Mudik di bulan Ramadhan, punya kesan tersendiri bagi perantau. Apalagi kalau Ramadhan di tengah laut, dan berpuasa di atas kapal laut. Beda sensasinya.
Jika perjalanan memerlukan waktu lama, tentu kewajiban menjalankan ibadah seperti puasa Ramadhan, tetap harus dilaksanakan. Yang namanya ibadah, tidak boleh ditinggalkan, meski dalam perjalanan pulang kampung sekalipun.
Demikian pula jika mudik lewat laut. Menggunakan alat transportasi kapal laut, jelas bukanlah pengecualian. Bahkan semua aktivitas ibadah, tetap bisa dilakukan sambil berlayar di tengah samudera. Makan sahur, buka puasa hingga salat lima waktu. Semua berlangsung di atas kapal laut.
Baca Juga : Puasa di Tengah Laut, Berlayar ke Kota Makassar (2)
Masih adakah pemudik yang memilih kapal laut? Bukankah sudah ada pesawat yang lebih cepat tiba di kampung halaman? “Masih ada. Harga tiketnya lebih murah. Saya biasanya berangkat lebih awal. Tidak berdesak-desakan. Misalnya dipermulaan bulan puasa,” kata Thamrin, perantau asal Makassar, Sulawesi Selatan.
Bulan Ramadhan seolah identik dengan waktu mudik. Banyak perantau yang sengaja memilih angkutan laut. Selain harga tiketnya terjangkau, juga bisa membawa barang cukup banyak. Berbeda jika naik pesawat yang berat bagasi juga dibatasi. Mereka memanfaatkan waktu Ramadhan untuk mudik lebaran. Kapal laut terkadang memuat penumpang TKI yang ikut mudik.
“Ketika harga tiket pesawat belum terjangkau oleh isi dompetku, beberapa kali saya harus mudik ke Makassar dengan kapal laut milik Pelni disaat masih Ramadhan. Perjalanan dua hari tiga malam dari Pelabuha Tanjung Priok Jakarta ke Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar”, kata Rasyid, warga Kebon Bawang, Jakarta Utara.
Di atas kapal laut, penumpang Muslim disiapkan jatah makan sahur dan menu buka puasa. Tak ketinggalan kue takjil. Penumpang kapal laut juga harus memegang tiket. Tanpa tiket berarti penumpang gelap alias pelarian.
Berita Terkait : Lebaran di Atas Kapal, Berlayar ke Kota Makassar (3)
Itu sebabnya, naik kapal laut di waktu Ramadhan, punya kekhasan lain dalam hal tiket. Kenapa? tiket yang dipegang masing-masing penumpang, diberi tanda khusus berupa cap stempel bertuliskan: PUASA.
Artinya, yang bersangkutan sedang menjalankan ibadah puasa. Karenanya, mereka baru bisa antre mengambil jatah makan pada Subuh hari. Atau sebelum dan menjelang waktu imsaq serta pengambilan jatah makan pada saat berbuka puasa di waktu Maghrib.
Cara pengaturan dan penjadwalan jatah makan penumpang kapal laut ini, imaksudkan agar jatah makan di atas kapal, tidak sampai dobel dengan mereka — yang non Muslim, atau karena sesuatu hal hingga tidak bisa berpuasa pada siang hari. “Sebab bila tidak diatur, wah bisa bangkrut dong Pelni, hehe…,” kata Rasyid sambil bercanda.
Selain di tempat khusus di atas kapal, seperti Pantri untuk tempat pengambilan jatah makan bagi penumpang, juga terdapat kantin kapal di setiap dek atau di anjungan bagian buritan kapal. Kantin tersebut menyiapkan kue-kue dan makanan, tentu saja dengan harga spesial. Mie instan (pop mie gelas) Rp20 ribu. Kopi susu/hitam hangat, misalnya, dijual Rp10 ribu. Pakai batu es (dingin) Rp20 ribu.
