Reportase

Plus Minus Manfaat Nuklir, Mengenal Lebih Dekat Bapeten

foto Nur Terbit
foto Nur Terbit
Written by nurterbit

Sekitar 200 tokoh masyarakat suatu hari datang berkunjung ke kawasan reaktor nuklir di kawasan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Ada Apa?

Tidak seperti pengunjung biasanya, ratusan tokoh masyarakat kali ini justeru datang dengan tujuan yang tak lazim. Mereka mengajukan protes akan keberadaan reaktor nuklir di daerah mereka.

Kenapa rupanya? Apa gerangan alasannya sampai mereka keberatan dengan berdirinya reaktor nuklir? Nah, itu dia yang tak jelas.

“Pokoknya, kami tidak setuju. Apa alasanya, ya..pokoknya tidak setuju,” kata perwakilan tokoh masyarakat tersebut.

Kalau sudah argumentasinya, “Pokoknya…kami tidak setuju”, maka apapun alasannya, sudah harga mati. Sudah tidak bisa ditawar lagi.

Protes keberatan dari 200 tokoh masyarakat di atas, diceritakan kembali  Dwi Suprijanto, Kasub Pengelola Kawasan Serpong, Reaktor Nuklir BATAN, ketika menyambut rombangan kami para blogger dan wartawan dari Jakarta. Rombongan didampingi Abdul Qohhar, Kepala Humas Bapeten beserta stafnya.

Pembekalan soal nuklir oleh Humas Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) di Hotel Harris Jakarta (foto : Nur Terbit)

Pembekalan soal nuklir oleh Humas Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) di Hotel Harris Jakarta (foto : Nur Terbit)

Untungnya, pegawai dan pengelola Reaktor Nuklir BATAN punya trik tersendiri agar para tamunya tidak sampai emosi berkelanjutan dan keberatan permanen.

Mereka, kata Dwi, kemudian diajak masuk ke pusat reaktor nuklir. Diberikan penjelasan apa manfaat dari nuklir bagi kehidupan manusia.

“Kami ajak mereka berdialog. Sebab dengan berdialog, mereka akan mengerti pada akhirnya. Jadi harus berimbang, bahwa selain ada bahayanya juga ada manfaatnya. Tergantung pemanfaatannya,” kata Dwi.

Penjelasan demi penjelasan diberikan, sampai kemudian  berakhir dengan salam-salaman. Tangan para tamu tadi terasa dingin dan basah oleh keringat.

“Maaf, kami minta maaf, selama ini kami salah kaprah soal nuklir. Makanya kami semula keberatan dengan keberadaan reaktor nuklir di dekat wilayah pemukiman kami,” kata salah seorang tokoh masyarakat itu.

Abdul Qohhar, Kepala Humas Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) saat memberi penjelasan (foto Nur Terbit)

Abdul Qohhar, Kepala Humas Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) saat memberi penjelasan (foto Nur Terbit)

Ketakutan para tokoh masyarakat tersebut akan dampak nuklir, memang cukup beralasan. Itu disadari pengelola. Seperti pengakuan mereka, ada sejumlah kekhawatiran menghinggapi pikiran.

Antara lain, takut terjadi kebocoran nuklir, takut terkena kanker, takut mandul. Yang lebih parah lagi, mereka takut kalau tiba-tiba jadi “Hulk”, serial film dan televisi yang bercerita tentang seseorang tiba-tiba membesar, seluruh tubuh berubah jadi warna hijau.

“Pokoknya, mulai sekarang kami jadi juru kampanye ke masyarakat bahwa nuklir itu tidak berbahaya. Bahkan bermanfaat untuk berbagai segi kehidupan,” serentak para tokoh masyarakat itu menyampaikan tekadnya.

Melihat peralatan BAPETEN yang digunakan mengawasi pemanfaatan nuklir (foto : Nur Terbit)

Melihat peralatan BAPETEN yang digunakan mengawasi pemanfaatan nuklir (foto : Nur Terbit)

Lebih Jauh Dengan Nuklir

Mendengar kata nuklir, memang sebagian orang akan menganggap sesuatu yang menyeramkan. Nuklir, di satu sisi identik dengan bom atom. Bom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki Jepang. Atau perang nuklir Rusia dan Amerika Serikat, Korea Utara dengan senjata nuklir. Peristiwa Chernobyl dan Fukushima di Jepang.

