Kota Makassar (dahulu bernama Kota Ujung Padang), adalah ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Kota ini, termasuk lumayan banyak dari jenis dan lokasi jajanan kaki limanya.
Kota terbesar dan cukup ramai di Indonesia bagian Timur ini, populer dengan sebutan “Kota Daeng” atau “Kota Angingmammiri”.
Selain dikenal memiliki obyek wisata sejarah dan pantai, juga memiliki jajanan kaki lima yang sudah cukup dikenal.
Dari sekian banyak jenis kuliner “Kota Daeng” itu, antara lain Coto Makassar, Pallu Konro, Sop Saudara, Pallubasa, Kapurung dan Jalangkote. Yang disebut terakhir bukan makanan tapi jenis kue kering. Di Jakarta Jalangkote lebih dikenal dengan sebutan Pastel.
Ini video mengenai berbagai kuliner khas Makassar :
Bagi yang sudah sering makan atau jajan di kaki lima — terutama yang sudah pernah ke Makassar, pasti pernah mencoba atau minimal pernah mendengar kelima nama jajanan kaki lima di atas. Yuk kita bedah satu persatu.
COTO MAKASSAR
Jajananfavorit ini terdapat di hampir di pusat kota hingga ke seluruh pojok Makassar seperti di Jl. Perintis Kemerdekaan, Jl Pettarani, Jl. Nusantara, Jl Bawakaraeng. Namanya coto, ingat ya, bukan SOTO tapi COTO.
Bahannya dari daging dan jeroan sapi, hati, limpah, usus. Tergantung selera, tapi bisa juga minta “campur” dari semua jenis. Harga semangkok Rp 10-15 ribu. Disantap bersama ketupat, buras atau nasi putih. Warung jajanan kaki lima gaya “Daeng” ini, buka dari pagi hingga malam hari.

Konro Bakar, jenis lain dari SOP Konro tanpa kuah. Di Jakarta dikenal dengan nama Sop Iga (foto : Nur Terbit)
PALLU KONRO
Jajanan favorit berikutnya adalah Pallu Konro atau Sop Konro. Ada dua jenis: Konro Biasa dan Konro Bakar. Rasa dan bentuknya mirip Sop Iga Sapi di Jakarta, tapi yang ini luar biasa deh kental bumbu dan kuahnya. Bahannya juga dari daging sapi, cuma bedanya lebih dominan daging yang masih menempel di tulang.
Itu sebabnya Konro tidak memakai mangkuk, melainkan piring besar untuk menampung tulang iga yang berbaris di atas piring. Harga sepiring Rp. 20-25 ribu/piring. Pasangannya nasi putih. Sop Konro favorit saya di Kota Makassar adalah di Jl. Bulusaraung (eks Konro Karebosi), Jl Perintis Kemerdekaan, Jl Pettarani, Jl. Nusantara, Jl Bawakaraeng.
KAPURUNG
Kapurung terbuat dari bahan utama sagu aren ditambah dengan sayur-sayuran. Seperti bayam, kangkung, kacang panjang, jantung pisang dan divariasikan dengan ikan yang sudah dihaluskan dan sudah dibuang tulangnya. Sebaiknya ikan tuna, tongkol atau cakalang.
Adapun cara membuatnya, adalah sagu aren yang sudah bersih lalu dicampur dengan air. Selanjutnya diaduk di atas wajan. Setelah mengental dan membeku, api kompor dimatikan lalu sagu tadi dibentuk bulat-bulat menggunakan sumpit menyerupai ongol-ongol.
Adapun semua campuran sayur, direbus dan berikan garam dan mecin. Setelah sayurnya matang, lalu bahan inti Kapurung seperti ongol-ongol tadi diturunkan ke sayur. Begitu juga ikan yang sudah dihaluskan dan dibuang tulangnya, diturunkan dan dicampur aduk.
Terakhir dihidangkan bersama sambal ulek mentah yang memakai terasi dan jeruk limau. Kapurung ini bisa dijumpai di banyak tempat di Kota Makassar. Antara lain di sekitar Jl Pettarani, kawasan Pa’nakkukang.
SIKAPORO
Bahan-bahan tepung dari Huang Kweh warna yang hijau ukuran panjang, pakai santan kelapa, gula merah, telur ayam, durian.
Cara membuatnya, tepung diberi air santan dan diaduk di atas panci dengan api sedang. Setelah padat dituang ke Pirex, dan didinginkan.
Selanjutnya gula merah, kocokan telur, santan dimasak dengan api kecil.
BASSANG
Setiap pagi dari pukul 06.00 hingga 10.00 Wita, dia sudah melintas di depan rumah kami. Mengayuh pedal sepeda butut kebanggaannya, tanpa kenal lelah, meski sudah bermandikan keringat yang membasahi tubuhnya berbalut kaos hitam. Dari balik topi yang juga tak kalah bututnya itu, menetes peluh bagai anak sungai.
