Haji Umroh

Setelah 2 Tragedi Haji di Mekah & Mina

Tragedi Masjidil Haram di Mekah (dok TEMPO)
Tragedi Masjidil Haram di Mekah (dok TEMPO)
Written by nurterbit

TRAGEDI MEKAH
* Ketika Ka’bah Berwarna Putih

Labbaika Allahumma Labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka.
laa syarika laka.
Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Setiap kali aku mendengar itu, aku selalu menangis
Ya allah aku rindu Mekah
Ya Allah aku rindu melihat kabah
Ijinkan aku datang.
ijinkan aku datang ya Allah.

20 Tahun silam, tepatnya September 1996, saya selaku wartawan HARIAN TERBIT, berkesempatan berangkat umroh bersama jamaah masjid Istiqlal Jakarta dengan fasilitas Dewan Masjid Indonesia (DMI), era ketuanya KH Kafrawi Ridwan. Kini DMI dipimpin Jusuf Kalla, putra Bugis yang belakangan terpilih sebagai Wakil Presiden RI mendampingi Jokowi.

Saat itu, menjelang musim haji. Kesibukan pekerja di areal Masjidil Haram, Mekah, Saudi Arabia tampak di mana-mana mewarnai suasana di tengah berlangsungnya prosesi solat jamaah, sa’i (berlari-lari kecil sepanjang Syafa dan Marwah), tawaf (berkeliling 7 kali mengitari Ka’bah).

Rupanya Ka’bah, arah yang menjadi arah kiblat umat Islam seluruh dunia dan posisinya berada di tengah areal Masjidil Haram, Mekah itu sedang direhab. Persiapan menerima kunjungan para tamu ALLAH di musim haji.

Petir menyambar crane di Masjidil Haram, Mekah (foto Istimewa)

Petir menyambar crane di Masjidil Haram, Mekah (foto Istimewa)

Sejumlah peralatan berat — seperti truk pengangkut material, tenaga pekerja, termasuk tower crane — berseliweran di sekeliling Masjidil Haram. Semua sarana penunjang mega proyek itu beroperasi dengan terpusat ke satu titik : kuncub Ka’bah yang dibalut Kiswah, kain hitam penutup Ka’bah dengan tulisan Arab dari bahan emas di sekelilingnya itu.

Rombongan jamaah umroh kami, sempat kaget dan segera “mengucek-ucek” kelopak mata masing-masing, begitu kami memasuki salah satu pintu di Masjidil Haram.

“Ya Allah, dosa apa kami ini di tanah air, sehingga mata kami jadi rabun sampai di Mekah?”.

“Jangan-jangan mata kita sudah diserang katarak?”, kata jamaah yang lain.

Ada apa gerangan? Rupanya Ka’bah yang berada di depan kami berwarna putih — sangat kontradiksi dengan cerita jamaah haji, para ustadz atau buku2 pelajaran agama waktu di madrasah, dimana Ka’bah itu selama ini berwarna hitam. Ya, warna hitam sejak dahulu kala, mungkin pula sejak zaman Nabi Ibrahim ya?

Amirul Umroh, pimpinan rombongan umroh kami, kemudian menjelaskan kenapa tiba2 Ka’bah menjadi putih?

“Ka’bah sedang direhab”, katanya.

Penjelasan itu membuat kami semua tenang. Berlapis-lapis papan triplex berwarna putih berdiri, menutupi dan “membungkus” seluruh permukaan Ka’bah. Yang tersisa hanya lobang kecil untuk Hajaratul Aswad, yakni batu hitam di pojok Ka’bah, tempat jamaah haji berebutan menciumnya.

Ohya, di atas kepala kami saat melakukan prosesi tawaf mengelilingi Ka’bah, puluhan tower crane — besi raksasa berbentuk menara atau tower — ikut pula “bertawaf”. Berputar silih berganti, mengangkut, memindahkan dan menurunkan bahan material ke kuncup Ka’bah. Ah….tidak pernah terbayangkan kalau tower crane itu kemudian tumbang dan menimpa jamaah yang sedang tawaf atau solat?

Kondisi Masjidil Haram, Mekah saat crane ambruk (foto Istimewa)

Kondisi Masjidil Haram, Mekah saat crane ambruk (foto Istimewa)

19 Tahun kemudian…..

Sabtu dini hari 12 September 2015 lalu, saat saya di depan laptop, lagi asyik googling dan browsing di internet, jantung saya seolah copot. Tower crane di Masjidil Haram roboh diterpa badai pasir, disambar petir, lalu menimpa para pekerja termasuk para jamaah haji. Masjidil Haram memang sedang diperluas sehingga diharapksn mampu menampung jutaan jamaah dari seantero dunia.

Innalillahi wainna ilaihi roji’un….

Dari Tragedi Mekah ini, Saya lalu teringat ketika umroh, dimana Ka’bah berwarna putih, September 1996 silam.

Raja Salman Jenguk Korban

Pasca tragedi tersebut, Raja Salman pun menjenguk korban luka-luka yang tengah dirawat di rumah sakit Kota Makkah, Arab Saudi, Sabtu (12/9).

Menurut Reuters yang mengutip Bandar al-Jaloud kemudian disebarluaskan oleh
REPUBLIKA.CO.ID, dikabarkan kalau Arab Saudi menangguhkan perusahaan konstruksi besar Binladin Grup dari kontrak baru. Hal itu dikarenakan adanya kecelakaan crane yang menewaskan 107 orang dan memerintahkan Departemen Keuangan untuk meninjau proyek-proyek yang ada.