Alhamdulillah, sedikit banyak persepsi negatif tentang nuklir, mulai berkurang, bahkan mata dan pandangan cenderung mulai menerima nuklir untuk dari aspek manfaatnya.

Itu setelah kami berkesempatan berkunjung ke Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) di Kawasan Serpong. Kami berangkat dari gedung kantor Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) di Jalan Gajah Mada, Harmoni, Jakarta Pusat. Yang kami tuju adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Perjalanan ditempuh ke puspitek lebih satu seperempat jam.

Di kawasan BATAN, semua peralatan elektronik terutama handphone dan kamera serta tas harus dititipkan di locker. Tidak diperkenankan untuk membawa peralatan ponsel dan kamera. Kawasan di sini steril. Pihak BATAN yang menyiapkan dokumentasi bagi pengunjung. Bagi tamu, disiapkan ruangan khusus yakni berupa aula dimana pihak Batan memberikan penjelasan dan buku.

Melihat pemanfaatan nuklir di tempat riset di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, Tangerang, Banten (foto : Nur Terbit)

Melihat pemanfaatan nuklir di tempat riset di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, Tangerang, Banten (foto : Nur Terbit)

Petugas dari Batan, Awwaludin dan Agung Satriyo juga memberikan penjelasan soal penggunaan teknologi nuklir di mana manfaat ternyata sangat banyak. Tentu saja setelah sebelumnya diberi pengantar oleh Dwi Suprijanto, Kasub Pengelola Kawasan Serpong, Reaktor Nuklir BATAN.

Misalnya untuk teknologi pertanian. Dengan radiasi, bisa dihasilkan bibit unggul seperti padi yang tahan hama wereng.

Teknologi nuklir juga dimanfaatkan untuk kesehatan. Bahkan, Batan sudah berhasil membuat alat yang bisa mendeteksi seberapa besar fungsi ginjal kita. Batan juga memproduksi banyak hal lain dengan teknologi mereka. Misalnya untuk pangan. Bahan pangan bisa dibuat lebih awet dengan iradiator.

Tempat riset nuklir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, Tangerang, Banten (foto : Nur Terbit)

Tempat riset nuklir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, Tangerang, Banten (foto : Nur Terbit)

Reaktor Nuklir Buat Riset

Di kawasan Serpong ini, terdapat lokasi reaktor serba guna atau reaktor nuklir yang berguna buat riset. Reaktor nuklir di kawasan Puspitek ini, dimanfaatkan untuk riset dan hal berguna lainnya seperti untuk membuat isotop.

Tempatnya di gedung Reaktor Serbaguna G. A Siwabessy, diambil dari nama tokoh yang diminta oleh Presiden Soekarno untuk membangun Batan.

Tamu pengunjung diharuskan memakai pakaian khusus warna kuning anti radiasi. Sepatu juga dibungkus warna kuning agar tidak menyentuh lantai.

Sepatu khusus ini, seperti sarung untuk sepatu. Kami juga harus melewati semacam alat scan sebelum akhirnya sampai di reaktor nuklir.

Di sebuah tempat yang mirip semacam kolam di mana di dalamnya ada bahan bakar reaktor. Kolam ini berisi air yang sudah dimurnikan dan benar-benar hanya mengandung unsur H2O saja dan tidak ada unsur mineral. Airnya cenderung berwarna biru tapi bening.

Fasilitas Iradiator untuk mendeteksi apakah makanan terkontaminasi radiasi nuklir di kawasan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, Tangerang, Banten (foto : Nur Terbit)

Fasilitas Iradiator untuk mendeteksi apakah makanan terkontaminasi radiasi nuklir di kawasan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, Tangerang, Banten (foto : Nur Terbit)

Ketika kami berkunjung, reaktor sedang tidak beroperasi. Reaktor ini berfungsi hanya dari hari jumat sampai hari Selasa saja. Sisanya, shut down atau tidak berfungsi.

Untuk mengoperasikan reaktor ini, butuh persiapan. Untuk melakukan pengecekan saja, pak Purwadi mengatakan membutuhkan berhari-hari. Sebelum beroperasi saja, harus digelar rapat. Ternyata tidak langsung main menyalakan saja.

