Sejarah Pangeran Diponegoro sampai ke Makasar, Sulawesi Selatan cukup panjang. Inilah napak tilas perjalanan ke makam pahlawan nasional — bersorban dan berkuda itu.
Pangeran Diponegoro adalah putra Sultan Hamengkubuwono III dari Mataram ini, waktu muda bernama Raden Mas Ontowiryo, dan bersama Kiyai Maja serta Sentot Alibasyah Prawirodirjo memberontak terhadap kekuasaan Hindia Belanda mulai tahun 1825.
Selama 5 tahun Pangeran Diponegoro bergerilya, telah menyulitkan kedudukan Belanda sampai menanggung kerugian ribuan jiwa tentara dan harta.
Sehingga dijebaklah pangeran yang mengobarkan Perang Sabil itu dengan perjanjian perdamaian di Magelang oleh pemerintah Belanda.
Kemudian ditangkap, lalu dibawa ke Semarang, terus ke Batavia dan ditahan di Stadhuis yang sekarang menjadi Museum Sejarah Jakarta di Taman Fatahillah 11 April-3 Mei 1830.
Pangeran Diponegoro selanjutnya diasingkan ke Manado, berikutnya pada 1834 dipindahkan ke benteng Fort Rotterdam, Makassar yang akhirnya wafat dan dimakamkan di sekitar benteng itu 8 Januari 1855.
Manado, Sulawesi Utara dan Makasar, Sulawesi Selatan memang sama-sama berada di pulau Sulawesi. Yang satu di ujung timur laut sedang lainnya di barat daya. Namun dibanding ke Jakarta, jarak kedua kota itu relative sangat dekat.
Drs Husnison Nizar, salah seorang wisatawan domestik yang juga pernah melakukan napak tilas sejarah perjalanan Pangeram Diponegoro. Mantan pejabat Kasudin Kebudayaan Jakarta Timur dan seorang arkeolog ini, memang perhatiannya kepada situs sejarah cukup besar, apalagi menyangkut sejarah Pahlawan Nasional termasuk sejarah perjalanan Pangeran Diponegoro.
Dari makam Imam Bonjol di dekat Manado, Husnison juga mengunjungi makam Pangeran Diponegoro di Kota Makasar.

PANGERAN DIPONEGORO diabadikan untuk nama jalan di Kota Makassar, sekaligus lokasi makam berada (foto : Nur Terbit)
Dikunjungi Banyak Peziarah
Bukan kebetulan kalau lokasi makam Pengeran Diponegoro di Kota Makassar juga berada di Jl Diponegoro, sekaligus mengabadikan namanya. Ketika masih jadi reporter koran Harian Terbit, grup Pos Kota Jakarta di Makassar, saya selalu melintasi Jl Diponegoro yang bersebelahan dengan Jl Buru, radio GANDARIA, tempat kerja sampingan saya selain wartawan.
Makam pahlawan nasional — yang selalu digambarkan menunggang kuda dalam perjuangannya mengusir penjajah Belanda ini — lokasinya juga tak jauh dari Benteng Fort Rotterdam (dikenal pula dengan sebutan Benteng Ujung Pandang, nama lain Makassar) dan hanya 200 meter dari pusat perbelanjaan Makasar Mall.
Secara administrative, kompleks makam Diponegoro terletak di Jl Diponegoro , Kelurahan Melayu, Kecamatan Wajo, Kodya Makasar.
“Ada puluhan makam. Dua makam yang paling besar adalah makam Pangeran Diponegoro dan isterinya. Sedangkan makam di sekelilingnya itu makam anak cucu dan pengikutnya,” tutur Husnison Nizar.
Pak Soni, demikian panggilan akrab dari Husnison Nizar, adalah Arkeolog dan mantan Kasudin Kebudayaan Jakarta Timur yang pernah berkunjung ke makam Pangeran Diponegoro. Sebagai seorang arkeolog, perhatiannya kepada situs sejarah cukup besar, apalagi menyangkut sejarah Pahlawan Nasional.
