Umroh

‘Tidur Berjamaah’ Sepanjang Jeddah – Medinah

Arus jamaah mengalir bagai air bah menuju pintu masuk makam Rasulullah di Mesjid Nabawi, Madinah (foto dok Nur Terbit)
Arus jamaah mengalir bagai air bah menuju pintu masuk makam Rasulullah di Mesjid Nabawi, Madinah (foto dok Nur Terbit)
Written by nurterbit

Setelah pemeriksaan  paspor selesai di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Saudi Arabia, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan 2 bus menuju Kota Madinah untuk memulai prosesi ibadah umrah. Ini tulisan lanjutan yang tertunda dari reportase saya sebelumnya, berjudul “Umrah Keluarga, Perjalanan Panjang Menuju Baitullah”, klik beritanya DISINI https://nurterbit.com/2016/01/umrah-keluarga-perjalanan-panjang-menuju-baitullah/

Adapun perjalanan kali ini adalah perjalanan darat  Jeddah – Madinah yang ditempuh sekitar 5 jam. Bagi saya pribadi, perjalanan darat Jeddah – Madinah ini hanya mengulang kembali perjalanan umrah saya pada tahun 1996 di jalur yang sama.

Sekitar 20 tahun lalu, saya diundang sebagi wartawan meliput, sekaligus berangkat umrah bersama jamaah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang bermarkas di Masjid Istiqlal, Jakarta. Sungguh jauh berbeda dengan umrah akhir tahun 2015-2016 yang saya ikuti ini.

Yang paling menarik dari umrah saat itu, sebab waktu itu Ka’bah — Batu besar persegi empat di tengah Mesjidil Haram, Mekah itu — lagi direhab. Sehingga Ka’bah tidak lagi berwarna hitam melainkan berwarna putih karena dibungkus triplek selama pengerjaan rehab hehehe….

Nah bedanya, umrah kali ini Ka’bah sudah kembali berwarna hitam dihiasi crane raksasa berdiri di sudut-sudut mesjid. Beberapa di antaranya sempat jatuh dan menimpah jamaah hingga tewas. Masih ingat kejadiannya kan? Baca kisahnya DI SINI

Sebagian dari keluarga besar saya yang ikut dalam rombongan jamaah akhir tahun 2015-2016 saat berada di hotel, sebelum berangkat menuju Mesjid Nabawi, Madinah (foto dok Nur Terbit)

Sebagian dari keluarga besar saya yang ikut dalam rombongan jamaah akhir tahun 2015-2016 saat berada di hotel, sebelum berangkat menuju Mesjid Nabawi, Madinah (foto dok Nur Terbit)

Umrah akhir tahun ini, saya bersama rombongan keluarga besar dari Makassar. Terdiri dari istri, anak, ponakan, tante, om dan para adik ipar beserta suami mereka. Sempat rombongan kami mampir di rest area untuk istirahat. Sepanjang jalan, praktis rombongan umrah keluarga ini memiliki keseragaman dalam hal aktivitas di atas bus: semuanya tidur berjamaah hehehe….

Kami baru terjaga dari tidur —  maklum masih kelelahan setelahmenempuh penerbangan 13 jam dari Makassar, Medan, Jeddah — setelah dibangunkan oleh Haji Achmad, ustadz pembimbing umrah kami dari Biro Perjalanan Umrah Alhamdi Makassar. Saat itu, bus sudah memasuki kota Madinah. Kerlap-kerlip lampu kota, memantulkan cahaya dari jendela bus yang kami tumpangi.

Madinah sendiri, sebagai mana telah kita ketahui bersama, adalah satu dari dua kota suci Arab Saudi yang tidak boleh dimasuki oleh orang yang non Muslim. Sebelum masuk kota, sudah terpampang rambu-rambu penunjuk jalan untuk orang-orang non Muslim. Rata-rata laju kendaraan juga terlihat cukup kencang.

Kami menggunakan dua bus dari Jeddah. Bus melintasi jalan tol — melewati sebelah timur kuburan Baqi’. Beberapa pembangunan gedung baru dan ruas jalan terus berlangsung. Bus terus berjalan dan kemudian melewati jalan depan Masjid Nabawi hingga tiba di hotel. Alhamdulillah hotel tempat menginap kami di Medinah adalah Dallah Toyibah Hotel, letaknya tidak jauh dari pintu masuk (gate 25) masjid Nabawi.

Setelah istirahat dan mandi di hotel, rombongan disuguhi menu makan malam. Selanjutnya sholat di kamar hotel masing-masing. Habis makan malam, istirahat sebentar, untuk persiapan memulai rangkaian perjalanan beribadah umrah.

Aktivitas di hari pertama di Madinah, adalah sholat Isya berjamaah di Masjid Nabawi. Usai sholat, rombongan berusaha mendekati pintu menuju makam Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. Di sini sudah ramai oleh jamaah yang berdesak-desakan.

Saya mengamankan diri dengan menaiki undakan di tiang mesjid. Arus jamaah semakin deras. Itu terasa deras karena sebelumnya badan saya sudah tenggelam dan hanyut oleh dorongan kekuatan jamaah yang terus bergerak di malam hari itu.

Semua bergerak ke satu arah di sisi kanan Mesjid Nabawi, yakni menuju makam Rasulullah, Nabi Muhammad SAW yang dimakamkan di dalam mesjid. Ke sanalah para jamaah mengalir….ya, mengalir tiada henti sampai kemudian berakhir saat masjid ditutup hingga dibuka lagi menjelang sholat Subuh dini hari. (Ikuti cerita selanjutnya, lebih seru lagi deh hehe….)

 

8 Comments

Tinggalkan Balasan ke mira miut X