JALAN-JALAN ke Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan, tidak lengkap rasanya jika tidak mampir di kampung Baharuddin Jusuf Habibie, mantan Presiden RI ke-3.
Daerah ini cukup bersejarah, itu sebabnya kunjungan ini semakin kurang lengkap jika sengaja melewatkan begitu saja tanpa mampir di “Monumen Cinta Abadi: Habibie – Ainun” di pojok Lapangan Makkasau.
Tidak jauh dari monumen ini, tepatnya di Jalan Sulawesi, terdapat rumah kopi SWEETNESS 588 milik Haji Awaluddin (Awal). Kalau ada waktu Anda, sempatkan mampir menikmati racikan khas “Kopi Sianida”.
Bagaimana serunya kopi yang terinspirasi dari kasus “Jessica – Mirna” ini, tonton video bikinan sohib saya Kang Arul dan… sebuah kehormatan karena saya sengaja diminta oleh si “Dosen Galau” ini mewawancarai Haji Awal, peracik “Kopi Sianida”. Berikut videonya, selamat menyaksikan :
Monumen Cinta Sejati
Monumen Cinta Sejati Habibie dan Ainun ini, konstruksi dan pembukaan pertamanya dilakukan 12 Mei 2015 untuk didedikasikan kepada BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari.
Monumen ini dibuat untuk mengenang cinta Presiden ketiga Republik Indonesia dan istrinya, dan untuk menginspirasi warga Parepare. Selain itu sebagai kado pernikahan untuk Habibie di hari ulang tahun pernikahannya dengan Ainun ke – 53.
Pada acara peresmian monumen yang terletak di alun-alun Kota Pare-Pare ini, selain Habibie juga hadir Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu’mang, Wali Kota Parepare Taufan Pawe.
Habibie yang didampingi putranya Ilham Akbar Habibie, tidak dapat menyembunyikan perasaan harunya saat salah seorang penyanyi melantunkan lagu cinta sejati yang merupakan soundtrack film Habibie-Ainun.
Peresmian monumen Habibie- Ainun ini yang menelan biaya hampir dua miliar rupiah. Pada acara peresmian, dimeriahkan dengan peluncuruan kembang api sebanyak 53 kali sesuai dengan jumlah tahun hari pernikahan Habibie – Ainun.
Dalam sambutannya Habibie kembali berkisah tentang kisah cinta sejatinya selama ini dengan almarhumah Ainun serta membacakan puisi untuk almarhumah Ainun.
“Bagus sekali, mudah-mudahan monumen ini dapat menjadi pemicu warga untuk selalu berkarya dan selalu mengenang pak Habibie,” ujar salah seorang warga.
Selain dituangkan dalam buku biografi, perjalanan cinta tersebut juga sudah diangkat ke layar lebar berupa film bioskop berjudul “Habibie – Ainun”. Hasilnya luar biasa. Bukunya jadi “best seller” dan filmnya juga “box office”.
Kesuksesan buku dan film bioskop tersebut lalu disusul film squel berikutnya berjudul “Rudi Habibie” yang tak kalah meledaknya. Kisah cinta Habibie dengan gadis Polandia sewaktu “Rudi” masih kuliah dan tinggal di Jerman.
Eh, ini satu bukti loh, bahwa orang jenius itu tidak hanya tahunya belajar “mulu”, dia juga punya rasa cinta, bisa jatuh cinta. Pemuda Habibie juga manusia….eeeaaahh… (koq penulisnya baper — bawa perasaan, sih? hehehe…)
Kembali ke soal masa kecil “Rudi” di Pare-Pare, seorang teman saya ysng penulis, blogger dan guru PNS ngasih bocoran bahwa BJ Habibie sempat kecewa ketika menemukan rumah tempat kelahirannya di Pare-Pare ini sudah direhab.
“Habibie maunya rumah orang tuanya yang penuh kenangan itu, dipertahankan keasliannya”.
Nama Rudi sendiri, adalah nama panggilan akrab BJ Habibie, kakak kandung dari “Fanny Habibie” atau Baharuddin Effendi Habibie (BE Habibie), mantan Dirjen Perhuhungan Laut dan mantan Duta Besar.
Dalam film “Rudi Habibie – Habibie Ainun Jilid Dua” ini, di antaranya menceritakan masa kecil “Rudi” dan “Fanny” bersama orang tuanya di Pare-Pare, sebelum kemudian pindah ke Gorontalo. Rumah orang tua Rudi – Fanny, tidak jauh dari Lapangan Makkasau, tempat monumen Cinta Abadi Habibie – Ainun berdiri.
Kampung Hamid Awaluddin
Kami juga melintas di kampung mantan Menkum HAM, Hamid Awaluddin dan menikmati “Kopi Sianida” di rumah kopi SWEETNESS 588 milik Haji Awal di Jl. Sulawesi.
Pare-Pare adalah salah satu Kotamadya dari lebih 30-an Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 150 km arah utara Makassar.
Dalam kunjungan kami ke Pare-Pare kali ini, Rabu-Kamis 5-6 Oktober 2016, dalam rangka pelatihan media sosial untuk pemanfaatan informasi bencana, kerja sama PP LPBI NU, BPND, Pemda setempat, Lembaga Soisal dari Pemerintah Australia.
Sehari sebelumnya pelatihan di Sengkang, Kab Wajo. Hari berikutnya di Kabupaten Barru, Kota Makassar (Sulsel), Kabupaten Jepara (Jateng) dan Lampung. Reportase dan videonya nanti menyusul dalam program Jokka-jokka (Bugis), Jappa-Jappa (Makassar) alias JalanG-jalanG.
Selain mampir di kampung Habibie, saya juga keliling kota naik becak, lalu selanjutnya diajak kawan berwisata kuliner sambil menumpang di mobilnya. *
Wih mantab kang, di daerah Sulsel ada cinta pak habibie dan bu ainun yang di abadikan dengan monumen. Reviewnya juga bagus eeuy, dulu pernah ketemu Kang Arul juga pas di Jogja acara “cakap dalam era informasi”, hehehe
Ohya? Sulsel selalu bikin kangen hehehe….nanti saya ceritain ke Kang Arul, bilang saya ketemu bung Gushairon Fadli..ketemu di mana? di dunia maya hehehe
Ngeri judulnya, kopi sianidaaaa
Hahahaha….serem ya? Itu trik dagang penjual kopi untuk menarik perhatian. Mumpung lagi hits kopi Sianida hehe