Apa indikasi jika Indonesia sudah bisa disebut maju? Apa pula ciri-cirinya jika Sumber Daya Manusia (SDM)-nya sudah termasuk unggul?
Itulah dua dari sekian banyak pertanyaan yang mengemuka, di acara
diskusi bertema “SDM Unggul, Indonesia Maju” di Bappenas, Jakarta.
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, yang hadir di acara diskusi ini sebagai salah satu narasumber, juga menyinggung visi Presiden Jokowi dalam penyiapan SDM Indonesia yang unggul.
Menurut Moeldoko, Indonesia maju adalah Indonesia yang tidak satupun rakyatnya tertinggal untuk meraih cita-citanya.
Sedang Indonesia yang demokratis, katanya, yang hasilnya dinikmati oleh seluruh rakyat.
“Indonesia maju, juga ketika setiap warga negaranya memiliki hak yang sama dengan Pak Jokowi,” kata Moeldoko.
Indonesia juga dianggap maju, katanya, jika warganya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kelas dunia.
Sambil mengutip pemikiran dan proyeksi Jokowi tentang Indonesia, Kepala Staf Kepresidenan ini mengatakan:
“Indonesia maju adalah Indonesia yang mampu menjaga dan mengamankan bangsa dan negaranya dalam dunia yang semakin kompetitif ini”.
Diskusi ini digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) di kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (14/8/2019) lalu. Bagi saya, ini adalah diskusi kedua dari FMB9 yang pernah saya hadiri. Yang pertama, diskusi tentang Integrasi Jalan Tol. Video liputannya sudah tayang di Channel YouTube saya : Nur Terbit
Selain Moeldoko, juga tampil Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Profesor Rhenald Kasali.
FMB9 sendiri, kata Sekjen Kominfo Rosarita Niken Widyastuti, adalah forum resmi pemerintah dalam menyampaikan informasi strategis, kebijakan lintas sektoral, dan klarifikasi isu yang berkembang dalam masyarakat.
“Forum dialog antara Menteri, pemimpin lembaga bersama jurnalis dari berbagai media,” kata Sekjen Kominfo.
FMB9 kini telah menjadi rujukan entong masyarakat karenaedia kerap memberitakan acara ini secara luas kepada publik,” kata wanita yang akrab disapa Mbak Niken ini.
Bangun Manusia Sejak TK
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Profesor Rhenald Kasali mengatakan, fondasi pembangunan SDM Indonesia, perlu dimulai dari dasar agar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat.
“Kalau kita bicara usia emas pentingnya kita membangun manusia, harus dari dasar Taman Kanak-kanak/PAUD. Tidak hanya soal pendidikan tetapi peran orang tua di rumah,” kata Rhenald.
Rhenald mendukung program wajib belajar 12 tahun, namun menurutnya perlu adanya pengendalian dari pemerintah agar SDM yang dihasilkan efektif di lapangan kerja.
“Jadi yang terpenting bukan dari lama belajarnya tapi bidang apa yang diambil,” tambahnya. Berikut hasil wawancara saya usai Prof Rhenald Kasali memberi materi seputar TK & PAUD
Berdasarkan data Pusat Statistik (BPS), pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Pada 2018, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,39.
Angka ini meningkat sebesar 0,58 poin atau tumbuh sebesar 0,82 persen dibandingkan 2017.
Bayi yang lahir pada tahun 2018 memiliki harapan untuk dapat hidup hingga 71,20 tahun, lebih lama 0,14 tahun dibandingkan dengan mereka yang lahir tahun sebelumnya.
Anak-anak yang pada tahun 2018 berusia 7 tahun, memiliki harapan dapat menikmati pendidikan selama 12,91 tahun (Diploma I), lebih lama 0,06 tahun dibandingkan dengan yang berumur sama pada tahun 2017.
Penduduk usia 25 tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh pendidikan selama 8,17 tahun (kelas IX), lebih lama 0,07 tahun dibandingkan tahun sebelumnya.
Tonton Juga Video Youtube ini : Rencana Penghapusan Kementerian BUMN
Pada 2018, masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan hidup dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar 11,06 juta rupiah per tahun, meningkat 395 ribu rupiah dibandingkan pengeluaran tahun sebelumnya.
Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Bappenas, Subandi menambahkan pemerintah fokus untuk membangun SDM berkualitas.
Itu dibuktikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020- 2024 yang menguatkan empat pilar di antaranya revolusi mental, memajukan nilai budaya, moderasi beragama, dan literasi keterampilan.
“Pendidikan sejak dini harus dilakukan karena untuk mencapai pembangunan manusia yang produktif bagi negara,” kata Subandi. (Nur Terbit)