Reportase

Kapan Bisa Tidur Tenang Tanpa Ancaman Gempa?

Written by nurterbit

Bisa dibayangkan. Betapa tersiksanya warga akibat terusik ketenangan mereka akan ancaman gempa. Tidur pun tak nyenyak.

Nah, begitulah yang dialami saudara kita di negeri ini, yang mendiami pelosok terpencil di wilayah Indonesia tercinta.

Terutama, mereka yang wilayahnya sering diguncang gempa. Kapan mereka bisa tidur tenang tanpa ancaman gempa?

Sejak beberapa bulan terakhir ini misalnya, warga Kota Ambon, Provinsi Maluku dan sekitarnya, termasuk yang terusik dari guncangan gempa yang mencek.

Mereka para korban gempa Ambon, terpaksa pergi jauh untuk mengungsi. Warga mengaku merasa takut untuk kembali ke rumah hingga ada yang tinggal terpencar di gunung.

Hingga kini, sesuai update data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), warga Ambon masih dihantui rasa trauma pascagempa berkekuatan 6,8 magnitudo mengguncang wilayah tersebut, Kamis (26/9/2019) lalu.

“Berbagai imbauan dari pihak berwenang dan juga pemerintah, terus dilakukan untuk meredakan kepanikan warga,” kata Kapusdatinmas BNPB, Agus Wibowo.

Itu sebabnya, gempa Ambon juga menjadi salah satu topik bahasan dalam diskusi media, Forum Merdeka Barat (FMB) 9, yang mengusung tema “Penanganan Bencana”, bekerja sama BNPB, Rabu (2/10/2019) silam.

Para narasumber pada diskuisi ‘Penanganan Bencana” (foto Nur Aliem)

Akibat gemba Ambon, berdasarkan data Pusdalops BPBD Provinsi Maluku per Minggu (29/9/2019), tercatat 10 korban meninggal dunia dan 31 luka-luka.

Sedangkan total korban meninggal dunia dari tiga Kabupaten di Provinsi Maluku, berjumlah 30 orang. Korban tertinggi di Kabupaten Maluku Tengah 10 orang, Kota Ambon 10 orang, dan Seram Bagian Barat (SBB) 6 orang.

Sementara itu, jumlah korban luka-luka total mencapai 156 orang dengan rincian Maluku Tengah 108 orang, Kota Ambon 31 orang dan SSB 17 orang.

Suasana diskuisi ‘Penanganan Bencana” (foto Nur Aliem)

Gempa Ambon juga menjadi kewaspadaan tersendiri. Hal ini karena catatan sejarah kebencanaan wilayah barat Samudera Pasifik, sejak 1600 sampai dengan 2015, mencatat lebih dari 85 kejadian tsunami terjadi di wilayah Maluku.

“Potensi kebencanaan itu semakin bertambah tinggi dengan ancaman tsunami jarak jauh, yang berasal dari pergerakan lempeng Filipina, Jepang, dan Samudera Pasifik,” kata Analis Kejadian Gempabumi Ambon BMKB, Daryono.

Daryono, juga mencatat sejarah gempa dan tsunami yang pernah terjadi :
• Gempa & Tsunami Seram 30 September 1899 (M 7,8), 4.000 orang tewas.
• Gempa Ambon 26 September 2019 (M 6,5), 30 orang tewas.
• Gempa & Tsunami Seram 14 Maret 2006 (M 6,4), 3 orang tewas.
• Gempa & Tsunami Rumphius, 17 Februari 1674 (M 7,8 – 8,0), sebanyak 2.243 orang tewas.

PROSES PEMULIHAN WARGA

Sejumlah relawan juga terus menggelar proses pemulihan trauma bagi warga dan anak-anak di lokasi-lokasi pengungsian, namun rasa kekhawatiran akan adanya gempa dan tsunami di Ambon masih saja menghantui warga.

Kondisi semakin parah, lantaran isu akan ada gempa yang lebih besar disertai tsunami terus beredar di masyarakat baik dari cerita mulut ke mulut, maupun melalui pesan berantai lewat WhatsApp, pesan singkat hingga lewat jejaring media sosial lainnya.

Sebagian warga khawatir akan ada gempa susulan besar disertai tsunami di Kota Ambon. Situasi ini tidak hanya terjadi di Ambon, namun juga di dua wilayah yang terdampak gempa yakni di Kabupaten Maluku Tengah dan juga di Seram Bagian Barat.

“Dengar-dengar sih begitu, jadi kami ikhtiar saja, kami mau pulang ke rumah juga takut dan masih trauma apalagi gempa terus terjadi,” kata Simon, salah seornag warga Passo, di lokasi pengungsian.

Narasumber diwawancarai awak media usia diskuisi ‘Penanganan Bencana” (foto Nur Aliem)

Menurut Kapusdatinmas BNPB, Agus Wibowo, pasca gempa susulan yang dirasakan kuat getarannya di Ambon, warga kembali panik. Pasalnya, beredar isu akan terjadi gempa susulan.

“Padahal pihak BMKG sudah bilang, gempa itu tidak bisa diprediksi. BMKG tidak tahu akan ada gempa susulan, apalagi orang yang menyebarkan berita hoax itu,” kata Agus Wibowo, dengan nada kesal.

Dalam informasi hoax yang beredar luas di masyarakat itu, warga juga diminta agar dapat lebih waspada dan dapat melakukan evakuasi mandiri ke lokasi-lokasi yang aman. (Nur Terbit).

Peserta diskusi media (dok : Nur Terbit)

Peserta diskusi media (dok : Nur Terbit)

Leave a Comment