Reportase Wisata

Pengalaman Seru 4 Hari Jadi Turis di Bali (1)

foto dok Nur Terbit
foto dok Nur Terbit
Written by nurterbit

Empat hari berpetualang sebagai turis domestik di Pulau Bali, memang bukan hal istimewa bagi traveller. Tapi bagi saya, ini sungguh luar biasa.

Kenapa saya bilang pengalaman berkesan?  Bagi kami, pasangan suami-istri, ini menghebohkan dan istimewa. Sebab untuk kedua kalinya saya KEMBALI KE BALI dan KESASAR di DENPASAR  Selain itu, pengalaman berkesan yang lain, karena saya berkeliling di Pulau Dewata berdua isteri, berboncengan pula menggunakan sepeda motor sewaan.

Tentu, punya sensasi tersendiri. Iya kan? Nah berikut catatan harian saya selama di Bali dan baru sempat saya ceritakan di blog ini, usai berlibur di Pulau Dewata.

Antre cek in di Bandara Soekarno Hatta Jakarta (foto Nur Terbit)

Antre cek in di Bandara Soekarno Hatta Jakarta (foto Nur Terbit)

Jumat 27 Oktober

Dini hari sekitar pukul 00.00 WIB, saya berdua isteri sudah meninggalkan kawasan Salemba, Jakarta Pusat menuju Bandara Soekarno – Hatta Jakarta di Cengkareng, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Inilah awal perjalanan kami: sepasang blogger pasutri, pasangan suami-isteri hehe…

Kami berdua sengaja tidak berangkat dari rumah di Bekasi, Jawa Barat. Khawatir bangun kesiangan dan telat menuju bandara. Karena itu, sejak sore sudah di Salemba, di rumah cucu. Ayah dari si cucu bersedia mau mengantar ke Soekarno – Hatta dan membawa pulang city car kami. Kendaraan yang selama ini sudah sangat setia menemani bermacet-ria di belantara hutan beton Kota Jakarta.

Saat cek in sekaligus boarding pass di Bandara Soekarno – Hatta pukul 04.26 WIB, suasana sudah ramai calon penumpang untuk semua daerah tujuan penerbangan. Sempat terjadi sedikit keributan. Tempat cek in maskapai Lion Air masih banyak calon penumpang tujuan Denpasar Bali antre panjang. Sementara rencana terbang semakin dekat.

“Wah bisa ketinggalan pesawat kita nih, Bun?” kata saya

“Ah paling juga delay, biasalah maskapai penerbangan satu ini,” kata istri dengan nada datar. Mencoba menenangkan jantung saya yang entah mengapa, mulai berdebar-debar.

Menjelang take off dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta (foto Nur Terbit)

Menjelang take off dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta (foto Nur Terbit)

Biasa. Sudah terlalu sering kami ketinggalan pesawat hehehe….Bahkan, pernah mengalami cek in sudah “closed” saat sudah di ruang tunggu. Gak lagi deh kalau harus mengulangi pengalaman buruk itu.

Barang bawaan untuk dibagasikan, pun segera saya dorong ke depan antrean. Ransel dan tas gembol berisi peralatan kamera, power bank, laptop dan kabel-kabel untuk disimpan di cabin pesawaat, sejak tadi tetap setia di punggung. Mirip tentara mau berangkat ke medan laga. Pokoknya sudah siap tempur deh. 

Beberapa saat prosesi cek in, boarding pass pun selesai. Kami berdua berlari-lari kecil naik eskalator menuju antrean di pintu pemeriksaan menjelang masuk ke ruang tunggu. Di sini pun calon penumpang sudah berjubel. Deretan kursi penuh, nyaris tak ada yang kosong.

Selain ada barang bawaan yang ikut “duduk” di kursi layaknya penumpang, juga ada yang sengaja selonjoran. Tidur hingga menyita tiga kursi.

“Bapak dan ibu mau ke Denpasar Bali?”, tanya sepasang suami-istri, tempat kami duduk. Saya mengangguk sambil meletakkan barang jinjingan ke lantai.

“Saya sudah sehari di ruang tunggu. Pesawatnya bermasalah. Uang tiket dikembalikan dan kami cuma diberi makan nasi kotak,” katanya, menyebut nama maskapai yang dimaksud. Owalah…

Lagi-lagi saya tersentak. Jangan-jangan ini gejala kurang bagus juga nih? Saya lalu menghampiri petugas yang sibuk membagi nasi kotak untuk penumpang pesawat delay. “Pesawat ke Denpasar Bali juga delay Mas, Mbak?”, tanya saya.