Setelah melihat-lihat reaktor nuklir, kami kembali ke lobby. Sebelum kembali, kami melewati alat scan untuk memeriksa apakah kami terpapar radiasi. Selanjutnya kembali ke lobby sebagai lokasi lahir dari kunjungan ke Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy ini.

Reaktor Serba Guna ini, sudah beroperasi selama 31 tahun semenjak 1987. Menurut Kabag Humas dan Protokol Bapeten, Abdul Qohhar, belum pernah terjadi kejadian luar biasa. Selama ini masih aman-aman saja.

Fasilitas yang digunakan untuk mendeteksi radiasi nuklir di kawasan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jakarta (foto : Nur Terbit)

Fasilitas yang digunakan untuk mendeteksi radiasi nuklir di kawasan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jakarta (foto : Nur Terbit)

Apa Itu Nuklir?

Apakah teknologi nuklir merupakan teknologi yang aman? Secara teknis dan teori, nuklir memang agak rumit dijelaskan. Nuklir berasal dari kata nukleon yang berarti inti. Tentu ini merujuk kepada inti atom. Di mana dalam inti atom tersebut terdiri atas neutron dan proton.

Antara proton dan neutron ‘terikat’ oleh energi yang disebut energi ikat. Pada proses pemecahan atau penggabungan inti atom, akan menghasilkan selisih massa antara atom awal reaksi dengan massa atom hasil reaksi. Inilah yang disebut sebagai defect massa. Sampai di sini, sungguh saya masih bingung. Anda sendiri bagaimana?

Jadi nuklir adalah usaha apapun yang memaksa proton dan neutron terpisah atau tergabung. Sedangkan energi nuklir itu adalah kuantitas energi yang dihasilkan dari terpisah atau tergabungnya neutron dan proton. Atau bisa juga terjadi dari peluruhan radioaktif.

Jadi gampangnya, energi nuklir sesungguhnya bisa kita temukan di alam semesta ini. Salah satunya adalah pada matahari. Di matahari terjadi reaksi nuklir yang akan menghasilkan, antara lain, ya energi sebesar 17,6 MeV.

Stiker yang digunakan untuk peringatan bahaya radiasi nuklir di kawasan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jakarta (foto : Nur Terbit)

Nah, energi yang dihasilkan dari reaksi nuklir di Matahari inilah yang digunakan sebagai sumber energi utama di Bumi. Bumi menerima panas yang pas dari matahari untuk mempertahankan wujud cair dari air. Termasuk juga menyebabkan terjadinya siklus air di planet kita tercinta ini. Tentu kita semua paham bahwa air adalah sumber kehidupan.

Dalam Bidang Pangan

Sampai sekarang ternyata pemanfaatan energi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam bidang. Berikut adalah contoh-contoh pemanfaatan nuklir dalam kemaslahatan masyarakan.

Aplikasi teknik nuklir dalam bidang pangan salah satunya adalah dalam hal pemuliaan tanaman. Kalau anda pernah memakan beras seperti IR64 (Irradiasi 64) atau IR36 (Irradiasi 36) misalkan, itu adalah hasil dari Iradiasi yang menggunakan teknik nuklir.

Dengan menggunakan teknik nuklir, kita dapat melakukan rekayasa genetika tanaman yang menghasilkan varietas unggul baru. Misalkan dari sisi produktifitas, umur genjah, kualitas beras yang semakin bagus, serta tanaman yang tahan terhadap hama semacam wereng sekaligus aman dikonsumsi oleh manusia.

Kawasan gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jakarta (foto : Nur Terbit)

Kawasan gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jakarta (foto : Nur Terbit)

Pengendalian Hama Tanaman

Selain itu, teknologi nuklir juga dapat digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Salah satu teknik pengendalian hama tanaman adalah apa yang disebut TSM (Teknik Serangga Mandul). Caranya adalah dengan meradiasi lalat jantan agar mandul lalu disebar dengan jumlah 9 kali lebih banyak dari lalat betina.

Hasil perkawinan antara lalat mandul ini akan mengakibatkan turunnya populasi sehinggan kelamaan lalat buah tersebut akan punah. Teknik ini ramah terhadap lingkungan dan sangat efektif. Ia hanya membunuh hama tertentu tanpa mengganggu hewan lain.