Kapal laut Pelni yang rata-rata hanya berkapasitas 1000 orang penumpang, pada bulan Ramadhan khususnya saat angkutan mudik lebaran jumlah penumpang bisa meningkat tajam.
Untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah penumpang mudik dan arus balik, Kementerian Perhubungan memberi toleransi kepada Pelni untuk mengangkut dari semula 1000 orang pada situasi normal, menjadi 1500-2000 penumpang dalam satu trip pelayaran angkutan mudik.
Saat ini, Pelni dipercaya untuk memberangkatkan pemudik ke berbagai kota di seluruh pelosok Nusantara dan paket mudik bareng BUMN. Pelni mengerahkan 26 armada kapal Pelni, terdiri 1 armada tipe 3.000 pax 11 armada tipe 2.000 pax 9 armada tipe 1.000 pax, 3 kapal tipe 500 pax dan 2 kapal Roro.
Angkutan lebaran dengan kapal laut dilaksanakan mulai H-15 tanggal (31 Mei 2018) hingga H+ 15 (1 Juli 2018).
Corporate Secretary PT. Pelni (Persero) Ridwan Mandaliko mengatakan, Pelni mendukung kegiatan mudik bareng BUMN. Mudik, atau pulang kampung bersamaan menjadi agenda tahunan bangsa Indonesia. Kementerian BUMN menyediakan 202. 300 tiket dengan berbagai moda, kereta api, bus, penyeberangan yang didanai 75 BUMN.
“Tahun 2018 ada 24 BUMN menyediakan mudik gratis dengan kapal laut Pelni. Kami siap mendukung kegiatan ini,” terang Ridwan Mandaliko.
Bertahun-tahun, kata Ridwan, mudik gratis terfokus di Jawa dari ibu kota Jakarta ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil ke luar Jawa. Tahun ini ada 24 BUMN memilih kapal laut Pelni untuk mudik gratis.
“Mudik gratis dengan kapal laut lebih Indonesia, karena bukan warga di Pulau Jawabisa mudik gratis, namun warga di beberapa pulau di Nusantara disediakan sarana transportasi untuk mudik gratis,” lanjut Ridwan. Pelni akan memberangkatkan 1.000 pemudik ke pulau terluar.
Tarif kapal Pelni dianggap lebih murah dibanding tarif KA, bus maupun pesawat. Meskipun permintaan angkutan laut saat lebaran juga tinggi, tarif tidak naik karena tarif kapal Pelni ditentukan pemerintah, Pelni menjalankan penugasan pelayanan publik di laut.
“Pelni menyiapkan 54.000 tiket perhari selama angkutan lebaran,” kata Ridwan.
Saking banyaknya penumpang kapal laut yang mudik di bulan Ramadhan (1500-2000 penumpang dalam satu trip), akan jadi persoalan tersendiri di atas kapal selama masa pelayaran. Krisis air untuk mandi, BAB dan wudhu. Tiga persoalan ini cuma bisa diatasi dengan satu cara: beli air aqua. Maka aqua botolan ukuran jumbo pun laris-manis.
Sebelum kapal meninggalkan dermaga pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, terlebih dahulu diisi air di tangki penampungan kapal. Persediaan air tersebut untuk kebutuhan penumpang dlm pelayaran selama 1 malam ke Pelabuhan Tanjung Perak. Tapi dengan penumpang membludak, air tersebut ternyata tak mencukupi.
ARAH KIBLAT TAK MENENTU
Melaksanakan salat di atas kapal, terkadang akan terasa unik karena arah kiblat sering berganti. Sesuai dengan arah kapal berlayar. Berdiri mengangkat takbir dengan tubuh yang oleng ke kiri, ke kanan, ke depan atau bahkan ke belakang.
Itulah dialami jamaah mesjid Nurul Iman — yang berada di atas kapal laut KM Tidar, dek 7 buritan di bawah kantin kapal. Tempat ibadah ini mulai digunakan pertama kali sejak tahun 1988 dan diresmikan oleh Menteri Perhubungan, Azwar Anas. Peresmian mesjid, dilakukan bersamaan dengan pengoperasian kapal penumpang ini yang dibeli pemerintah RI era Presiden Soeharto dari galangan kapal di Jerman.
