SEBUAH lapangan luas di Pulau Tidung (besar), tak jauh dari “Jembatan Cinta” yang menghubungkan antara pulau Tidur Besar dan Tidung Kecil, disulap jadi lokasi perkemahan.
Hajatan ini bertajuk “Perkemahan Besar Penggalang” yang digelar Kwartir Cabang (Kwarcab) Gerakan Pramuka Kabupaten Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu.
Tenda pun berdiri berderet di atas tanah berpasir menghadap maupun membelakangi bibir pantai. Tali dan pernik-pernik Pramuka membentang sebagai tanda batas wilayah “kelurahan” dari perkemahan tersebut.
Mukhlis S.Pd, Wakil Ketua Kwarcab Pramuka Kabupaten Kepulauan Seribu, yang juga anggota Dewan Pendidikan DKI Jakarta ini bertugas sebagai “lurah perkemahan”.
Bendera dengan warna dasar putih berlambang tunas kelapa berwarna merah, terpasang di pintu gerbang masuk bersebelahan dengan bendera merah putih, terlihat terus berkibar ditiup angin pantai. Kegiatan Pramuka ini diikuti 600 peserta didik terdiri dari murid Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs) putra-putri, termasuk para pembina di pangkalan Gugus Depan (Gudep) se Kabupaten Kepulauan Seribu.
Inilah kali kedua saya datang ke Kabupaten Kepulauan Seribu dan ikut beraktivitas di lapangan Pulau Tidung dalam lima tahun terakhir. Sebelumnya di tempat yang sama, digelar outbound bagi siswa-siswi SMAN berprestasi se Jakarta yang mengikuti kegiatan “Duta Bahari”, acara rutin tahunan dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Bahari Jakarta dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta.
Selama perkemahan berlangsung dua hari di bulan September 2013 itu, kata Lukman Hakim, Ketua Kwarcab Pramuka Kepulauan Seribu, seluruh peserta mengikuti berbagai kegiatan lomba. Meliputi malam pentas seni, Subuh berjamaah, senam pagi, pionering, P3K, hastakarya, prosa, menaksir (tinggi tiang), membuat peta lapangan, LKBB, yel-yel, wisata air dan ditutup malam api unggun.
“Dengan kegiatan positif melalui Pramuka ini, diharapkan bisa menjauhkan generasi muda terutama pelajar dari aksi-aksi yang negatif. Ya pengaruh lingkungan dari penyalahgunaan narkoba,” kata Lukman Hakim.
Soal penyalahgunaan narkoba, menurut Kepala BNN, Dr Anang Iskandar, “ada yang belum di pahami oleh masyarakat, termasuk para blogger, yaitu masalah peredaran dan penyalahgunaannya. Persoalan itu memang terlihat sama, namun sebenarnya tidak sama,” tuturnya.
Peredaran dan penyalahgunan sama-sama diancam dengan hukuman, tergantung besar kecilnya kesalahan. Namun bagi para pengguna narkoba, jika melihat dari kacamata hukum, memang harus dihukum. Namun, lebih baik dilakukan rehabilitasi, karena sejumlah penelitian menunjukan bahwa dengan penanganan yang serius maka bisa lebih efektif, ketimbang harus berakhir di penjara.
“Sedangkan bagi pengedar maka akan di ancam dengan hukuman penjara. Justru ini sejalan dengan UU Nomor 35 tahun 2009 dan kebijakan pencegahan penyelahgunaan narkoba secara global yang dikeluarkan oleh UNODC,” tutur Anang. UNODC (United nations Office on Drugs and Crime) adalah badan PBB urusan narkotika dan kejahatan.
Soal adanya narkoba yang sudah menyusup hingga ke Pulau Seribu, diakui oleh Drs. H. Asep Syarifuddin, M.Si, pria kelahiran di Jakarta13 Februari1958 yang dilantik Gubernur Jokowi sebagai Bupati Kepulauan Seribu, 5 Juni 2013 lewat.
Asep Syarifudin pernah menjabat sebagai Wakil Walikota Jakarta Timur, Wakil Walikota Jakarta Pusat, dan Wakil Bupati Kepulauan Seribu mengatakan angka kriminalitas termasuk kasus narkoba tetap ada di wilayahnya.
