Media Pers Reportase

Buka-bukaan di Balik Lensa Kamera Fotografer Mieke Lewis

Written by nurterbit

Apa itu fotography? Pertanyaan ini mengusik saya saat pertama kalinya bertemu dan berkenalan langsung dengan Mieke Lewis, seorang fotografer wanita yang cukup handal dan eksis di bidangnya.

Mieke — atau lengkapnya Dr. Mieke Suharini, S.Pd, M.Si — seorang dosen di IISIP (Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik) di LA (Lenteng Agung), Jakarta Selatan.

Jika dilihat dari disiplin ilmunya sih, ya tidak ada kaitannya dengan fotografer, pakar politik minimal kader partai misalnya. Tapi justeru beliau justeru sangat handal memotret berbagai obyek memakai sejumlah merk kamera.

Mieke Lewis, Fotografer, Fotografi, Belajar Memotret Memakai Ponsel

Mieke Lewis: fotografer, dosen dan pesenam dalam gaya yang lain (sumber foto FB Mieke)

Si ibu dosen ini mengatakan bahwa sebelum kita belajar fotography, hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu apa arti dari kata tersebut. Photos artinya Cahaya, sedangkan Graphys adalah Melukis, jadi Fotograpy adalah “melukis dengan bantuan cahaya”.

Mieke Lewis: fotografer, dosen dan pesenam, sumber foto, Mieke)

Mieke Lewis: fotografer, dosen dan pesenam (sumber foto FB Mieke)

Unsur utama sebuah fotography adalah cahaya. Cahaya merupakan unsur terpenting dalam Fotograpy. Tidak ada cahaya, berarti tidak ada hasil foto. Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya yang dipancarkan oleh benda tersebut, atau mendapat pantulan cahaya dari sumber cahaya hingga sampai ke mata.

Pada pengambilan gambar atau foto, jika cahaya minim speed kamera menangkap cahaya juga lambat, akhirnya gambar rentan goyang yang jadinya bisa blur atau buram. Dan terkadang kamera juga tidak mau menjepret kalau gelap atau minim cahaya.

PARE - PARE, salah satu daerah kotamadya di Sulsel dengan pesona Pantai Mattiro Tasi (foto : Nur Terbit)

PARE – PARE, salah satu daerah kotamadya di Sulsel dengan pesona Pantai Mattiro Tasi. Foto diambil menggunakan kamera handphone, situasi menjelang matahari terbenam (foto : Nur Terbit)

Teknik Menggunakan Kamera DSLR

Menurut Mieke, ada 3 jenis kamera yang sering digunakan oleh kalangan profesional maupun kaum amatiran yaitu:

  • Kamera Compact Pocket (Kamera Saku)

Kamera Saku atau kamera pocket yaitu kamera yang berukuran kecil dan diperuntukkan bagi semua kalangan, bahkan untuk yang tidak mengerti tentang fotography sekalipun. Bentuknya praktis dan mudah dibawa kemana-mana.

  • Kamera Mirrorless

Kamera Mirrorless yaitu kamera yang tidak memiliki cermin dan jendela bidik optik. Gambar bisa dibuat menciut, tapi tetap mempertahankan kualitas tangkapan gambar dan lensa bisa diganti-ganti.

  • Kamera SDLR (Digital Single Lens Reflex)

Kamera SDLR yaitu kamera sistem digital, tapi kalau kamera SLR yaitu kamera yang masih menggunakan sistem manual. Kamera SLR atau refleks lensa tunggal adalah kamera yang menggunakan sistem jajaran lensa jalur. Lensa bisa diganti-ganti dan ukurannya besar dan berat. Tapi sekarang ini lensanya sudah ada yang kecil dan tidak berat lagi.

Sementara itu, ada 3 hal penting yang harus dikuasai oleh seorang fotografer yaitu :

  • Aperture / Diafragma

Aperture atau Diafragma yaitu celah yang terdapat di dalam lensa yang dapat diatur besar kecilnya untuk mengatur sedikit banyaknya cahaya. Semakin besar diafragma semakin banyak cahaya yang menyinari film/ sensor. Sebaliknya semakin kecil diafragma semakin sedikit cahaya yang menyinari film/ sensor. Diafragma pada lensa kamera biasanya diberi kode F atau kode angka.

  • Shutter Speed

Shutterr Speed yaitu waktu yang dibutuhkan oleh jendela rana untuk membuak atau menutup kembali yang menentukan lamanya proses pembakaran/ eksposing film. Dapat juga mempengaruhi efek gerak objek yang terekam dan juga dapat mempengaruhi pencahayaan yang sempurna, mengontrol blur dan efek yang manarik. Biasanya diberi kode 1 atau angka detik.