Setiap kali menjelang waktu salat wajib, ada pengumuman dari ABK (anak buah kapal) melalui pengeras suara yang bisa didengar oleh penumpang di atas kapal, di mana pun ia berada. Misalnya seperti ini: “Diberitahukan kepada seluruh penumpang, bahwa sekarang ini saatnya waktu sholat. Bagi yang ingin berjamaah, ada mesjid di bagian buritan kapal. Arah kiblat serong kiri arah haluan kapal”.
Tapi, pengumuman arah kiblat ini, sewaktu-waktu berubah. Bisa saja sholat Dhuhur, arah kiblat masih tetap serong kiri arah haluan, lalu ketika sholat Magrib arah kiblat justeru sebaliknya. Penentuan arah kiblat ini, memang kemudian terkadang akan terdengar sedikit aneh. Misalnya, jika diumumkan bahwa arah kiblat “akan ditentukan kemudian”.
Baca Juga: Uniknya Sholat Jamaah di Kapal Laut (1)
Kenapa belum ditentukan? Itu karena posisi kapal masih berubah-ubah karena menjelang sandar di sebuah pelabuhan. Artinya kapal akan masuk ke pelabuhan, atau sebuah pulau persinggahan kapal, sehingga harus melewati alur pelayaran dan lekuk-lekuk kolam pelabuhan.
“Sebaliknya jika kapal dalam situasi berlayar, misalnya dari Makassar ke Pulau Banda, arahnya tetap lurus sehingga arah kiblat tidak berubah. Kalau pun nanti berubah, hanya miring sedikit. Maka saat itulah arah kiblat akan sesuai arah haluan kapal,” kata Deny Setia Budi, salah seorang ABK KM Tidar.
Di luar tugas rutinnya menyandarkan kapal dengan posisi sebagai kelasi kapal, Deny juga bertugas sebagai “marbot” mesjid. (Nurterbit)
Kisah-kisah di kapal laut yang lain :
Bulan Madu di Kapal Laut, Pengalaman Mudik
Pengalaman Naik Kapal Pelni, Diwawancarai Wartawan Pelabuhan
Seru kayaknya mudik di kapal laut ya pak. Berlayar tetapi tetap berpuasa bersama pemudik lainnya. Saya juga pernah punya pengalaman mudik tapi naik kapal Ferry aja ke Bakauhuni. Hehe dulu itu mudik ke Bengkulu.
Betul mas Feriald, pelayaran ditempuh sekitar 2 jam ya Merak – Bakaheuni. Saya beberapa kali pernah mengalami
Seru juga ya om ramadhan di Kapal Laut bisa liat laut sambil ngabuburit
Betul mbak Tati. Selain ngabuburit, juga bisa dapat teman di kapal, kadang ketemu jodoh juga, eaaahhhh….
saya sih kadang heran kalo ada pemudik yang kalo mudik bisa sampe 3 bulan, kalo orang bilang nunggu duit habis baru balik lagi ke ibukota hehe
Iya bisa jadi mbak Innova. Ada istilah di kalangan perantau: 11 bulan kerja keras mengumpulkan duit di rantau, 1 bulan menghabiskannya di kampung hehehehe…
Wah, seumur hidup saya baru tahu kalo disediakan makanan untuk berbuka dan sahur, keren nih ceritanya.
Siap mas Rizki. Semua penumpang difasilitasi. Yang membedakan tulisan di tiket penumpang, yang puasa ada stempel “Puasa”. Jadi disiapkan jatah sahur dan berbuka, yang “berhalangan” berpuasa, jatah makan seperti biasa pagi, siang dan malam.