“Kasus narkoba pernah ada, bukan berarti tidak ada dan kita selalu berkoordinasi dengan aparat kepolisian setempat,” kata Asep saat ditemui penulis dalam satu acara di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Asep setuju digalakkannya program pencanangan dari Badan Narkotika Nasional (BNN), dimana Indonesia harus bebas dari narkoba dan tahun penyelamatan narkoba. Makanya, kata Asep, bersama-sama dengan pihak Polres Kepulauan Seribu, saat ini pihaknya tengah gencar melakukan pemeriksaan ekstra ketat di setiap jalur, atau dermaga pemberangkantan dan tujuan para wisatawan yang berkunjung ke pulau.
“Selalu ada pemeriksaan. Kita pernah menangkap tersangka pengedar narkoba. Karena itu, sebagai bentuk kepedulian dan sosialisasi betapa berbahayanya penyalahgunaan narkoba, di pasang sejumlah spanduk. Salah satunya di depan kelurahan Pulau Tidung,” kata Asep.
Kapolres Kepulauan Seribu, AKBP Johanson Ronald sangat mendukung program Bupati Kepulauan Seribu. Johanson Ronald mengatakan, para tersangka pengguna narkoba yang tertangkap selama ini umumnya mengaku sebagai turis yang ingin mengunjungi Pulau Seribu. Tapi bagi petugas, ini hanya merupakan modus operandi saja.
“Kita kan nggak bisa percaya begitu saja, banyak yang mengaku turis padahal membawa narkoba. Soalnya itu kan akses ke Pulau Seribu juga. Biasanya diedarkan ke pengunjung di Pulau Seribu juga,” kata Johanson.
Contohnya saat penangkapan 2 orang tersangka narkoba yang dibuntuti petugas. Diduga sejumlah ganja yang mereka bawa itu akan dijual ke Pulau Seribu. Satu orang tersangka berinitial N, bertugas mengantar ganja seberat setengah kilogram dengan sepeda motor. Ini adalah pembelian kedua. Pelaku membeli pertama kali setengah kilo, lalu ingin membeli lagi setengah kilo yang ke-2 kalinya.
Dengan penangkapan ini, jajaran Kepolisian Pulau Seribu melakukan pencegahan dengan memperketat akses masuk ke Pulau Seribu. Akses ke pulau disisir. “Narkoba kan nggak di darat dan laut. Ini biar zero narkoba, daerah Ancol dan Tanjung Priok kan tempat masuknya turis. Ada akseslah untuk mengarah ke situ,” pungkas Johanson.
KEGIATAN PRAMUKA
Ketua Gerakan Pramuka, Prof Dr dr Azrul Azwar masa bhakti 2003-2008, 2008-2013 dan belum lama ini menghembuskan napas terakhir setelah lama terbaring sakit, memang sejak lama mencoba berusaha mengubah persepsi masyarakat yang melihat kegiatan Pramuka sudah ketinggalan zaman dan cuma main-main.
Melalui pembentukan Gugus Depan (Gudep) yang berpangkalan di sekolah dan perumahan yang telah direvitalisasi, diharapkan kegiatan Pramuka ini menarik bagi remaja dan generasi muda. “Harapan kami, Pramuka jadi solusi utama masalah kaum muda,” katanya.
Menurut Azrul, di era globalisasi ini, gerakan Pramuka dituntut untuk bekerja lebih keras menciptakan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan berdaya guna agar keberadaannya selalu dirasakan oleh masyarakat.
Gerakan Pramuka tetap relevan dengan perkembangan zaman. Walaupun era globalisasi itu penuh dengh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi manusia tetap merupakan faktor penentu yang paling utama, kata Azrul pada peringatan HUT Pramuka tahun 2008. (Buku 50 Tahun Gerakan Pramuka)
Pramuka sebagai gerakan ditetapkan setelah disyahkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2000 tentang Gerakan Pramuka. Ini adalah sebagai payung hukum setelah Pramuka berusia 50 tahun pada 14 Agustus 2011 dan 100 tahun kepanduan di Indonesia pada tahun 2012. Selama ini dasar hukumnya hanya berupa Keputusan Presiden No 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang dikeluarkan Bung Karno. Melalui keputusan itu, organisasi-organisasi kepanduan yang ada, melebur diri ke dalam wadah baru bernama Gerakan Pramuka.
Kegiatan positif melalui Pramuka, juga belakangan sudah mulai menarik bagi kalangan generasi muda terutama para pelajar. “Saya senang buanget bisa ikut bergabung di acara perkemahan Pramuka ini,” kata Erika Nender, gadis murah senyum yang masih duduk di bangku kelas 3 SMPN 241 Pulau Tidung ini.