Raja Salman juga meminta semua anggota dewan dan eksekutif senior untuk tidak bepergian ke luar negeri. Sebab, penyelidikan atas insiden pekan lalu itu menunjukkan derek didirikan dengan cara yang menyimpang dari petunjuk penggunaan sehingga menyebabkan kecelakaan pada kencangnya hembusan angin.

Raja memerintahkan Binladin Grup dicegah memasuki tawaran baru atau proyek-proyek baru. Suspensi akan tetap berlaku sampai penyelidikan selesai dan semua masalah hukum usai. Derek atau yang dikenal dengan crane terjatuh di Masjidil Haram Jumat lalu. Insiden tersebut terjadi kurang dari dua pekan sebelum ibadah haji tahunan Islam.

Binladin Grup merupakan salah satu perusahaan kontraktor terbesar di kerajaan. Perusahaan didirikan oleh ayah pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden dan dijalankan oleh saudaranya, Osama Bakr. Perusahaan yang didirikan lebih dari 80 tahun itu mengerjakan perluasan di Masjidil Haram.

Sebuah pernyataan dari juru bicara administrasi masjid di Mekah dan Madinah mengatakan, derek menabrak bagian dari Masjidil Haram dan menimpa jamaah yang mengelilingi Kabah.

Sementara di Tanah Air, Din Syamsudin mengaku pernah membatin soal keamanan crane di musim haji. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini mengatakan, dua tahun lalu ia pernah ke Saudi Arabia. Din sempat merasa rancu dengan keberadaan alat berat crane di sekitar tempat haji tersebut.

“Saat itu crane-crane itu sudah ada. Saya membatin dalam hati saya, seharusnya crane-crane ini diamankan pada musim haji,” katanya. Hal yang sama pernah pula saya membatin, saat umroh yang secara kebetulan Ka’bah itu berwarna putih.

Hingga akhirnya terjadi musibah crane pada Jumat, pekan kedua September 2015 itu. Alat berat dengan bobot ratusan ton itu jatuh menimpa ratusan jamaah haji di Masjidil Haram akibat diterpa angin yang sangat kencang. “Namanya juga musibah, kita tak pernah menduga bisa terjadi. Maka harus diterima sebagai musibah dengan ikhlas,” kata Din.

Menurut Din, pembangunan masjid harus tetap dilanjutkan. Namun, ia berpesan agar crane yang berada di sana diamankan agar kejadian serupa tak terulang. “Ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadi hal-hal yang tak diinginkan,” ujar Din.

Penulis bersama istri dan anak berpose di depan Ka'bah, di Masjidil Haram, Mekah, saat crane ambruk (foto Istimewa)

Penulis bersama istri dan anak berpose di depan Ka’bah, di Masjidil Haram, Mekah, saat umrah keluarga awal tahun 2016 (foto dok pribadi Nur Terbit)

TRAGEDI MINA

Dua minggu setelah terjadi Tragedi Mekah, kita dikagetkan lagi dengan peristiwa Tragedi Mina di mana jamaah haji terinjak-injak. Dalam sejarah peristiwa Mina, ternyata pernah beberapa kali terjadi musibah saat melontar jumroh. Saya menemukan catatan dari Metrotvnews.com sebagai berikut:

* Tragedi Mina Musim Haji 2015. Sedikitnya 310 orang tewas dan 450 lainnya terluka dalam tragedi terinjak-injak di Mina, Arab Saudi, Kamis (24/9/2015). Seperti dikutip Al Jazeera , tragedi ini bukan kali pertama terjadi di Mina.

* Pada 2006, kejadian serupa menewaskan 360 orang saat mereka hendak melempar batu jumrah di Mina. Satu hari sebelum musim haji 2006 dimulai, sebuah bangunan delapan lantai yang digunakan sebagai penginapan di dekat Mekkah roboh, menewaskan sedikitnya 37 orang.

* Dua tahun sebelumnya, 244 orang tewas terinjak-injak dan ratusan lainnya terluka di Mina, dalam hari terakhir rangkaian ibadah haji.

* Pada 2001, kejadian serupa di Mina menewaskan 35 orang.

*  Tragedi terbaru musim haji 2015, seolah mengulang kejadian serupa di Mina. Kali ini lebih banyak korban yang terjadi pagi hari waktu Arab Saudi. Ratusan korban merupakan penganut paham yang menganggap waktu terbaik melempar jumrah yaitu sebelum salat Zuhur.

Menurut informasi Kementerian Agama, sebagian besar korban tewas berasal dari Mesir dan Afrika. Peristiwa dipicu jamaah di baris depan yang tiba-tiba berhenti berjalan dalam rute menuju lokasi pelemparan batu jumrah.

Jenazah para jamaah haji memenuhi lantai Masjidil Haram, Mekah, saat crane ambruk (foto Istimewa)

Jenazah para jamaah haji memenuhi lantai Masjidil Haram, Mekah, saat crane ambruk (foto Istimewa)

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menyebut adanya warga negara Indonesia yang menjadi korban dalam tragedi kali ini.

Semoga arwah para jamaah haji diterima di sisi Allah….Amin..‪#‎nurterbit‬

Nur Terbit

Makassar, Minggu 13 September 2015 pk 09.30 WIB

‪#‎Foto2‬ diunggah dari internet
‪#‎Tulisan‬ lain tentang perjalanan umroh ‪‎Ketika‬ Ka’bah Berwarna Putih, selengkapnya ada di www.nurterbit.com berupa tulisan berseri: ‪#‎UMROH‬ERASOEHARTO.

3 Comments

Tinggalkan Balasan ke echaimutenan X