Jangan sepelekan perempuan. Apalagi kalau sudah berstatus emak-emak. Kenapa? Nah belum tahu kan? Ini cerita lain tentang perempuan.
Mari simak tulisan reportase saya mengenai peran perempuan dan lingkungan hidup. Pasti Anda bertanya, apa hubungannya antara perempuan dan lingkungan. Iya kan?
Inilah faktanya. Selain mahir mengurus urusan rumah tangga: mulai dari urusan dapur, kasur hingga sumur – istilah yang sangat akrab bagi kaum perempuan sejak dulu — juga punya kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. Artinya, soal pelestarian hutan, perempuan jangan disepelekan loh..
Gak percaya?
Adalah DR. Amanda Katili Niode, Manager Climate Reality Indonesia mengakui bahwa kerusakan lingkungan saat ini, bukan hanya sebatas isu saja, tapi sudah diperkuat oleh fakta dan data-data terkini. Nyatanya terus menunjukkan tingkat kerusakan yang cukup tinggi.
Menurut Ibu Amanda, dari pengalaman dan pemantauannya selama ini, ternyata kaum perempuan memiliki tingkat kepedulian dan kesadaran lingkungan yang cukup tinggi dibanding kaum laki-laki.
Ini mengingatkan pada tulisan Mongabay yang dimaknai, bahwa alam sebagai sumber kehidupan dan perempuan memiliki keahlian dalam memelihara alam. “Juga perempuan sebagai pengelola kehidupan yang mempunyai keahlian memproduksi dan mereproduksi kehidupan,” kata Ibu Amanda.
Karena itu diharapkan melalui kaum perempuan dapat terjadi perubahan untuk mewujudkan kelestarian hutan dan kestabilan pangan, tambah ibu Amanda.
Forest Talk With Blogger
Lalu apa hubungannya antara perempuan dan lingkungan seperti pertanyaan awal di tulisan ini?
Jawabannya saya dapatkan saat mengikuti acara “Forest Talk With Blogger” yang diselenggarakan Yayasan Doktor Sjahrir (YDS) bekerja sama dengan The Climate Realty Project (TCRP) Indonesia, Sabtu 9 Februari 2019 silam di Gedung Almond Zucchini Jakarta Selatan. Sebagai MC adalah Amril Taufik Gobel, mantan Vice Presiden ASEAN Blogger Chapter Indonesia dan penasehat Komunitas Blogger Bekasi.
TCRP Indonesia ini merupakan bagian dari TCRP yang berbasis di Amerika Serikat.
Di Indonesia telah memiliki lebih dari 300 relawan yang berasal dari berbagai latar belakang, namun mereka mempunyai satu tujuan, yaitu membawa perbaikan bagi bumi dan melestarikan hutan secara berkelanjutan.
Menurut Ibu Amanda, saat ini selimut bumi makin tebal yang mengakibatkan makin panas yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia, maka terjadilah perubahan iklim.
Perubahan iklim ini kemudian berdampak pada kelangkaan air, gagal panen, bencana alam, gangguan kesehatan dan lain sebagainya.
Lalu bagaimana solusinya? Menurut Amanda, ada beberapa cara. Antara lain, mengurangi limbah plastik dengan membawa wadah seperti yang bisa dipakai berulang-ulang-ulang jika berbelanja.
Selain itu, juga perlu mengurangi memasak sesuatu yang dianggap banyak menghasilkan asap, seperti masak daging sapi, sebaiknya masak tahu yang tidak terlalu banyak menghasilkan asap. Bagi industri fashion, jangan terlalu sering membuang pakaian bekas. Kalau bisa manfaatkan pakaian bekas untuk dijadikan kreatifitas dan lain-lain.
“Hindari membakar sampah di sekitar rumah. Lakukan penanaman dan pemeliharaan pohon dari sekarang, disamping rajin mengkonsumsi pangan lokal,” kata Ibu Amanda, yang diam-diam ternyata adalah seorang blogger traveller. Penulis blog yang mengkhususkan diri menulis pengalaman jalan-jalan. Keren kan?
Karena itu, kepada puluhan blogger yang hadir – umumnya emak-emak dan remaja putri — Ibu Amanda menghimbau agar para blogger menulis di blog masing-masing mengenai lingkungan hidup.
Selain itu, para blogger juga diminta ikut menanam pohon yang dapat menjadi bahan baku produk unggulan desa, dan menggulirkan ekonomi kreatif di desa.