Manfaat lain teknik nuklir dalam bidang pangan adalah untuk pengawetan makanan yang mudah busuk karena cuaca, serangga, bakteri juga mikroba.

Untuk Pengawetan Makanan

Teknik nuklir dengan cara irradiasi dalam hal pengawetan makanan memiliki kelebihan selain hemat energi, mudah dikontrol, ramah lingkungan juga tidak meninggalkan sisa radioaktif.

Sudah barang tentu produk-produk makanan yang diawetkan dengan teknik nuklir ini aman untuk dikonsumsi.

Kawasan gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jakarta (foto : Nur Terbit)

Kawasan gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jakarta (foto : Nur Terbit)

Hal lain, makanan hasil irradiasi juga dapat meningkatkan anti oksidan sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh orang yang membutuhkan immunitas tinggi seperti pasien kanker dan semacamnya.

Dalam Bidang Kesehatan

Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa aplikasi teknologi nuklir dan dunia medik sudah tidak dapat dipisahkan. Banyak alat-alat bantu diagnostik yang menggunakan teknologi nuklir.

Seperti alat-alat pemindaian semacam: CT-Scan, Rontgen dan Mammografi.

Tak hanya itu teknologi nuklir juga diterapkan dalam diagnosa yang menggunakan larutan injeksi. Larutan injeksi ini dimasukan kedalam tubuh pasien untuk mendiagnosa kondisi organ dalam pasien seperti aliran darah, paru-paru, jantung, ginjal dan lain-lain.

Teknologi nuklir juga digunakan untuk melakukan sterilisasi alat-alat kesehatan seperti: kasa, IUD, urine pot, kateter maupun baju bedah.

Dalam Bidang Industri

Dalam bidang Industri teknologi nuklir digunakan dengan yang dikenal dengan nama NDT (Non Destructive Testing)/UTR (Uji Tak Rusak).

NDT biasa digunakan untuk pipanisasi atau mencari kebocoran dalam pemipaan. Atau juga untuk mencari  kerusakan pada body pesawat udara.

Abdul Qohhar, Kepala Humas Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jakarta sementara memberikan penjelasan kepada blogger dan wartawan (foto : Nur Terbit)

Abdul Qohhar, Kepala Humas Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jakarta sementara memberikan penjelasan kepada blogger dan wartawan (foto : Nur Terbit)

Nuklir Perlu Diawasi

Merujuk kepada kasus Chernobyl dan Fukushima Daichi, jelas bahwa teknologi nuklir memiliki potensi resiko yang signifikan terhadap keselamatan kerja, masyarakat maupun lingkungan sekitarnya.

Karena itu menurut undang-undang no 10/1997 menyebutkan bahwa ketenaganukliran itu menyangkut kehidupan dan keselamatan orang banyak, karena itu harus dikuasai oleh negara yang pemanfaatannya bagi pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Dan karena sifat tenaga nuklir selain dapat memberikan manfaat juga dapat menimbulkan bahaya radiasi, maka setiap pekerjaan yang berkaitan dengan tenaga nuklir harus diatur dan diawasi oleh pemerintah.

Lalu berdasarkan pasal 4 undang-undang tersebut dibentuklah sebuah lembaga yang dikenal dengan nama Badan Pengawas Tenaga Nuklir atau biasa disebut BAPETEN.

BAPETEN merupakan sebuah Badan Pengawas yang berada di bawah dan bertanggung-jawab langsung kepada Presiden yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan tenaga nuklir. Tentu pengawasan yang dimaksud bukan seperti mandor, melainkan BAPETEN melakukan penyelengaraan peraturan, perizinan dan inspeksi.

Kerenanya setiap kegiatan yang berkaitan dengan ketenaganukliran, WAJIB memiliki izin dari BAPETEN. Tak hanya kegiatannya, akan tetapi termasuk operator yang menjalankan kegiatan tersebut wajib memiliki lisensi yang dikeluarkan oleh BAPETEN. Termasuk juga terhadap Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).

