
Saya bersama Kang Arul dan buku “Cyber Media”, salah satu dari ratusan judul buku karangannya. (foto: Dian Kelana)
“QuH Sdar SHbaT”
Skiǻй LǻΜa aQŭ tЯuЅ mЇkrkan muuuhh…
Rangkaian tulisan aneh dan tak lazim di atas ini, huruf besar dan huruf kecil dicampur-aduk, sepintas memang akan membingungkan.
Tapi jangan keburu bingung dulu. Tulisan atau kalimat pertama, ternyata bacanya:
“Aku sadar sahabat”.
Kalimat kedua, bacanya: “Sekian lama aku memikirkanmu”Belakangan ini gampang ditemukan di media sosial seperti status di facebook, twitter, pesan singkat SMS maupun BBM. Itulah bahasa gaul anak remaja, atau lebih populer disebut bahasa ‘alay’.
PERNAH dengar kata ‘Alay’ ?? Atau ‘anak alay’ dengan bahasa alay-nya? Berikut penuturan Dr Rulli Nasrullah, M.Si, pakar komunikasi bidang siber (cyber). Kompasianer dengan nama pena dan di dunia blooger sebagai “Kang Arul” ini, berbincang-bincang santai di Jakarta, akhhir Oktober 2013.

Kang Arul (Dr Rulli Nasrullah, MSi) sedang membongkar rahasia sukses menulis blog dan menerbitkan buku (foto : Nur Terbit)
Ditilik dari konfigurasi huruf-huruf yang membentuk kata-kata alay, kata Kang Arul, setidaknya dapat dianalis terdapat beberapa pola, yaitu:
1. Kombinasi huruf kecil huruf besar, misalnya: QuH Sdar SHbaT (aku sadar sahabat)
2. Penghilangan satu atau lebih huruf, misalnya: bgd (banget), smua (semua)
3. Penyingkatan, merupakan varian dari penghilangan, contoh: aq (aku), km (kamu), qt (kita), mrk (mereka)
4. Penambahan satu huruf atau lebih, baik diletakkan diakhir kata misalnya aquw (aku), atau disisipkan di tengah kata, misalnya kamyu (kamu)
5. Pengulangan satu huruf atau lebih yang sama, misalnya kkkitta (kita), gobbblllookk (goblok)
6. Penggantian konsonan dan vocal, misalnya gyh (lagi), chybuwgh (sibuk)
7. Penggantian huruf dengan angka atau lambang, misalnya g4y4 (gaya), Skíåñ (sekian).
Orang yang memiliki gaya bahasa dan tulisan alay memiliki cara penyampaian tersendiri untuk mencurahkan isi hatinya dalam tulisan. Tapi cara yang mereka gunakan bukanlah cara yang memudahkan orang untuk memahami apa yang mereka maksud, melainkan lebih mempersulit orang yang membacanya agar mengerti. Seperti: Skiǻй LǻΜa aQŭ tЯuЅ mЇkrkan muuuhh… (sekian lama aku memikirkanmu)
Dari definisi lepas yang ditemukan di internet, kata Kang Arul, dapat ditangkap bahwa alay mengacu kepada sikap atau perilaku dari seseorang yang tampak dari informasi yang ditampilkannya. Baik secara kasat mata seperti cara berpakaian, maupun bermusik, tata rambut, dan sebagainya.
Sesungguhnya baik anak alay dan bahasa alay, keduanya merupakan sebuah konstruksi sosial. Anak alaybelum tentu menggunakan bahasa alay dan orang yang menggunakan bahasa alay belum tentu berpenampilan seperti stigma yang melekat pada kebanyakan orang untuk anak alay.
Kalau dicermati, proses konstruksi sosial atas keduanya secara kebetulan berada pada suatu era yang sama, dan yang lebih penting adalah, terdapat elemen dasar keduanya yang diasumsikan mirip, misalnya yaitu sama-sama merasa keren.
Oleh karena terdapat kecenderungan bahwa anak alay juga menggunakan bahasa alay, dan sebaliknya, orang yang berbahasa alay kerap berpenampilan luar seperti halnya anak alay, maka dalam banyak kasus, anak alay dan bahasa alay adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Salah satu aspek yang muncul dari perkembangan media baru dan ruang siber (cyber), adalah komunikasi yang termediasi komputer. Untuk perkembangan bahasa siber, ada kasus yang menarik yakni munculnya fenomena bahasa “alay” di kalangan remaja ABG yang mereka gunakan saat berkomunikasi dengan sesama komunitasnya.
“Bahasa alay di dalam ruang virtual sesungguhnya hanya berupa format tulisan (teks), bukan bahasa verbal. Bahwa bahasa alay dalam ruang virtual hampir tidak mungkin dipakai dalam pembicaraan sehari-hari,” kata Kang Arul.
Sesungguhnya baik anak alay dan bahasa alay, keduanya merupakan sebuah konstruksi sosial. Anak alay belum tentu menggunakan bahasa alay dan orang yang menggunakan bahasa alay belum tentu berpenampilan seperti stigma yang melekat pada kebanyakan orang untuk anak alay.
Alay Versi Remaja
Menurut Kang Arul, kata “alay” tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Beberapa pengertian dasar dari alay yang didapat dari sumber-sumber internet, yang paling populer di antaranya adalah alay adalah perilaku remaja yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat di antara yang lain.
Ada juga tulisan lain yang menyatakan alay itu singkatan dari Anak Layangan, Alah Lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang menghubungkannya dengan anak Jarpul (Jarang Pulang). Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yang sok keren, secara fesyen, karya (musik) maupun kelakuan secara umum.
“Konon asal usulnya, alay diartikan “anak kampung”, karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan,” kata Kang Arul yang juga pengamat budaya siber dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta ini.
Pada Festival Bulan Bahasa Indonesia 2013 yang diselenggarakan Senin (28 Oktober 2013) pukul 08.00 – selesai di Auditorium Gedung I, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Kang Arul tampil sebagai , salah satu narasumber dengan materi makalahnya berjudul, “Mencari Identitas Keindonesiaan dalam Sastra dan Pengaruh Media Siber”. Kang Arul tampil bersama sastrawan Sapardi Djoko Damono.
Tulisan ini sudah pernah dimuat di koran sore HARIAN TERBIT Jakarta (Pos Kota Grup) edisi Oktober 2013
Salam,
Nur TERBIT
Twitter : @Nur_TERBIT, Facebook : Nur Terbit, Kompasiana.com/daeng2011
Wah bapak….
Terimakasih atas pencerahan nya. Akhirnya terjawab sudah apa itu bahasa alay? Anak alay dan seterusnya…
Terimakasih juga telah menginspirasi.
Sya merasa semngat bisa berinteraksi dg bapak bapak yg sudah berpengalaman. Mohon bimbingannya. Salam kenal..
Terima kasih mas Ma’roef sudah mampir di sini. Salam kenal. Yuk kita sama2 belajar. Salam
Terima kasih juga saya ucapkan karena bung Ma’roef sudah mampir di sini. Mari kita sama2 belajar…