Koran TERBIT kini TERBENAM
Ini postingan artikel ketika saya mendengar kabar atas ditutupnya koran sore HARIAN TERBIT. Belakangan ada “ralat” dari teman saya Ali Akbar Suleman Batubara, bekas teman satu tim waktu di Harian Terbit lama, kini sebagai pemimpin redaksi untuk menejemen baru setelah lepas dari Pos Kota Grup.
Ali Akbar kemudian menjelaskan kepada saya melalui grup Blackberry Massengger (BBM), katanya, “belum tutup koq Bang Nur, masih beredar koq di pasaran”. Hanya saja, memang ada pengurangan tenaga karyawan termasuk wartawan. Begitu juga oplah koran yang dicetak, dikurangi jumlahnya demi efesiensi keuangan untuk operasional.
Nah terlepas ditutup atau baru terancam (ditutup) karena diklaim masih terus beredar di lapangan, ini adalah masa2 sulit bagi kami dan teman-teman wartawan. Sebelumnya juga sempat Harian Terbit ini “terbenam” di bawah pengelolaan manajemen Pos Kota Grup terhitung 10 Januari 2014 lalu saat saya masih bergabung sebagai editor.
Selanjutnya “dijual” dan diambilalih pihak lain.
Artinya, umur koran yang dulu bernama POS SORE ini hanya mampu bertahan 2 tahun dengan kondisi sehat di bawah pengelolaan manajemen baru, lalu pingsan dan …… sekarang terancam untuk tutup selamanya….
Sebenarnya nasib HARIAN TERBIT dengan SINAR HARAPAN, koran sore yang juga terbitan Jakarta dari manajemen SINAR KASIH, adalah setali tiga uang. Berliku-liku, jatuh-bangun, jatuh lagi dan “nyungsep” selamanya.
Ketika saya masih aktif sebagai reporter di lapangan, Sinar Harapan (Rorimpadey) pernah dibredel (ditutup) bersama koran POS SORE (Pos Kota Grup milik Harmoko), PRIORITAS (Surya Paloh) era Presiden Soeharto (rezim Orde Baru).
Lalu menteri penerangan (ketika itu Harmoko) mengizinkan kembali Sinar Harapan beredar asal berganti awak redaksi dan nama jadi SUARA PEMBARUAN. Belakangan bekas orang lama menerbitkan kembali Sinar Harapan. Tidak demikian dengan harian PRIORITAS, koran pertama di Indonesia yang berwarna ini akhirnya “di-PRIORITAS-kan” untuk tidak bisa terbit lagi sehingga Surya Paloh membeli Media Indonesia dari pemiliknya Tengku Yuslihsyah sebagai pengganti PRIORITAS.
Begitu juga dengan Pos Sore, boleh beredar kembali asal berganti nama. Itulah HARIAN TERBIT, reinkarnasi dari Pos Sore, di mana belakangan sudah TERBENAM seperti yang saya ulas di postingan ini….
Semoga teman-teman termasuk karyawan, mendapat tempat yang layak di media yang baru atau profesi baru dan lapangan kerja berikutnya…
Bagaimana perjalanan “jatuh bangun” HARIAN TERBIT” boleh diklik di link artikel berikut ini:
https://nurterbit.com/2015/01/arti-sk-bagi-seorang-wartawan
https://nurterbit.com/2014/06/saya-harmoko-dan-harian-terbit/
https://nurterbit.com/2014/02/temanku-seorang-wartawan-foto/
https://nurterbit.com/2014/01/dari-pos-sore-harian-terbit-lalu-tenggelam/
Sudah saatnya media cetak di indonesia berpindah ke media digital.
Mbak Ika, media cetak tidak akan pernah mati total, tetap ada pangsa pasarnya sendiri, sekalipun terpaksa harus mengurangi oplah
mhn informasi brp oplah harian terbit pada tahun 2016 & 2017, dan berdasarkan apa oplah tsb di lakukan
Saya pensiun dini sejak Januari 2014 dan mengelola sejumlah media online. Sejak saat itu, Harian Terbit dijual ke menejemn baru jadi gak tahu berapa oplah 2016 – 2017
Turut berduka mas
btw faktor bad management atau kewalahan lawan kompetitor mas?