Pengalaman yang sangat menari bang, sejauh ini saya mudik lewat darat terus, karena deketnya
Terima kasih mas Ilman, kapan-kapan dicoba deh. Ada koq yang jalur pendek: Jakarta-Surabaya, Jakarta-Semarang, cuma 1 hari 1 malam
Wah, seru ya, Pak. Kepengen banget deh saya bisa naik kapal laut. Seumur-umur belom pernah nyobain. Cuma baru naik perahu kecil aja di Ancol. 😀
Seru mbak Nia. Kalau di Ancol cuma perahu, nah dengan kapal laut ini ibarat “Hotel Terapung” dengan sejumlah fasilitas hiburan, olahraga dan tempat ibadah : bioskop, kolam renang, cafe, music live, restoran, sarana olah raga (pingpong), mesjid, gereja…
Setiap melihat lautan, terasa banget ya luasnya Indonesia. Enak nih ada program mudik gratis, nggak cuma buat orang dari Jawa aja yaa..jadi merata
Betul mbak Nunu. Ada 26 BUMN kerja sama dengan PT Pelni menyelenggarakan mudik gratis
belum pernah naik kapal laut sih, tapi jadi penasaran nyoba. goyang2 gak ya pas lagi jalan. haha
Hahahaha….ya jelas goyang2 kapalnya mbak Hani, maklum bukan lewat jalan tol hehe…kan di atas air dan membelah ombak. Kalau untuk rute pelayaran ke Indonesia Timur, biasanya goyangannya terasa saat melintasi Perairan Massalembo tempat KM Tampomas II dulu karam. Biasanya malam hari, awak kapal membunyikan serine dan penumpang yang belum tidur diminta berdoa.
Menarik. Bikin ramadhan menjadi lebih menantang dan dapat suasana berbeda
Betul mbak Sara, tantangannya memang luar biasa disaat lagi puasa dan menjalani pelayaran. Makasih mbak
Wah unik ya? Arah kiblat bisa berubah2 gtu.
Blm pernah sih puasa di laut. Gmn ya yg mabok laut, moga gak batal puasanya hehe
Iya unik mbak April karena arah kiblatnya berubah-ubah. Satu contoh kalau sholat di mesjid kapal di anjungan. Kadang hari ini kita masuk dari pintu samping atau belakang mesjid, besoknya pintu tersebut ditutup karena ada mimbar (kiblat)
Wah bisa sampai begitu ya pak. Gak kebayang itu para pelaut yang berlayar berhari2 bahkan berbulan2 di kapal hehe.
TFS infonya
Iya mbak April. Itu masih termasuk rute pendek Jakarta – Makassar. Kalau berlayar sampai ke Papua, bisa seminggu loh baru nyampe karena kapal sandar di tiap pelabuhan. Bagaimana dengan kapal yang rute luar negeri bisa lama lagi hehehe….
Belum pernah mengarungi laut menggunakan PELNI, rasanya bagaimana ya. Maklum seluruh keluarga besar ada di pulau Jawa. Kemana-mana naik mobil atau kereta. Penasaran untuk mencoba lakukan perjalanan mengarungi laut Indonesia.
Rasanya asyik sih menurut saya mbak Anisa. Seperti naik kapal pesiar, bedanya karena suasana puasa, mudik lebaran, jadi ya “umpel-umpelan” deh hehehe
Kasian juga ya penumpang yang melantai gitu, mudah2an lebaran ni ga banyak yang melantai. Semua bisa mudik dengan nyaman
Hehehe….belum ada sih sejarahnya mbak Tian, mudik lebaran “gak menderita” tapi nikmat hahaha….Terima kasih sudah mampir di sini
Alhamdulillah seumur umur belum pernah sih ngalamin puasa di tengah laut. Hmmm kebayang sah itu siang siang perut kosong trus ombak nya lagi tinggi. Kayak diunclang jadinya
Hehehe…iya Kidemang. Yang mungkin belum saya tulis, lebaran di atas kapal laut. Ceritanya sama, mudik dan puasa di kapal, tapi salah jadual. Baru sandar di Surabaya, sudah lebaran, meleset satu hari dari rencana mau lebaran di Makassar hahaha..