Di areal makam Pangeran Diponegoro, ini terdapat tidak kurang dari 66 makam. Pengurus makam adalah cicit generasi keempat dari perkawinan para cucu Diponegoro dengan penduduk asli Makasar. Makanya anak cucu dan cicit pahlawan nasional itu kini sudah menyebar di Sulawesi, Jawa dan Maluku dan banyak yang menggunakan nama fam Diponegoro.
Melihat bentuk pintu gerbang kompleks makam Diponegoro dan para pengikutnya di Makasar, mirip sekali dengan bangunan serupa di pemakaman tua dekat perumahan Pondok Candra, sebelah selatan Kota Surabaya.
Adapun pengunjung makam Pangeran Diponegoro, banyak karena sengaja datang untuk berziarah. Dari buku tamu yang ada, hingga sekarang pun masih banyak peziarah dari jauh. Tujuannya tak lain berwisata spiritual dan sejarah ke makam Pahlawan Nasional yang masa perlawanannya terhadap penjajah Belanda satu zaman dengan Imam Bonjol.
Isteri Pangeran Diponegoro
Sejumlah literatur sejarah khususnya internet, berbeda pendapat tentang jumlah istri Pangeran Diponegoro. Ada yang menyebut jumlah istri pangeran dua orang, lainnya menyebut tiga orang. Tiga nama masing-masing: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden Ayu Ratna Ningsih, dan Raden Ayu Ratna Ningrum. Keluarga sendiri mengklaim istri pangeran hanya satu.
Meski nama itu tercatat, namun menurut R Hamzah Diponegoro yang juga cucu keturunan keempat generasi kelima pahlawan nasional tersebut, literature Belanda hanya menyebutkan nama Raden Ratna Ningsih istrinya.
“Pada saat pangeran ditangkap, istri dan anak-anaknya juga ikut ditawan Belanda. Raden Ayu Ratna Ningsih ditangkap di kediamannya tidak jauh dari keraton. Dia dibawa bersama anak-anaknya,” kata Hamzah.
Dia menambahkan, jika ada istri lain, seharusnya nama-nama mereka juga disebutkan dalam literature Belanda.
Apalagi di makam Pangeran Diponegoro, hanya ada nama Raden Ayu Ratna Ningsih.
Hamzah membeberkan, diasingkannya Pangeran ke Manado bukanlah suatu kesengajaan. Ada semacam keajaiban yang terjadi hingga kapal yang ditumpangi mengarah ke Manado.
Saat itu kapal masih manual tidak secanggih sekarang. Terjadi gelombang laut saat kapal meninggalkan Batavia (Jakarta). Hingga akhirnya singgah di Manado. (*)
Salam
Nur Terbit
Twitter : @nurterbit, IG : @nurterbit
YouTube : Nur TERBIT, Path : @Nur
FB : Nur Terbit
Keren tulisannya daeng.
Iye terima kasih, makanya belum berani menulis yang lain, misalnya cerita soal “Kuku Samelang” (ikan lele Makassar), takut tidak keren…hehehe
Menarik membaca tulisan di blog seorang yang pernah jadi jurnalis. Lebih kaya.
Ooh jadi menurut keluarganya yang bisa ditemui sekarang, istri almarhum hanya satu, ya. Kenapa sampai ada spekulasi yangbilang tiga, ya. Eh, ini kenapa komentarnya ke jumlah istri, hehehe.
Ha-ha-ha…Sesuatu yang kontroversi memang terkadang menarik. Salah satunya tentang jumlah istri Pangeran Diponegoro….Makasih sdh berkunjung kemari. Salam..
Tulisannya keren bang.. bagi tipsnya bang buat nulis??
Ternyata pangeran Diponegoro itu ulama besar ya Pak…
Buat para blogger pemula tulisan bapak bisa jadi acuan. Lebih kaya dan sangat enak dibaca.
Wah menariks ekali tulisannya
Lain kali ulas juga min, tentang petilasan syeikh jambu karang
Terima kasih usulannya, akan diusahakan mencari literatur untuk data pendukung
Maksh ilmunya, ternyata sangat bagus yaa