Melewati jembatan yang melintasi sungai, mangrove, tentu punya daya tarik tersendiri. Apalagi berjalan dengan pasangan, wow…..itulah yang terasa di jembatan cinta.
Kali ini kita mengunjungi JEMBATAN CINTA di Kawasan Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM), Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Perlu ditelusuri siapa yang ngasih nama ‘Jembatan Cinta’ ini. Ayok..ada yang tahu?
Tapi kalau dilihat dari bentuknya, mirip banget dengan jembatan cinta yang ada di Pulau Tidung, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta yang sudah lama berdiri. Mungkin terinspirasi dari sini kali ya…
Bedanya, Jembatan Cinta di Desa Segarajaya, Tarumajaya ini, sekarang kawasan di bawah pengelolaan Kementerian Kelautan & Perikanan ini sudah dikomersilkan.
Jalur perahu ke arah tengah laut semakin sempit karena sdh dikapling-kapling oleh perusahaan.
Entah siapa pula yang “menjual” kawasan pantai ini ke pengusaha. Ada dugaan sudah terjadi permainan kong kali kong sama si engkong dengan si engko‘ kali hahahaha…
Lokasi obyek wisata mangrove Jembatan Cinta Tarumajaya ini, berada di ujung Kabupaten Bekasi, berbatasan langsung dengan pantai Marunda, Jakarta Utara.
Untuk mencapai lokasi, bisa ditempuh dari dua arah. Yakni dari jalan biasa di pinggir tol Cakung – Cilincing, Jakarta Utara. Bisa juga dari arah Bekasi menuju Jembatan Cinta.
Kebetulan saya tinggalnya di Bekasi Timur, ibukota kecamatan di Kota Bekasi. Tinggal mengikuti jalur angkot Koasi (Koperasi Angkutan Bekasi) warna orange. Selanjutnya bisa melanjutkan perjalanan dengan ojek ke tujuan obyek wisata.
Jembatan Cinta dibangun berupa dermaga untuk memudahkan proses restorasi hutan mangrove di wilayah tersebut, sekaligus memgedukasi warga setempat agar merawat dan melestarikan ekosistem kawasan muara.
Menurut keterangan, beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Bekasi mulai menyulap kawasan PRPM Tarumajaya sebagai kawasan wisata.
Saat saya tiba di lokasi ini, Jembatan Cinta yang semula hanya kayu-kayu berwarna cokelat, sudah dicat warna-warni agar nampak terlihat cantik.
Di beberapa sudut jembatan terdapat saung-saung yang dapat digunakan wisatawan untuk bersantai sekaligus memandangi hamparan hutan mangrove.
Saya kemudian mengabadikan seluruh pojok obyek di lokasi. Hari itu, saya datang ditemani istri, Pak Ahmad Dhali (Kepala Sekolah SMP Bekasi), dan Bang Najib yang hobi ngutak-ngatik komputer.

Pak Dhali Ahmad, seorang kepala sekolah di Kab Bekasi yang mengajak saya berkunjung ke JEMBATAN CINTA ini (foto Nur Terbit)
Dari keduanyalah yang memperkenalkan kepada saya soal Jembatan Cinta ini. Praktis, saya dan istri merupakan wisatawan sekaligus perantau asal Sulawesi Selatan yang baru pertama kali berkunjung ke Jembatan Cinta Tarumajaya ini.
Mitos di Balik Jembatan Cinta.
Jembatan Cinta yang lain, seperti sudah saya singgung di awal tulisan ini, juga ada di Pulau Tidung di wilayah Pulau Seribu. Lokasinya berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Utara Jakarta.
Anda bisa melihat Jembatan Cinta yang jadi ikonnya. Secara teknis, jembatan tersebut memiliki panjang 2,5 Km dan menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil.
Di kalangan wisatawan, Jembatan Cinta Pulau Tidung populer sebagai spot foto hingga lokasi uji nyali untuk lompat dari ketinggian. Namun, bukan hanya itu hal yang spesial dari Jembatan Cinta.
Dalam buku The Hidden Treasury of The Thousand Islands atau Harta Rahasia Kepulauan Seribu karangan Thomas B. Ataladjar, tertulis kalau Jembatan Cinta memiliki sejumlah mitos.
Di masyarakat Tidung beredar mitos seputar Jembatan Cinta ini, yaitu cinta abadi bagi pasangan yang menyeberangi jembatan ini dari pulau Tidung kecil ke pulau Tidung besar atau sebaliknya.
Mitos lainnya adalah, bahwa jika orang yang belum mendapat jodoh melompat dari jembatan ke laut, akan segera menemukan pasangan cinta sejatinya.
Nama Jembatan Cinta itu sendiri diambil dari mitos-mitos yang beredar di masyarakat.
Setelah pembuatanj tersebut selesai, banyak pria wanita yang mengikrarkan cinta mereka berdua dan akhirnya menjadi sepasang sejoli di jembatan ini.
Apakah begitu juga mitos di balik cerita Jembatan Cinta Tarumajaya Bekasi? Boleh percaya, boleh tidak. Kembali ke diri masing-masing hehehe….
Salam
Nur Terbit