Pengalaman banget ya naik kapal laut sewaktu bulan puasa. Saya naik kapal laut ketika menyebrang pulau dari Jawa ke Sumatera dan dari Jawa ke Bali/Lombok aja. Belum pernah yang sampe menginap seperti ke Makassar, pengen sih sewaktu-waktu ngerasain sensasi nginep di kapal laut kayak gini. Terima kasih sharingnya Oom Nur.
Mbak Hilda makasih juga sudah mampir. Saya akan kunjungan balik. Asyik pokoknya naik kapal bermalam dalam pelayaran, apalagi bulan puasa…
Seru om pengalamannya puasa di kapal laut, aku blm pernah naik kapal pelni paling kapal yang ukuran sedang. Saat nentuin arah kiblat pengalama seri lainnya ya, ahh aku harus coba naik kapal laut.
Seru banget mbak Mudrikah. Dicoba deh, Jakarta – Surabaya aja yang singkat cuma 1 hari 1 malam
mudik ketika lebaran harus siap dengan risiko seperti kehabisan tempat tidur terutama pengguna kapal laut kelas ekonomi dan cara satu-satunya yaitu tidur di lantai tapi semua itu terbayarkan ketika mudik telah sampai di rumah dan berkumpul dengan keluarga
Betul sekali Anis Khoir. Sukanya lebih banyak dari pada dukanya hehe…
Belum nyoba naik kapal laut nih kayaknya seru ya .. 🙂
Iya mbak Ida, seru banget apalagi di bulan puasa, suasananya berbeda dibanding bulan lain. Terima kasih sudah mampir, nanti kunjungan balik..
Wah saya terakhir kali naik kapal pas kelas 3 smp. Senangnya naik kapal ini bisa lihat ikan di anjungannya. Nggak senangnya pas mabuk lautnya. He
Berarti sudah bisa membayangkan bagaiamana asyiknya puasa ramadhan di atas kapal laut ya? Soal mabuk, sekarang sudah banyak obat anti mabuk yang bisa diminum saat melakukan perjalanan atau pelayaran. Terima kasih sudah mampir di sini mbak Antung Apriana. Salam
saya paling banter naik kapal sekaliber ferry.. jalur laut menjadi favorit karena udara yang teramat mahal tiketnya, apalagi ketika lebaran seperti ini..
Betul mas Affan. Kalau Lebaran, sudah mahal tiketnya, susah pula dapatnya hehehe…terima kasih sudah mampir
Pengen nyobain sholat di kapal nih kayaknya seru juga deh.Nah kalau buka puasanya ada acara bukber nggak Bang Nur?
Ya ada dong bukbernya Bang Topik hehehehe….Nah, seperti yang saya ceritakan dalam tulisan, penumpang yang berpuasa harus melapor kepada petugas pantri (loket pengambilan makanan) kalau kita lagi puasa. Jadi tiket kita diberi tanda PUASA. Disiapkan makan sahur dan berbuka. Mereka yang tidak berpuasa, tetap makan seperti biasa: sarapan pagi, makan siang, dan makan malam.
Kalo yang mabok laut gimana ya. Bisa batal puasa. Apalagi ga kuat nahan goncangan
Iya kalau sampai mabok laut, mendingan gak usah puasa, nanti setelah tiba di tempat tujuan baru diganti puasanya mbak Milda. Terima kasih sudah mampir..
Unik dan seru ya. Selama ini naik kapal laut kondisi nya masih memprihatinkan. Melihat kapal ini sudah lebih baik ya.
Rencana juli nanti kami mau ke sumatera. Semoga nyebrang di Bekauhuni mendapat fasilitas PELNI yang maksimal. Amin…
Saya sudah pernah merasakan naik kapal pelni umsini dr jayapura ke jakarta, Bang. Semua yg situlis Bang Nur itu saya rasakan. Seminggu dilaut bosen banget. Karena oemandangan hanya lauuuut saja. Hahaha.. sholat oleng2. Apalagi kalau leqat samudera. Wkt itu saya lewat samudera pasifik. Duuuh.. jgn ditanya olengnya kek apa. Seruuu.. saya jadi mau lagi deh nyobain traveling naik pelni setelah baca tulisan bang nur. Masih ada kan ya?