Hari itu, Erika Nender diliputi rasa bahagia karena menerima piala kejuaraan sebagai kelompok putra juara I bersama Jannah Pulti Wijaya, kelas 9 dari SMPN 241 Pulau Tidung. Nampak pula pembina Pramuka putri, ibu Rahmah dan pembina putra Kak Hamdi dari Pulau Kelapa yang anak muridnya meraih juara 2 putri, dan juara 1 putra.
Dari nama-nama peserta perkemahan di atas, jelas kalau mereka adalah “anak-anak pulau”. Mereka murid dari sejumlah sekolah SD, SMP, MI dan MTs seluruh pulau yang ada di dua kecamatan di Kabupaten Kepulauan Seribu dengan 4 kelurahan tersebut. Yakni Kecamatan Pulau Seribu Utara dan Pulau Seribu Selatan.
Di antara peserta perkemahan, ada “kontingen” terjauh dari lokasi acara di Pulau Tidung. Mereka adalah rombongan dari Pulau Sebira. Secara geografi, Pulau Sebira berada di perbatasan wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan Provinsi Lampung. Tidak seperti peserta dari pulau lain, “pasukan coklat berkacu” dari Pulau Sebira ini harus menempuh perjalanan 7 jam untuk bisa sampai ke Pulau Tidung, atau sekitar 10 jam jika pelayaran diteruskan hingga ke Jakarta melalui dermaga Marina, Ancol atau sandar di dermaga Pelabuhan Ikan Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara.
Sekedar diketahui, dulunya, kedua kecamatan tersebut masih berinduk ke Kecamatan Pulau Seribu, bagian wilayah kecamatan dari Kotamadya Jakarta Utara. Kini, kecamatan yang sudah terbagi dua itu, lebur kedalam satu kabupaten, yakni Kabupaten Kepulauan Seribu yang bupatinya Asep Syarifudin, dilantik oleh Gubernur DKI Joko Widodo, beberapa bulan lalu.
Perkemahan tersebut memang berjalan sukses. Keterangan Lukman Hakim, Ketua Kwarcab Pramuka Kabupaten Kepulauan Seribu, suksesnya kegiatan tersebut karena tidak lepas dari bantuan keamanan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Pulau Seribu Utara, juga dari partisipasi pihak Kelurahan Pulau Tidung yang secara bergilir menjaga keamanan di pintu gerbang masuk lokasi perkemahan, di ujung pulau, pos-pos yang penerangannya gelap.
Tenaga kesehatan juga dikerahkan dengan menugaskan 4 orang (siang-malam) tenaga perempuan. Maka perkemahan yang melibatkan peserta dari 15 sekolah SD dan MI, wakil dari 6 SMP, 2 sekolah MTs, dibantu dewan kerja cabang, ranting dari SMA 69, SMK 61 yang ada di Kabupaten Kepulauan Seribu. Praktis, “Perkemahan Besar Penggalang Kabupaten Kepulauan Seribu” ini diikuti hampir seluruh sekolah SD – SMP yang ada, atau sebagian besar dari 468 jumlah seluruh sekolah di pulau tersebut.
Jadwal kegiatan yang diperlihatkan Kak Muhlis, Lurah Perkemahan tersebut, memang cukup ketat. Dimulai dengan acara pembukaan di hari pertama, dilanjutkan dengan kegiatan lomba, malam pentas seni (pensi), Subuh berjamaah. Pagi hari senam bersama. Siang hari digelar lomba pionering, P3K, Hastakarya, Prosa, menaksir (tinggi tiang), membuat peta lapangan, siang LKBB dan yel sampai jam 16.00 sore, wisata air. Malam hari digelar pensi dan api unggun. “Jadi tidak ada kegiatan kosong yang bisa membuat mereka melakukan hal-hal negatif.
Pagi esok harinya, acara penutupan dirangkaikan pemberian hadiah pemenang dan penyerahan bantuan untuk petugas keamanan “Jembatan Cinta”. Yang diserahkan itu adalah, sisa perbekalan selama berkemah 2 hari berupa beras, mie instan, minyak dan sembako lainnya. Dari anggota peserta perkemahan, juga secara spontanitas mengumpulkan dari kocek mereka masing-masing hingga terkumpul uang sebesar Rp. 607.000. Uang ini kemudian diserahkan kepada panitia Mesjid Agung Nurul Huda, Pulau Tidung. Luar biasa kepedulian anggota Pramuka ini. (Bersambung)