“Gak Pak. Tepat waktu. Tapi sekalian aja bapak ambil jatah nasi kotak untuk makan malam. Sendirian?”, kata petugas. Saya mengangkat dua jari. Di ujung ruang tunggu, istri Bunda Sitti Rabiah sudah terlihat meringis. Kelaparan. Roti mungil bekal dari anak-mantu, sudah ludes…des. Eh iya, baru ingat masih ada beberapa biji “Jalangkote”, kue Pastel khas Makassar, bikin istri di tas Gembol saya.

Pesawat Lion Air tujuan bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali, akhirnya take off tengah malam buta. Terbang bersama rasa kantuk dan mimpi Denpasar Moon. Malam itu, kami meninggalkan Bandara Soekarno Hatta dan kebisingan kota Jakarta. Membawa kami pasangan suami-isteri bersama mimpi tentang Pulau Dewata. Menyisakan rasa kantuk berat hingga berakhir dengan tidur lelap di deretan kursi para pelancong domestik dan mancanegara.

Jumat pagi, kami pun berdua tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kota Denpasar, Bali. Pulau yang pernah saya kunjungi bersama teman-teman wartawan peliput Balai Kota DKI Jakarta, era 1990-an.

Saya lalu menghidupkan  handphone dan langsung memesan mobil berbasis aplikasi online. Tujuan saya adalah Sanur, sesuai alamat yang diberikan seorang teman, masih masuk wilayah Kota Denpasar.

Teman saya ini seorang wanita, Mbak Eka Alam Sari. Dia mantan wartawati Harian Pos Kota, Jakarta. Bapaknya adalah almarhum Mbah Tribrata, juga wartawan di media yang sama dengan Mbak Eka. Semasa hidup, pos liputan di istana negara era Presiden Soeharto sebagai fotografer.

“Lewat jalan biasa apa lewat jalan tol, Mas?” tanya driver kami. Begitu saya dan istri sudah di atas mobil online.

“Oh sudah ada jalan tol ya rupanya? Waktu saya ke Bali sekitar dua puluh tahun lalu, belum ada loh“, jawab saya. Mobil yang membawa kami, kemudian melaju di atas jalan tol menuju Sanur.

Di jalan tol ini pula, belakangan saya nyasar-nyasar naik motor berboncengan istri. Kenapa bisa nyasar? Ikuti cerita selanjutnya, dan lebih seru….

(bersambung)

Menunggu cek in dan boarding di Bandara Soekarno Hatta Jakarta (foto dok Nur Terbit)

Menunggu cek in dan boarding di Bandara Soekarno Hatta Jakarta (foto dok Nur Terbit)

 

Menuju tangga pesawat yang akan membawa ke Bali, usai boarding di Bandara Soekarno Hatta Jakarta (foto dok Nur Terbit)

Menuju tangga pesawat yang akan membawa ke Bali, usai boarding di Bandara Soekarno Hatta Jakarta (foto dok Nur Terbit)

Berpose sejenak dengan penari Bali, saat tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali (foto dok Nur Terbit)

Berpose sejenak dengan penari Bali, saat tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali (foto dok Nur Terbit)

 

Bunda Sitti Rabiah ikut berpose saat tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali (foto dok Nur Terbit)

Bunda Sitti Rabiah ikut berpose saat tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali (foto dok Nur Terbit)

 

Dini hari melintasi jalan tol dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali menuju Sanur (foto dok Nur Terbit)

Dini hari melintasi jalan tol dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali menuju Sanur (foto dok Nur Terbit)

 

Jalan tol dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali menuju Sanur ini berdiri di atas air laut (foto dok Nur Terbit)

Jalan tol dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali menuju Sanur ini berdiri di atas air laut (foto dok Nur Terbit)

 

51 Comments

  • Ini saya sudah komentar tapi kok hilang hehehe. Yang pasti Bali memang selalu ngangenin. Semoga suatu saat bisa kembali mendatangi Bali dengan petualangan yang lebih seru ya…

  • Ini saya sudah komentar tapi kok hilang hehehe. Yang pasti Bali memang selalu ngangenin. Semoga suatu saat bisa kembali mendatangi Bali dengan petualangan yang lebih seru ya…

  • Yah… baru bagian satu dari empat tulisan, yang lain belum ya Pak? Penasaran sama lanjutannya. Oh iya, ceritain tol Bali dong Pak. Tol Bali itu yang katanya jalannya cakep itu ya Pak?