Itulah rutinitas Daeng Usman yang sudah dijalani lebih dari 20 tahun sebagai penjual Bassang. Bunyi suara “treet…..treeet…teet” dari bel sepedanya, mengingatkan saya dengan suara penjual roti keliling di Jakarta. Itu pula menjadi ciri khas Daeng Usman sebagai penjual bubur jagung keliling.
Menyelusuri pemukiman dan komplek perumahan, mengitari pinggir pagar tembok dan kawat berduri Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.
“Siapa ero ki balli, Puang? Ruang rupa anne kubalukang, Bassang siagang Buburu…..Berapa yang mau kta beli, Puang? Ada dua macam yang saya jual, Bassang dan Bubur,” kata Daeng Usman, penjual Bassang, bubur jagung a la Makassar, langganan keluarga kami, pagi tadi.
Daeng Usman, adalah warga RW 13 Kampung Cedde, Laikang, Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, kota Makassar.
Saking lamanya setia dengan profesi sebagai penjual Bassang — usaha sandaran hidup keluarga satu-satunya — hampir seluruh warga sudah mengenalinya dengan baik. Terutama pelanggan setianya, tentu saja.
Selamat “bertugas” Daeng Usman…..(Nur Terbit)
Saya pernah beli Coto Makassar di bandung, rasanya aja udah enak banget mas. Apalagi kalau makan langsung di daerah asalnya, pasti mantep banget kan itu. Kalau maen ke Makassar wajib nih nyobain kuliner khasnya.
Betul, apa saja kalau mencoba langsung di tempat asalnya pasti sensasi rasanya berbeda hehehe… yuk ditunggu di Makassar
lihat pallu konro, inget dulu zaman mondok punya temen orang makassar dan sering juga kita bikin2 masakan pallu konro enak tenan euy. jadi kangen kayak gini
Betul, konro bikin kangen. Tks sudah mampir
Pengin nyobain yang kapurung nih, kalau coto sudah sering.
Itu kapurung khas Palopo, Luwu
Aku belum pernah ke Makassar pun nyobain makanannya dan langsung ngiler dong baca postingan ini. Pengen banget nyobain Cotto Makassarnya
Aku suka semua masakan dari Makassar. Semuanya enak dan bikin nagih, terutama conro-nya. Duuuh, di Jakarta ada nggak sih rekomendasi restoran Makassar yang betul-betul rasanya otentik?
Atisatya Arifin, saya kalau rindu akan kuliner Makassar, biasanya ke Kelapa Gading, Jakarta Utara mungkin karena hanya tempat ini yang saya tahu hehehe
aku orang bugis, papaku lahir di palopo. Kapurung, Konro, Coto Makassar, Pala Butung, Pisang Ijo biasa dimasakin sama nyokap
Wah, asyik dong mbak Andiyani Achmad… mungkin yang dimaksud “Pallu Butung” yang dari bahan pisang ya?
Ngiler liat Konro bakar jadinya….
iya, ini konro varian bakar, ada juga yang pake kuah. Sama-sama mengundang selera. Makasih ya mbak Desy Yusnita sudah mampir di sini…
Belum pernah cobain, dan skarang pengen. Kayanya enak enak semua ya pak
Iya mbak Novitania. Terima kasih sudah mampir, salam kenal deh sekalian hehehe
Aku sdh pernah coba coto dan konro, enak banget. Penasaran sm kuliner makasar lainnya.
Siti Mudrikah, wah asyik dong. Yang menyamai Makassar dan termasuk lengkap, itu kuliner Makassar yang ada di Kelapa Gading. Beberapa kali saya juga sudah pernah mampir..
soto makassar tuh enak… kuahnya pekat bener
Betul mbak Yayat, kalau pekat dan kental, itu berarti bagus cotonya karena banyak bumbunya. Biasanya kan yang saya temui di Jakarta, cotonya encer buanget..mungkin ngirit di bumbu hehe
Mie Titi enak banget pak nur, kapan diulas nihh..
Siap mas Unggul, nanti saya coba ngulik mie titi ya…terima kasih masukan dan sarannya
Tinggal kapurung nih mas yang blm pernah aku icip..
Mbak Wian terima kasih sudah mampir di sini. Kalau saya sih, sensasi Kapurung itu pada rasa sagu yang dibuat bulet-bulet seperti ongol2, juga sayur dan campuran ikannya.
Kapurung rasanya kayak apa ya? Jadi penasaran
Rasa Kapurung itu unik, sensasinya lebih ke rasa sagu yang dibuat bulet-bulet seperti ongol2, juga sayur dan campuran ikannya. Gak bisa juga saya menggambarkannya…hehe
Saya suka coto Makasar, baca postingan pak Nur jadi kepengen makan coto deh, udah lama gak menikmati 😀
Hahaha….terima kasih mbak Ivonie. Di Jakarta memang sulit menemukan Coto Makassar yang paling tidak cita-rasanya mendekati aslinya di Makassar hehehe..