Asyik dong ya Ade UFi apalagi rutenya jauh ya Jayapura ke Jakarta. Sampai sekarang Pelni masih melayani rute ke Jayapura – Jakarta tapi lupa nama kapalnya. Jadi ingat pengalaman teman Bang Nur. Setiap naik kapal dari Makassar ke Jakarta, dia selalu milih-milih kapal. Yang paling dia tunggu itu kapal Pelni dari Manado, Sulawesi Utara. Begitupun kalau sudah mau balik ke Makassar, dia rela menunggu kapal rute Manado itu balik lagi ke Jakarta untuk dia tumpangi ke Makassar. Ketika saya tanya kenapa, dia berbisik, kalau naik kapal dari dan ke Manado, penumpangnya cakep-cakep, putih-putih maklum banyak orang Manado hehehe….
Jadi flashback pernah mudik naik kapal pas puasa, sayangnya ramai ga ketulungan..
Jelas ramai kalau jelang lebaran, atau saat pada mudik. Pengalaman saya naik kapal laut, bareng dengan para TKI yang juga mudik. Wow…sampai tangga, di bawah tangga, di jalan dan di mana-mana ada manusia berserakan tidur seadanya karena tidak dapat tempat lagi hehehe….
Aku sudah lama banget nih, ga mudik naik kapan laut karena sering mabok laut. Jadi beralih ke angkutan darat. Rencana tahun ini mw berkunjung Ke tempat saudara di Sumatra. Mau naik kapan laut ah…
Sudah lama ya? Bolehlah dicoba lagi, siapa tahu setelah naik kapal laut lagi ada lomba menulis pengalaman naik kapal laut dari Pelni, kan gak repot lagi hehehe….(dengar-dengar begitu sih bocorannya dari sana, katanya mau ada lomba)
Aku belum pernah Om merasakan sensasi sahur, puasa dan berbuka di atas laut. Jgnkan puasa di atas laut, naik kapal laut untuk waktu yg cukup lama juga blm pernah.
Sesekali perlu dicoba dong mbak Dewi hehehe….jangan ikut demo masak mulu hehe…terima kasih sudah mampir, nanti saya kunjungi balik ya
Aku belum pernah Om merasakan puasa di atas laut. Naik kapal.laut berhari hari juga blm pernah.
Dicoba dong mbak Dewi, biar ada cerita kepada anak cucu dan blog bisa terisi tulisan pengalaman seru hehehe………
Katanya musafir boleh gak puasa. Tapi kalo perjalanan berhari2 sayang juga nggak puasa ya pak…., Toh cuma duduk aja dikapalkan laut..tiduran..sahur dan buka disediakan…
Gak ada alasan buat puasa…
Cuma mungkin kendala bagi yg suka mabuk laut…, Apalagi kondisi perut kosong. .
Wah terima kasih atas kunjunga mbak Nova, bahkan komentarnya sampai tiga kali, luaaaaarrr biasaaaa…….Nah begitulah kondisinya berlayar di bulan ramadhan, seru…seru pokoknya hehehe…
Musafir…katanya boleh gak puasa ya…
Tapi sayang juga kalo gak puasa berhari2..toh bisa istirahat banyak di kapal..,sahur dan buka puasa juga disediakan…
Tapi ada yg suka mabuk dengan perut kosong…tuh..
