bisnis rumahan, kata Mubarika, tak kalah sangat menjanjikan, apalagi sebagai perempuan dan sebagai ibu rumah tangga. Keduanya bisa dijalankan, yakni berbisnis bisnis sekaligus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga.

“Yang perlu diperhatikan dalam  menggunakan media  sosial untuk bisnis,  hendaknya kita memiliki akun yang berbeda dengan akun pribadi. Itu adalah sebagian dari literasi ekonomi,” kata Mubarika, yang ternyata juga adalah putri dari pahlawan pencipta lagu perjuangan, saat perang Kerajaan Gowa, Sulsel, menghadapi penjajah.

Narsis dulu sebelum acara dimulai (foto dok Nur Terbit)

Narsis dulu sebelum acara dimulai (foto dok Nur Terbit)

MITRA KERJA IWITA

IWITA selama ini memang telah bekerja sama dengan berbagai lembaga/organisasi/perusahaan dalam berbagai kegiatan. Salah satunya, sharing session “Membangun Kesadaran Perempuan Terhadap Teknologi Digital Menyongsong Era Industri 4.0” di awal tulisan ini.

Dengan pengalaman mengadakan kegiatan sejak tahun 2009, IWITA telah banyak bekerja sama dengan berbagai stakeholders. Masih banyak client dan stakeholders selain dari lembaga/organisasi/perusahaan.

“IWITA juga didukung oleh lembaga IT terkemuka untuk peningkatan, pembelajaran, implementasi dan sosialisasi di bidang teknologi informasi bagi perempuan Indonesia,” kata Mubarika Damayanti.

Beberapa event yang diselenggarakan oleh IWITA, bisa disebutkan di sini. Antara lain mengadakan pendidikan, pelatihan, seminar, lokakarya, sosialisasi, promosi dan lain sebagainya yang berhubungan dengan bidang perempuan dan teknologi informasi.

Itu sebabnya, sesuai visi misi IWITA, yakni memberikan masukan kepada pemerintah berkaitan dengan regulasi bidang teknologi informasi.

“Kita gak cuma urusin bisnis, tapi juga harus punya tandeman, harus lebih muda dari kita. Pemilik brand tidak berbagi dengan karyawan dari awal,” kata Mubarika, saat sharing session IWITA di Pasar Festival, Kuningan, Jakarta.

Tidak heran kalau komunitas IWITA ini mengambil tagline “Organisasi Perempuan Indonesia Tanggap Teknologi Informasi. Mencerdaskan Perempuan Indonesia melalui Teknologi Informasi”.

Artinya, perempuan harus mengenal potensi dirinya dan berani tampil untuk saling menginspirasi. Wah, mulia sekali kan misinya? Luar biasa nih perempuan Indonesia.

Sharing session, foto Nur Terbit

Sharing session, foto Nur Terbit

VISI & MISI IWITA

Selain dikenal dengan IWITA (Indonesia Women IT Association), organisasi perempuan ini juga menyebut diri sebagai Indonesia Women IT Awareness. Ya, IWITA juga singkatannya.

Lebih luas lagi, IWITA bertekad agar terwujudnya perempuan Indonesia tanggap Teknologi Informasi melalui advancement, learning, implementation dan socialization.

Sehingga dengan demikian, perempuan dapat berperan dan berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Indonesia dan membentuk generasi bangsa yang berakhlak mulia dan berprestasi.

Adapun misinya, yakni menciptakan kesadaran perempuan Indonesia akan manfaat Teknologi Informasi, dan Komunikasi (TIK) untuk pengembangan produktivitas pribadi di bidang TI dan peningkatan ekonomi (Nur Terbit)

INILAH HARAPAN EMAK-EMAK DAN BABEH-BABEH UNTUK IWITA KE DEPAN :

40 Comments

Leave a Comment