Dua-duanya kayaknya mas Kholis…hehe
KIra-kira bisa hidup lagi gak mas? Soalnya kalau berpindah ke dunia digital berarti setiap orang akan tergantung pada digital daripada sebuah kertas atau buku. Karena buku adalah sumber ilmu kehidupan.
Tuntutan jaman bung syafiq…hehe
eemmm, sebelumnya ada Sinar Harapan juga ya,
Semoga media-media yang lain lebih siap untuk merespon perubahan zaman.
Sebenarnya nasib SINAR HARAPAN dengan HARIAN TERBIT adalah setali tiga uang. Ketika saya masih aktif sebagai reporter di lapangan, Sinar Harapan (Rorimpadey) pernah dibredel (ditutup) bersama koran POS SORE (Pos Kota Grup milik Harmoko), PRIORITAS (Surya Paloh) era Presiden Soeharto (rezim Orde Baru).
Lalu menteri penerangan (ketika itu Harmoko) mengizinkan kembali beredar asal berganti awak redaksi dan nama jadi SUARA PEMBARUAN. Belakangan bekas orang lama menerbitkan kembali Sinar Harapan. Tidak demikian dengan PRIORITAS, koran pertama di Indonesia yang berwarna ini “di-PRIORITAS-kan” untuk tidak bisa terbit lagi sehingga Surya Paloh membeli Media Indonesia dari pemiliknya Tengku Yuslihsyah sebagai pengganti PRIORITAS.
Begitu juga dengan Pos Sore, boleh beredar kembali asal berganti nama. Itulah HARIAN TERBIT, reinkarnasi dari Pos Sore, di mana belakangan sudah TERBENAM seperti yang saya ulas di postingan ini….
zaman sekarang kayaknya sudah kebanyakan media ya, jadi wajar kalo ada yg tumbang
Itu salah satu alasannya hehehe…… meski koran atau media cetak, tetap masih punya pembaca setia dan pasar yang terbuka
Hukum alam ya…..tks komentarnya
kayanya orang orang zaman sekarang udah sedikit yang mau baca….
Iya bisa jadi, soalnya sekarang era digital, orang cenderung ke portal, website, berita online, karena lebih praktis dan hampir semua orang sudah menggunakan smartphone, sehingga di kamar mandi pun bisa baca berita lewat handphone… terima kasih sudah mampir, salam kenal
Era sudah berubah……sekarang era digital, jadi hrs mengikuti era yang ada kalau media cetak tidak mau kehilangan pembaca
bikin media online aja bang… dijamin gak akan berhenti cetak… karena tayang online…hehe
Betul Mas Udin. Bahkan kata Kang Arul atau DR Rulli Nasrullah M.Si, pakar sosmed, dengan era digital sekarang ini kita bisa memantau berita meski berada di kamar mandi hehehe
tapi salut sama media cetak sama koran masih terdapat pembacanya yg banyak walau skrng banyak media digital yg muncul…
Betul mas Rangga….. era sudah berganti hehe…makasih nih sdh mampir di lapak saya
Saya juga serba bingung bang, kebanyakan yang masuk notifikasi di hp berita2 kurang bermutu, tapi anehnya banyak peminatnya sampe viral gitu. Makannya Ortu saya masih mempertahankan baca koran dan majalah yang jelas sumbernya.
Itulah salah satu kelebihan media cetak….hehehe
tapi karena ini era digital, pengelola media hrs berinovasi biar tidak ditinggal oleh pembacanya. Terima kasih sdh mampir, salam kenal..
Harian Terbit, Kompas, dan Suara Pembaruan, merupakan tiga koran yang sering saya jajakan waktu nyambi pulang sekolah 🙂
duh, jadi gimana gitu bacanya…
Media cetak memang lagi dirundung malang hehe….
Mungkin karena peminatnya sedikit
kebanyakan beralih ke media online yang lebih simpel.
Bisa jadi begitu ya, sekarang sudah era digital, tapi pembaca fanatik media cetak masih ada koq.. salam kenal dan terima kasih sudah mampir
Harian terbit itu harian nasional apa khusus harian Jakarta?
Harian Nasional yang terbit di Jakarta. Tersebar diseludupkan Indonesia, terutama kota2 besar. Saya sebelumnya adalah koresponden Harian Terbit wilayah Indonesia Timur berkedudukan di Kota Makassar Sulsel