  • ISO

ISO adalah ukuran tingkat kesensitifitas sensor kamera terhadap cahaya. Semakin tinggi setting ISO semakin sensitif sensor terhadap cahaya. ISO rendah artinya lebih sedikit cahaya yang diserap sensor kamera. Sebaliknya ISO rendah menghasilkan foto lebih gelap tapi jernih dan minim nois (bintik).

ISO tinggi menghasilkan foto lebih terang tapi lebih nois. Cara menyiasati adalah dengan menaikkan ISO, membuka diafragma sebesar mungkinm, atau mengguanakan penyangga kamera atau tripod, meja atau yang lainnya dan menggunakan flash (blitz).

Seorang fotografer yang sudah menguasai prinsip pengaturan, aperture/ diafragma, sutter speed dan ISO secara manual akan bisa menghasilkan foto yang menarik. Yaitu foto yang bisa bercerita sendiri meskipun tanpa caption dan juga memiliki komposisi yang tepat.

Mieke Lewis (tengah berdiri baju putih) bergambar bersama blogger (foto dok Mieke)

Mieke Lewis (tengah berdiri baju putih) bergambar bersama blogger (foto dok Mieke Lewis)

Komposisi Dasar

Dalam dunia fotograpy dikenal istilah komposisi. Adapun komposisi itu yaitu penempatan berbagai elemen yang akan dimasukkan pada bidang gambar. Elemen mencakup garis, letak, bentuk, warna dan pencahayaan sehingga menjadi POI ( Point Of Interest) atau titik pusat perhatian yang langsung menarik perhatian bagi orang yang melihatnya. Adapun komposisi dasar yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

  1.  The rule of Thind
  2. Refleksi
  3. Framing
  4. Vertikal dan Horisontal
  5. Background dan Foreground
  6. Warna
  7. Garis
  8. Angel of View
  9. Perspektif

Menurut Mieke Lewis, seorang fotografer seharusnya pandai mengoperasikan photoshop, tujuannya untuk membuat digital image atau rekayasa gambar supaya terlihat efek lebih menarik. Dan jika pada kondisi cahaya minim, speed untuk menangkap cahaya biasanya lambat yang efeknya adalah gambar goyang dan blur. Untuk menambah speed, yaitu dengan cara:

  • Menaikkan ISO
  • Membuka Diafragma sebesar mungkin
  • Menggunakan penyangga kamera (tripod, meja dll)
  • Menggunakan lampu flash (Blitz)
Fotografer, Belajar Memotret, Kamera Ponsel

Mieke Lewis: fotografer, dosen dan gayanya yang lain saat latihan senam (sumber foto FB Mieke)

Mieke juga mengatakan bahwa, terkadang kamera tidak mau menjepret kalau objeknya terlalu gelap atau objeknya diluar kemampuan lensa.

”Jadi mari kita memaksimalkan kamera yang kita punya,” kata Mieke saat berbicara pada acara workshop yang digelar Liputan6 Jakarta bertema “Simple Guide To Creative Photography”, Sabtu, 11 Maret 2017, di gedung SCTV Tower lantai 14 Senayan Jakarta Selatan.

Terima kasih kepada Pak Sobari admin dari komunitas Tau Dari Blogger (TDB). Juga Mas Hutomo dari Forum Liputan6 yang memfasilitasi acara ini. Semoga ilmu yang kami peroleh ini bisa bermanfaat. Amin (Nur Terbit)

PANTAI LOSARI Kota Makassar, Sulawesi Selatan (foto: Nur Terbit)

PEMANDANGAN PANTAI LOSARI Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pengambilan foto menggunakan kamera handphone (foto: Nur Terbit)

4 Comments

    • Iya sih mas Deddy Huang. Sementara kelas fotografinya di Jakarta. Mungkin nanti juga ada di Palembang. Tapi melihat blog dan hasil foto traveling mas Deddy, wah sudah profesional deh kayaknya hehehe….terima kasih sdh mampir…salam

    • Mas Uwan, saya juga sama, baru belajar juga. Megang kamera DSLR sudah lama sekali semasih jadi wartawan di koran harian sore, itu pun hanya selinganaja kalau fotografer kami berhalangan atau tugas lain, saya lebih fokus menulis berita. Sekarang mau belajar lagi, cuma gak punya DLSR jadi cukup via handphone ajalah…hahah tks sdh mampir

Leave a Comment