Reportase Wisata

Jalan Nusantara, ‘Mangga Besar’ -nya Kota Makassar

Nah gambar di atas inilah rekaman video jalan (G) – jalan (G) saya ke Kota Daeng. Sengaja memakai tambahan huruf “G” sesuai pengaruh bahasa daerah Makassar. Cekidot…..

Bagi warga Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, termasuk wisatawan yang pernah datang ke kota Para Daeng ini, nama Jalan Nusantara cukup terkenal.

Ya, kesohor karena tiga hal: daerah pelabuhan, kuliner dan hiburan malam.

Terkenal pertama:

Ya, Jalan Nusantara terkenal karena sepanjang jalan ini ada Pelabuhan Laut Soekarno – Hatta yang dikelola Pelindo IV, BUMN milik Kementerian Perhubungan. Selain dermaga penumpang dan tempat sandar kapal Pelni, juga ada dermaga kontainer.

Terkenal kedua:
Karena lokasi kuliner. Sepanjang jalan bisa ditemukan penjual coto, konro (sop iga sapi), pallubasa, kue2 pisang ijo, pallu butung, jalangkote dan kue khas lainnya.

Terkenal ketiga:

Karena identik dengan kehidupan malam seperti di Jakarta dengan Mabes alias Mangga Besar.

Karena itulah, Jalan Nusantara dikenal juga oleh penikmat dunia malam dengan sebutan MANGGA BESAR-nya Kota Makassar. Sepanjang jalan berdiri kafe, diskotik, karaoke berikut wanita malam.

Warga juga memplesetkan daerah ini dengan sebutan PUSKESMAS = Pusat Kesenangan Masyarakat.

Walikota Makassar Moh Ramdhan “Danny” Pomanto (Danny Pomanto) dalam satu kesempatan, sering mengatakan ingin menjadikan Jl Nusantara sebagai pusat kuliner. Sehingga citra miring daerah ini bisa terkikis. Lepas dari citra sebagai lokasi DUGEM, dunia gemerlap…

“Jalan Nusantara rencananya kita buat semacam tempat wisata kuliner. Jadi semua makanan khas Kota Makassar akan tersedia di sana,” kata Danny Pomanto saat ketemu di acara Makassar International Festival Eight & Forum 2016 di Anjungan Pantai Losari.

JL NUSANTARA MAKASSAR (foto Nur Terbit)

JL NUSANTARA MAKASSAR (foto Nur Terbit)

Menurut Walikota, ada banyak jalan di Makassar yang kurang pas dengan nama jalannya. Misalnya, Jalan Penghibur sepanjang Pantai Losari, justeru terkesan negatif, seolah jalan tersebut adalah tempat “dugem” dan hiburan. Atau tempat mencari hiburan.

“Kita akan ganti citra sejumlah jalan di Kota Makassar. Jalan Lasinrang contohnya, selama ini hanya dikenal dengan Jalangkote’na (kue pastel), Jalan Onta Lama dengan masakan Pallubasa-nya. Jalan Nusantara  hanya dikenal dengan hiburan malam,” katanya.

Kawasan Jalan Nusantara Kota Makassar, Sulawesi Selatan dalam postingan di Facebook (foto : Nur Terbit)

Kawasan Jalan Nusantara Kota Makassar, Sulawesi Selatan dalam postingan di Facebook (foto : Nur Terbit)

Seorang teman dari Jakarta yang pernah ke Makassar, setengah bercanda mengatakan, di kawasan Jalan Nusantara ini banyak panti pijat yang gak jelas. Kesannya mewah tapi jadi prostitusi terselubung.

“Yang salah bukan panti pijatnya, tapi yang datang ke panti pijat itu hehehe…,” protes Usamah Kadir, pria Bugis kelahiran Kota Pare-Pare di kotak komentar Facebook saya.

Debat soal Jalan Nusantara ini makin seru, ketika teman-teman Makassar lainnya ikut nimbrung. Mahaji Noesa misalnya, dengan tegas mengatakan di Makassar tidak pernah ada lokalisasi prostitusi. Yang ada, katanya, cuma legalisasi tempat hiburan malam. Ya, salah satunya di Jalan Nusantara ini.

Kawasan ini juga dikenal sebagai “pecinan”

Konon sejak Agustus 2016, anak sulung Jokowi — Presiden RI kita — juga sudah buka lapak sambil jual “martabak spesial” menyusul Coto Nusantara, yang sudah lebih awal ada di sana.