Salah satu fungsi perizinan yang dilakukan BAPETEN adalah dengan memberikan lisensi bagi rumah sakit atau klinik yang menyelenggarakan pelayanan radiografi seperti CT-Scan, Rontgen atau Mammografi. Rumah Sakit atau klinik yang telah diobservasi kelayakannya akan memperoleh stiker tanda boleh atau tidaknya layanan radiografi tersebut dijalankan.

Pada era yang semakin mengglobal ini, tugas BAPETEN tentu semakin berat. Karena potensi ancaman nuklir tidak hanya berasal dari dalam negeri saja. Tapi justru yang terbesar berasal dari luar negeri.

Gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jl Gajah Mada Jakarta (foto Nur Terbit}

Gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) di Jl Gajah Mada Jakarta (foto Nur Terbit}

Peran Bapeten Sebagai Pengawas

Ketika terjadi musibah Fukushima Daichi, BAPETEN melakukan pengukuran kadar radiasi nuklir di perbatasan utara negara tercinta. Hal ini untuk mengantisipasi seandainya radiasi nuklir dari fukushima bergerak ke arah Indonesia.

Sementara untuk mengawasi atau mencegah masuknya bahan nuklir, BAPETEN membangun Radiation Portal Monitor (RPM) di seluruh pelabuhan internasional, bandar udara internasional, dan pos lintas batas negara. Termasuk juga dipasang di Istana Kepresidenan.

Hasil pembacaan RPM tersebut dikirim melalui satelit ke Ruang Tanggap Darurat Nuklir Nasional  di BAPETEN. Data-data radiologi ini dimonitor di ruangan tersebut.

Apabila terjadi perubahan data yang tidak biasa dari layar monitor, maka BAPETEN akan dengan segera melakukan koordinasi keselamatan dengan berbagai lembaga yang berwenang seperti BNPB, TNI/Polri, Kemenhan, BNPT, Kemenkes, BATAN, BMKG,  dan lain-lain.

Salah satu ruangan pengawasan di gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jakarta (foto : Nur Terbit)

Salah satu ruangan pengawasan di gedung Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jakarta (foto : Nur Terbit)

Dalam hal BAPETEN tidak mampu menanganinya maka data-data tersebut dikirim ke Vienna tempat dimana IAEA (International Atomic Energy Agency) berpusat.

Tugas BAPETEN selanjutnya adalah turut serta dalam melakukan pengamanan terhadap MPE atau Major Public Event.

MPE adalah adalah suatu kegiatan dalam level nasional atau internasional yang melibatkan sejumlah besar sumber daya dan memerlukan perencanaan serta implementasi Rencana Keamanan yang maksimal. MPE ini bisa berupa pertemuan tingkat tinggi para petinggi negara, konser musik atau pesta olahraga.

Tentu saja MPE ini harus dijaga dan dilindungi karena gangguan terhadap MPE akan berpengaruh besar terhadap situasi ekonomi dan politik dalam negeri.

Pada ASIAN GAMES yang baru lalu, BAPETEN terlibat dalam pengamanannya.

Kendaraan operasional Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jakarta (foto : Nur Terbit)

Kendaraan operasional Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Jakarta (foto : Nur Terbit)

Tempat-tempat yang mendapatkan proteksi dari BAPETEN antara lain Wisma Atlet Kemayoran, kawasan GBK termasuk Stadion Utamanya, Stadion Wibawa Mukti, Stadion Patriot, Pakansari, Jaka Baring, Jalak Harupat, termasuk saat Torch Relay.

Pengamanan juga dilakukan di pusat-pusat keramaian yang dikunjungi atlet dan official peserta Asian Games.

Pada bulan Oktober ini, BAPETEN juga mengadakan pengaman terhadap Forum Pertemuan IMF – World Bankdi Bali 8 – 14 Oktober 2018.

Tentu dengan kinerja BAPETEN yang professional dan pemahaman masyarakat yang memadai terhadap teknologi nuklir, akan semakin meningkatkan rasa aman masyarakat terhadap pemanfaatan teknologi nuklir yang banyak bermanfaat untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera (Nur Terbit).

Tanda pengenal tamu (foto : Nur Terbit)

Tanda pengenal tamu (foto : Nur Terbit)

* Tulisan ini berhasil meraih juara lomba menulis blog yang  digelar Bapeten Jakarta.

2 Comments

Tinggalkan Balasan ke Sang Nanang X