Menjadi “warga Bandung”, punya kenangan tersendiri bagi saya pribadi.
Betapa tidak, ketika itu saya sempat menjadi “penduduk musiman” Kota Bandung untuk beberapa hari, setelah menjadi pemuda “pelarian” dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kondisi Alun-alun dan masjid Agung, masih apa adanya.
Saya yang masih kuliah, masih bujangan ketika itu, nekad pergi merantau ke “Pulau Jawa” (istilah bagi orang Bugis-Makassar jika menyebut Jakarta, Bandung, Surabaya atau kota-kota lain di Pulau Jawa) untuk mencari jati diri dan mencoba keluar dari kampung halaman.
Tujuan saya adalah Bandung. Tapi transit di Jakarta. Inilah kenangan jadi “pelarian” dari Makassar
Jadilah saya sebagai penghuni baru di komplek Perumahan Nasional (Perumnas) Cijerah II, Cimahi, di rumah paman saya yang sehari-hari adalah anggota Provost Angkatan Udara.
Sekitar 5 tahun lalu disusul satu tahun silam, saya mengulang peristiwa 30 tahun itu.
Bedanya saya datang sudah tidak bujangan dan sendiri lagi, tapi sudah sekeluarga: istri, anak, ponakan, datang berwisata rohani ke Masjid Agung Bandung. Kami menginap di sekitar Alun-Alun atas rekomendasi dari Traveloka.
Belum ada yang berubah, kecuali bahwa masjid kebanggaan warga kota “Parijs van Java” ini diperluas.
Lagi makan ketoprak, eh penjualnya kabur, mengindari razia petugas
Pedagang asong dan kaki lima, masih mewarnai areal masjid. Pada era 1980-an itulah, saya pernah kaget saat memesan ketoprak. Saat duduk di bangku pengunjung, tiba-tiba tukang ketopraknya lari terbirir-birit meninggalkan gerobaknya.
Usut punya usut, rupanya ia kabur karena datang petugas Tibum (Ketertiban Umum, sekarang Tramtib atau Ketentraman dan Ketertiban) melakukan penertiban. Peristiwa itu masih saja membekas setiap kali datang ke Alun-alun Bandung.
TAMAN HIJAU ALUN-ALUN
Awal Februari 2015 lalu, saya datang kembali ke Alun-alun (taman) Kota Bandung bersama teman-teman dari komunitas blogger. Mampir berwisata rohani sekaligus sholat berjamaah di Masjid Agung Bandung.
Sebelum memasuki gedung mesjid, pengunjung berhadapan dengan alun-alun atau taman kota ini yang memang berada tepat di halaman Masjid Raya Bandung.
Taman ini menjadi lokasi wisata yang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Bandung. Terlebih tempatnya yang berada di halaman Masjid Raya Bandung yang juga menjadi tempat wisata religi.
Keindahan taman ini berbeda dengan taman biasanya. Pemerintah Kota Bandung akhir tahun 2014, menyulapnya menjadi taman yang hijau membentang.
Rerumputan hijau yang indah serta rapih menjadi pemandangan yang tidak pernah bosan mata memandang.
Tidak hanya menjadi objek wisata masyarakat sekitar, tetapi juga wisatawan asing seringkali datang berkunjung dan melepas lelah sembari menikmati hijaunya alun-alun ini.
Selain itu, alun-alun ini lokasinya berdekatan dengan tempat-tempat wisata sejarah seperti Kantor Pos Bandung yang usianya sudah 81 tahun dan masih berdiri kukuh, Pasar Baru Bandung, Museum Sri Baduga, Monumen Bandung Lautan Api, Braga Bandung, Gedung Merdeka, dan masih banyak tempat-tempat bersejarah lainnya.
Alun-alun yang berlokasi di Jalan Asia Afrika ini selalu ramai baik oleh masyarakat sekitar mau pun masyarakat luar kota. Suasana semakin ramai ketika sore hari menjelang malam.
Jika pengunjung merasa lapar, jangan khawatir, di sekitar alun-alun tersedia banyak jajanan. Mulai jajanan ringan seperti siomay, es dawet, dan aneka makan lainnya (Nur Terbit).
Yang foto di depan Masjid Raya Bandung itu lapangannya belum dilapisi sama rumput sintetis ya?
Iya betul, sebagai perbandingan kondisi masjid yang dulu saya datangi dengan yang sekarang. Terima kasih sudah mampir, salam kenal
Memang kota bandung sangat menarik untuk di kunjungi dengan kota wisata.
Tapi belakangan ini sudah mulai sering macet ya. Terima kasih sdh berkunjung ke blog saya, nanti saya akan membalas kunjungannya
Pengalaman saya ketika ke bandung, tidak jauh-jauh pasti ngujungi di masjid raya.
Soalnya suasana mendukung.
Betul, tapi di beberapa jalan di Bandung sudah mulai macet parah. Terima kasih atas kunjunganya ke blog ini, nanti saya akan balas kunjungannya…
Bandung banyak ke istimewahanya..
Kota nya damai tentram.
Begitulah, semoga tulisan saya sedikit menggambarkan situasi Parisj van Java ini. Terima kasih sudah mampir di sini