Sahabat yang lain, Muh Hasir Sonda, melengkapi informasi terbatas saya soal kawasan Nusantara ini. Profesor kelahiran Jeneponto ini mengaku teringat sekelumit cerita tentang “pakappala tallang” — pelaut tenggelam, istilah bagi pria penipu tapi mengaku sebagai pelaut — yang banyak berkeliaran di sepanjang jalan ini.

“Seputaran jalan Nusantara ini, sama dengan Hayam Wuruk dan sekitarnya di Jakarta Barat. Agaknya berbau antara kuliner, panti pijat, karaoke alias dunia gemerlap. Di Makassar dulu ada namanya Blue Osean dan lain-lain”.

JL NUSANTARA MAKASSAR (foto Nur Terbit)

TUGU SELAMAT DATANG DI PEREMPATAN JL RIBURA’NE – JL NUSANTARA MAKASSAR (foto Nur Terbit)

Seorang teman lainnya pernah cerita, ketika awal pertama ditutupnya lokasi prostitusi Dolly di Kota Surabaya oleh Walikota Risma, para pria “hidung belang” ramai-ramai plesiran ke Kota Makassar dan Manado.

Hal ini memang memungkinkan. Itu karena lancarnya volume transportasi udara dari Bandara Ir Djuanda Surabaya ke Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Dalam sehari, bahkan maskapai ini bikin jadwal penerbangan sampai 3 – 4 kali ke Makassar dan Manado.

Ibaratnya, pagi terbang dari Surabaya ke Makassar atau Manado, lalu sore hari atau malam, sudah terbang balik ke Jakarta.

Ngapain sampai jauh-jauh datang? Ya, karena mereka merasa terpanggil dan penasaran dengan “pesona” Jalan Nusantara tadi. Hanya sekedar datang “kencing” dan “buang hajat” hehehe… (Nur Terbit)

8 Comments

    • Dulu ada bangunan peninggalan Belanda lalu dijadikan kantor PT Pelni. Waktu kasus tenggelam KM Tampomas II, gedung tersebut jadi saksi, krn disitulah tempat pembelian tiket kapal dan urusan keluarga korban yang tewas. Kini gedung tersebut sudah dibongkar dan jadi Jalan Nusantara, sebagian jadi areal pelabuhan Soekarno-Hatta Pelindo IV.
      Sabar….nanti juga balik ke Bekasi, sekarang masih banyak urusan di Makasaar yang belum tuntas hehehe….

    • Sudah ada wacana ke arah sana. Pak Walikota Makassar, Pak Danny Pomanto berencana mewujudkan Jalan Nusantara sebagai pusat kuliner, bukan lagi “Puskesmas” mengikuti jejeka Ibu Walikota Surabaya,Ibu Risma, semoga segera terwujud….

  • Betewe jalanannya terlihat bersih yaa,, di balik ada aromanya dunia gemerlap malam yang mungkin di tiap kota juga ada walaupun dengan kedok yang bermacam2

  • Sekitar tahun 90-an saya pernah ke Makassar, memang terkesan malah lebih maju dari Jakarta dalam hal ‘puskesmas’, namun belakangan memang kelihatan sudah mulai dibenahi dan udah mulai teratur. Kesan tersebut udah mulai berubah menjadi Makassar sebagai salah satu destinasi kuliner Nusantara yang punya nilai tersendiri. Mudah2an Pak Walikota sekarang bisa makin mengenalkan kota Makassar untuk hal2 yang baik, baik skala Nasional maupun dunia

  • Semoga keinginan pak walikota Moh Ramdhan “Danny” Pomanto untuk mengikis kesan negatif jl. Nusantara segera terwujud, Aamiin.

    Membaca protes. Usamah Kadir Jadi teringat kisah Buya Hamka yang ditemui seseorang yang baru saja pulang dari mekah, ternyata di Mekah ada pelacur, ujarnya. Ringan Buya menjawab. Saya baru pulang dari Amerika, dan tidak menemukan pelacur di sana, karna saya tidak mencarinya. Jadi, seseorang hanya akan menemukan apa yang dicarinya hehe, Makjleb.

  • Semoga keinginan pak walikota Moh Ramdhan “Danny” Pomanto untuk mengikis citra negatif Jl. Nusantara segera terwujud. Aamiin.

    Membaca protes Usamah Kadir, jadi teringat kisah Buya Hamka yang ditemui seseorang yang baru saja pulang dari Makkah, “Ternyata di Makkah ada pelacur” ujarnya. Ringan Buya menjawab, “Saya baru pulang dari Amerika, tapi tak menemukan pelacur di sana, karena saya tidak mencarinya. Jadi, seseorang akan menemukan apa yang dicarinya hehe, Makjleb.

Tinggalkan Balasan ke Victor X