  • Waah Bang Nur dan Bunda Siti seru bangat sih liburan ke Bali, mau bulan madu lagi kayanya nih ya. ditunggu lanjutan ceritanya 🙂

  • Seru banget ya pak, jalan2 sama istri 😀
    Pengen juga eui ke Bali berdua aja sama suami. Nyasar2 jg gak masalah yang penting sama suami hehehehe

  • Ciyeeee.. serasa honeymoon ya pak Nur dan Bunda Sitti di Bali 🙂 pesona Pulau Dewata emang gak pernah luntur deh, segala jenis pariwisata dan hiburan lengkap tersedia. Jadi penasaran pengen baca lanjutan cerita liburan Pak Nur dan Bunda Sitti nih…

    • Hehehe….tenang aja, sudah ada di draft, makasih Mbak Okti. Dari infonya di grup WA bilang gak bisa ninggalin komentar, akhirnya ketahuan gara2 plugin gak saya update, jadi semua komentar yang masuk dianggap spam oleh sistem di blog saya hahaha….sekarang udah bagus koq,.makasih sih, salam untuk Misua….

  • Duhhh senangnya bisa jalan-jalan sama istri.. Huhu aku belom pernah nih ke Bali ,, doakan aku ya om semoga bisa secepatnya sama anak2 piknik kesana hehe.

  • Seru banget perjalanan penuh cinta nya ya pak. berasa honeymoon lagi. Bali selalu ramah dengan yang berkunjung kesana dan selalu memberikan kenangan baik supaya kembali lagi

  • Baliii..duh nggak ada matinya ya, selalu suka semua hal tentang Bali, jadi pingin ke Bali lagi, kesana dulu jalan tolnya masih di bangun, sekarang sudah jadi yaa..

  • Serunya jalan2 ke Bali bareng istri ya Pak. Bisa menambah keharmonisan dan keromantisan meskipun di usia yang sudah tak muda lagi. Semoga sehat dan sukses selalu ya Pak

    • Amin…terima kasih mbak Elva Susanti. Jalan berdua pasangan, salah satu cara menghangat hubungan keharmonisan rumah tangga…ciieh..hehe

  • Aku terakhir naik lion itu empat tahun lalu, karena lion sering delaynya yang ampun-ampunan itu. Untung penerbangan bapak tidak diwarnai dengan delay ya.

    • Hahaha….jadi tersanjung nih saya Dwi Wahyudi. Siap lagi dipersiapkan, tertunda oleh kesibukan pasca dari Bali. Tapi tenang aja bro, masih menyimpan catatan perjalanannya. Tinggal ditulis eh diketik hehehe

  • wah ini seru banget! saya juga pengen deh berdua suami aja pergi jalan2 hihihi.m ngayal aja dulu, tunggu anak anak gede dan bosa ditinggal ???? ditunggu tulisan kelanjutannya ya Pak.. penasaran juga, soalnya belum pernah ke Bali nih

    • Siap VHAranie, lagi disiapkan tulisan lanjutannya. Coba deh ke Bali bersama pasangan, dijamin pasti seru dan …………. romantis..tis..tis hehehe

  • Hahaha seru ya nyasar di Tol. its ok bang kan ada bunda hahaha. Kalau ke Bali pasti aku di sangka orang Bali. Bali itu magis ya nyasar pun adalah menyenangkan hahaha.

    • Hahahaha…betul mbak Gita Siwi. Kebetulan saya sudah yang kedua kalinya meski kedatangan pertama sudah puluhan tahun yang lalu. Karena saya wartawan dan pernah ada pengalaman waktu kasus bom Bali setiap hari menerima laporan berita dari wartawan koresponden di Bali, jadi sedikit banyak ingat cerita tersebut. Jadi ketika ke Bali bersama istri dalam tulisan ini, saya sengaja menyewa motor dan menelusuri lokasi bekas kejadian ledakan bom sambil naik motor….wow asyik sekalian napak tilas hehehe…

  • Saya juga senang ke Bali, bulan depan mau pergi ke sana lagi, dalam rangka relaksasi karena anak2 bisa titip di rumah orang tua di Banyuwangi. Memang di sana enak bisa kemana-mana dan ada taxi online juga

    • Betul mbak Innova Carolina. Selama di Bali, saya menyewa mobil untuk jarak jauh, motor untuk yang jarak sedang, dan bersepeda di seputaran Pantai Sanur hehehe….

  • Bali selalu jadi tempat yang berkesan. Terakhir kesana bisa jalan kaki dari Ngurah Rai ke Kuta..entah kenapa menemukan banyak kedamaian di san

    • Asyik dong ya Mbak Sara hehehe…..padahal cukup jauh saya rasa Ngurah Rai ke Kuta. Tapi begitulah Bali, memang merupakan salah satu obyek wisata andalan di Indonesia yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Salam…