Menurut Ibu Amanda, persediaan air, udara dan hutan semakin sedikit. Air dan udara semakin sedikit, hutanpun banyak ditebang secara liar dan reboisasi jarang dilaksanakan. Kalaupun ada hanya di beberapa tempat saja, sedangkan bumi Indonesia ini terdiri dari berbagai jenis hutan.
Kerusakan hutan dan cagar alam yang terjadi, ini semua ulah dan kesalahan manusia sendiri.
Selain Amanda Katili Niode (Manajer Climate Reality Indonesia), juga hadir memberikan paparan Atiek Widayati (Tropenbos Indonesia), Murni Titi Resdiana (Kantor Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia) dan DR. Sri Maryati (Direktur Eksekutif Yayasan Belantara).
Mereka sependapat bahwa hutan itu sebenarnya tidak dirasakan manfaatnya oleh warga sekitar hutan, akan tetapi yang merasakan manfaatnya adalah kita yang tinggal di ibu kota.
Menurut Ibu Murni Titi Resdiana, MBA selaku Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim, ada 5 fungsi hutan yaitu : tempat penyimpan air, menyuburkan tanah, mencegah erosi dan longsor, sumber keaneka ragaman ekosistem, dan mengurangi polusi udara.
Selain itu kata Ibu Murni, banyak tanaman di dalam hutan yang bisa dijadikan pewarna alami.
Lalu ia pun memperlihatkan contoh-contoh hasil hutan sebagai sumber pewarna alam. Demikian juga bahan kerajinan dan makanan dari hasil hutan selain kayu.
Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia memaparkan materinya tentang pengelolaan hutan dan lanskap berkelanjutan dan solusi atas permasalahan oleh semua pihak. Menurutnya lanskap hutan terdiri dari flora dan fauna, yang hidup di dalam hutan, penduduk pinggiran hutan, dan hasil hutan. Hutan dan lanskap sekitarnya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
“Kita semua harus bertanggung jawab dalam mengembalikan fungsi hutan sebagai paru-paru dunia dengan cara konversi hutan menjadi pertanian atau perkebunan,” kata Ibu Atiek.
Dr. Sri Maryati, selaku Executive Director dari Yayasan Belantara, mengajak kita menjadikan hutan tujuan wisata. “Kita punya program penyulap hutan belantara menjadi kawasan wisata. Hutan yang semula tidak punya nilai ekonomis, kini sudah ramai dikunjungi orang dan berdampak ekonomis bagi masyarakat setempat.
Saat ini, kata Ibu Cici, sapaan akrab beliau, pihaknya berencana mewujudkan pengelolaan yang berkelanjutan pada 10 area hibah di 5 provinsi, untuk melindungi kawasan konservasi dan habitat satwa liar yang dilindungi. Antara lain di daerah Berbak Sungai Sembilan Sumatera Selatan, dengan project Low Carbon untuk mengurangi efek emisi rumah kaca dengan penghijauan berkelanjutan.
Mengenal Yayasan Doktor Sjahrir
Acara diawali pemaparan melalui video oleh ibu Dr. Nurmala Kartini Pandjaitan, istri almarhum Doktor Sjahrir, pendiri Yayasan Doktor Sjahrir. Beliau menceritakan secara singkat berdirinya yayasan tersebut.
“Doktor Sjahrir mendirikan yayasan, kebetulan adalah pemerhati masalah ekonomi, politik dan kemasyarakatan. Setelah beliau meninggal, saya dan pengurus lain meneruskan Yayasan Doktor Sjahrir (YDS) ini,” kata Ibu Kartini, sapaan akrabnya.
Diakui Ibu Kartini, permasalahan pemanasan iklim global, merupakan masalah lintas generasi. Jangan sampai anak generasi yang akan datang menanggung sebab dari apa yang dilakukan oleh generasi kita sekarang ini. Setuju Bu Kartini. (Nurterbit)
Informasi terkait pelestarian hutan, boleh mampir di website dan media sosial berikut ini :
Website : https://www.lestarihutan.id,
https://yayasandoktorsjahrir.id/
Twitter : https://www.twitter.com/ysjahrir
Blogger yang terpilih dan mendapat hadiah dari panitia karena mengajukan pertanyaan, bergambar bersama para narasumber (foto dok YDS)
The power of emak emak memang dahsyat apalagi kalau urusan sama lingkungan.
Setiap RT aja ada tong sampah kering dan basah yang memudahkan proses daur ulang.
Itu dia Mpok Ratne, sudah terbukti dan teruji kalau emak-emak itu lebih telaten ya hehehe
Setuju mpo Ratne, mereka lebih peduli dalam soal lingkungan. Tepuk tangan untuk para emak-emak prok…prok…prok hehe