Ziarah

Catatan Perjalanan Umrah Era Soeharto (3)

Kliping koran tulisan umrah versi cetak di Harian Terbit (dok pribadi)
Kliping koran tulisan umrah versi cetak di Harian Terbit (dok pribadi)
Written by nurterbit

*DOUBLE SEAT

INI MASIH cerita soal penerbangan yang tidak tepat waktu. Dalam penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten menuju Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Saudi Arabia siang itu, seorang tenaga kerja wanita (TKW) di samping saya bercerita kalau ia bahkan sudah tiga hari bolak-balik ke bandara.

Setiap kali mau berangkat – dan, tentu saja sudah bersalaman dan berangkulan dengan keluarga yang mengantarnya segala – ujung-ujungnya tak berangkat juga. Memang bukan karena jadwal penerbangan mundur, tapi pesawat yang akan ditumpangi selalu penuh terus.

“Majikan saya di Jeddah pasti sudah cemas, khawatir saya tidak balik lagi ke Arab,” kata TKW asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu. Ia sempat memberikan nama majikannya, alamat dan nomor telepon rumah yang akan ditempatinya di Jeddah. Ia sendiri mengaku bernama Hajah Masram P Yunus.

“Siapa tahu di Jeddah kesasar dan telantar, boleh kontak saya,” katanya serius.
Saya mencatatnya. Tapi pikiran saya terusik dengan ungkapan “kesasar” dan “telantar” yang dikatakan sang TKW ini.

Soalnya, awal perkenalan saya dengan TKW tersebut di atas pesawat, ya, karena memang faktor kebetulan: “telantar” dan “kesasar”. Kami berdua adalah merupakan penumpang yang”senasib”,. Penumpang yang jadi korban permainan gaya Garuda: double seat, alias kursi ganda.

Saat kami sama-sama mencari tempat duduk di atas pesawat, seorang pramugara Garuda menempatkan kami di kursi only crew, kursi cadangan yang khusus untuk tongkrongan awak pesawat dekat jendela.

“Ibu dan bapak di sini saja dulu duduk berdua. Nanti saya carikan kursi lain”, katanya enteng. Mungkin dia mengira kami berdua suami-istri rupanya, he..he..he,,

Saya tersenyum geli, tapi tidak dengan Hajah Masram, kenalan TKW saya. Ia berdiri dengan emosi dan mencari sendiri kursinya. Tak jauh dari kursi cadangan tadi, ia menemukan kursinya sudah diduduki jamaah umrah dari Singapura yang transit di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Sesaat ia terlihat bersitegang. Pramugari turun tangan tapi suasana sudah terlanjur “memanas”.

Saya menoleh ke depan, samping dan belakang, suasananya sama. Sejumlah penumpang lain juga mengalami double seat. Sampai kemudian pesawat take off , lepas landas dari landasan pacu bandara, kami berdua akhirnya bisa duduk sesuai nomor kursi yang tertera di boarding pass. Lega rasanya.

Betapa tidak, pesawat yang diterbangkan oleh pilot Iswadi dengan co-pilot Aris Darmanto ke Jeddah ini, akan menempuh perjalanan selama 9 jam 20 menit (waktu balik ke tanah air ditempuh 10 jam 45 menit dengan DC 10). Nah, masak iya sih selama penerbangan antara 9-10 jam itu kami harus duduk di kursi cadangan terus? Pantas si TKW tadi tidak terima dan naik pitam.

Saya lalu menoleh ke samping. Hajah Marsam yang mengaku sudah sering bolak-balik Jeddah – Indonesia dengan Garuda sebagai TKW ini, saya lihat sudah “duduk manis” pula. Kursi pesawat Boeing 747 yang semula diperebutkan itu, akhirnya secara “musyawarah mufakat” diduduki bertiga. Jamaah umrah wanita dari Singapura duduk dekat jendela, si TKW di kursi tengah dan saya di kursi pinggir dekat lorong pesawat – yang sewaktu-waktu kesenggol pramugari.

Kursi ganda (double seat), rupanya bukan hanya monopoli dan dialami jamaah haji. Setidaknya, begitulah yang saya alami berumrah. Pada musim haji setiap tahunnya, “penyakit” seperti ini nampaknya belum bisa disembuhkan oleh Garuda.

Meskipun ada upaya perbaikan dengan penerapan Siskohat (sistem komputerisasi haji terpadu) sebagai peralatan koordinasi yang canggih antara Depag (Departemen Agama, sekarang berganti nama Kementerian Agama) dengan pihak Garuda, tokh tetap banyak calhaj (calon haji) kehilangan “kursi” pesawat – menyaingi caleg (calon legislatif) yang kehilangan kursi di DPR. Akibatnya, tidak jarang suami-istri harus berpisah, tidak satu pesawat dengan pasangannya. Repot kan? (bersambung)

Leave a Comment