Mbak Nova Violita, boleh gak puasa sih tapi sayang masak di atas kapal yang kerjanya cuma makan, tidur, bangun, sampai puasa ditinggalkan hehehe….padahal banyak loh hiburan di atas kapal hehe
Seru banget ya Pak
Ramadhan diatas kapal laut,
buka puasa dan shalatnya
menjadi pengalaman yang berharga, dari tahun ke tahun semoga penyelenggarakaan mudik
melalui Pelni semakin baik
ya pak
Amin…terima kasih mbak Elly Nurul, kita semua berharap begitu. Semoga ke depan penyelenggaraan mudik melalui Pelni akan semakin lebih baik. Terima kasih sudah mampir, salam..
Saya belum pernah mengarungi lautan pak, sepertinya menyenangkan ya. Apalagi kalau fasilitasnya baik dan jadwal keberangkatan san sampai ke tempat tujuan tepat waktu. Kepengen voba deh naik kapal laut,, tapi pergi kemana ya.
Mbak Anisa, sesekali dicoba dong. Rute pendek boleh dicoba Tanjung Priok Jakarta ke Tanjung Perak Surabaya, atau ke Tanjung Emas Semarang, sehari-semalam waktu perjalanan koq. Atau ada yang lebih singkat yakni naik kapal feri penyeberangan Merak ke Bakauheni.
Kayaknya seru ya naek kapal gitu,, aku pernah naik kapal waktu ke Lampung dan di tengah laut kaya mual gt haha.
Mbak Kurnia Amelia, seharusnya bawa obat anti mabuk hehehe…terima kasih sudah mampir
wah luar biasa ya pengalaman naik kapal saat puasa.
aku udah lama bangett ga naik kapal, terakhir waktu kelas 1 SD waktu pindah dari jakarta ke pekanbaru
serunya naik kapal itu bisa merasakan fenomena yang berbeda dibandingkan saat berada di darat..
jadi pengen coba lagi naik kapal deh
Mbak Sinta, ayolah dicoba lagi, seru kan mbak selama pelayaran
Iya mbak Sinta. Kalau mau bernostalgia, memang perlu berlayar lagi hehehe
Ya Allah, aku bayangkan senangnya kaya apa yaa Ramadhan berlayar. Sudah lama sekali tidak berlayar.
Ya Allah aku bayangkan senengnya kaya apa berlayar di bulan Ramadhan.
Sudah lama sekali tidak berlayar
Mbak Nefertite, terima kasih sudah mampir dan berkomentar. Suasana berlayar yang sangat berkesan
Iya mbak Nefertite, perlu dicoba lagi berlayar hehehe…
Saya baru tau pak, kalau puasa di kapal itu jatah sahur dan buka puasanya. Dan sholat di kapal juga unik ya arah kiblatnya bisa berubah-ubah. Beruntung pak yang pernah merasakan momen ini, puasa dan mudik serasa lebih berkesan.
Begitulah Dzulkhulaifah…suasananya luar biasa. Tapi karena orang mudik waktunya terbatas, lebih memilih naik pesawat terbang
Dzulkhulaifah, iya betul, sahur dan buka puasa diatur khusus sampai kepada jadual sholatnya. Sangat berkesan sekali…
Sejauh ini belum pernah punya pengalaman mudik massal nyebrang pakai kapal …, kalau nyebrang dari Merak – Bakauheni sih pernah ngalami.
Kebetulan saat itu ditengah lautan gelombang sedang besar, badan kapal naik turun … antara seru sekaligus ketar-ketir ngerasainnya ????
Hahahaha…. itu pengalaman seru ya? Begitulah keasyikan puasa di tengah laut..
Hahahaha………….tentu ketar-ketir, namanya juga berlayar di tengah gelombang
Pasti merupakan pengalaman yang seru dan tidak terlupakan. Saya bayangin bermunajat di malam ramadan sambil mendengar ombak dan memandang gelenyar cahaya rembulan
Terima kasih mbak Eni, pengalaman seru berpuasa di tengah laut. Pernah juga mengalami lebaran di atas kapal karena kapalnya menjemput dulu TKI ke Dumai yang mau pulang kampung hehehe..
Mbak Eni, betul pengalaman seru… apalagi kalau ramadhan di tengah laut..