Kuliner

Fiva Food, Dari Usaha Daging Tetelan Hingga Tembus Super Market

Cornet Ayam hasil demo masak bersama juru masak Fiva Food (foto : Nur Terbit)
Written by nurterbit

Anda blogger yang suka kuliner? / Pernah menulis soal demo masak?/ Punya blog pribadi dan masih eksis?/ Punya Instagram minimal 1500 followers?

Empat dari sekian banyak pertanyaan ini muncul tiba-tiba di akun grup Whats App (WA) saya hari itu. Dalam sekejap sudah berderet nama-nama blogger yang mendaftarkan diri. Sejumlah akun media sosial terpampang berikut angka jumlah follower masing-masing, tentu sesuai persyaratan yang diminta panitia pengundang.

“Wah sayang banget, follower Instagram saya baru 1490, dikit lagi ya? Padahal saya juga kepengen ikut,” kata saya di komentar WA, seolah berharap ada yang bisa memberi solusi. Beberapa saat tidak ada respon dari teman blogger, sampai kemudian ada yang menimpali.

“Coba buka Instagramnya Bang Nur, kayaknya sudah lebih tuh dari 1500 follower-nya. Saya dan teman-teman bantuin biar bisa mencapai target,” tulis Kang Dudi Iskandar, Ketua #KelasBlogger, komunitas blogger yang sering mengadakan acara kopi darat (kopdar) dirangkaikan pelatihan gratis.

Benar juga. Instagram saya: www.instagram.com/nurterbit sudah melampaui angka 1500. Waduh senang rasanya. Ini karena follower asli, real, bukan follower abal-abal yang bisa “dibeli”. Sama sekali bukan. Terima kasih para followerku…

Begitulah awalnya. Saya dapat undangan dari seorang teman blogger. Satu kehormatan diundang menyaksikan demo masak sekaligus kunjungan pabrik satu usaha daging olahan. Yang menarik, dilakukan seleksi lebih dahulu oleh pihak pengundang. Dalam hal ini pihak dari Fiva Food.

Baca Juga : 5 Alasan Memilih Fiva Food Untuk Menu Ramadhan

Usaha pengolahan daging ini mulai dirintis sejak tahun 1983. Waktu itu pendiri Fiva Food, yakni Ibu Betsy Monoarfa, masih bekerja di luar pegawai pegawai di salah satu instansi. Lalu Opa (ayah ibu Betsy) mengarahkan lebih serius ke bidang usaha home industri.

Lalu dipersiapkan surat lengkap mengenai perizinan. Usaha ini diawali dengan hanya 3 karyawan, sekarang sudah 80 karyawan. Awal usaha dirintis, cuma menempati ruangan sempit ukuran 1,5 kali 7 meter di salah satu rumah di pojok Jalan Salak Blok A, sebuah komplek perumahan di daerah Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat.

“Dimulai dengan hanya membeli daging beku dari pasar, lalu dibikin dan dikemas sedemikian rupa agar terjaga dari sisi kesehatan, dibekukan, dengan porsi satu kali makan. Sederhana sekali. Nah daging itulah kemudian dipasarkan dalm jumlah masih terbatas,” kata Yosy Revalio, General Manager Fiva Express!

Kemudian setelah punya sedikit modal, daging olahan tersebut ditambah dengan daging giling, lalu bikin burger. Hasil penjualannya dan tambahan sedikit modal, lalu dipakai menyicil rumah hingga bisa terbeli satu unit.

“Rumah inilah kemudian dibikin pabrik, lalu beli tanah lagi, selanjutnya dijadikan head office sekaligus pabrik. Di dalamnya ada kantin karyawan,” kata Yosy Revalio.

Usaha ini kemudian sedikit demi sedikit berkembang. Bahkan sudah bisa melayani permintaan banyak dari pengelola ketring. Mulai dipercaya oleh klien. Salah satunya menyuplai makanan ketring ke maskapai Garuda.

Produk Fiva Food pada tahun 2000, baru ada dijual di pasar tradisional. Setelah tahun 2014, sudah masuk ke pasar modern seperti super market dan lain-lain.

Kunci keberhasilan dan kepercayaan dari klien, tidak lain karena adanya upaya yang terus-menerus kualitas pelayanan. Pokoknya, kualitas jangan sampai turun. Kompromikan dengan permintaan pasar.

Untuk kelancaran usaha dan kepastian jaminan produk yang memenuhi standar kesehatan, Fiva Food sudah mengantongi izin edar dari BPOM, Kementerian Kesehatan, sebagai salah satu persyaratan.

“Awalnya produk Fiva kami jual seharga Rp7000 untuk satu paket berisi tujuh potong daging olahan. Padahal di luar, dengan harga yang sama sudah bisa dapat sekilo hahaha…”, cerita Ibu Betsy Monoarfa, alumni Teknologi Pangan Institut Teknologi Bandung (ITB) seperti dikutip putranya, Yosy.

Komunitas #KelasBlogger bergambar bersama GM Fiva Food, Yosy Revlio (foto : Salman)

Komunitas #KelasBlogger bergambar bersama GM Fiva Food, Yosy Revalio (foto : Salman)

Soal promosi, diakui kalau budget yang dimiliki Fiva masih kecil, jadi lebih memilih sarana media sosial seperti Instagram, Facebook, Web dan lain-lain. Begitu juga dengan transport pengiriman barang pesanan dari pelanggan.

Fiva tidak menggunakan motor online, tapi punya armada sendiri, agar bisa terjaga barang pesanan pelanggan yang harus selalu dalam kondisi dingin dari pabrik.

“Jadi pelanggan yakin betul bahwa pesanan yang mereka terima adalah benar-benar baru, ya baru keluar dari pabrik”.

Order barang lewat website, juga bisa dilayani. Caranya produk tersebut sebelumnya disalurkan ke depo (cabang usaha Fiva) di daerah. Sekarang baru punya 2 depo ekspress, Depok dan SMA 216 Jakarta.

“Untuk bisa jadi Depo Ekspress, harus sanggup mengantar sendiri pesanan pelanggan, barulah bisa dijadikan depo Fiva Ekspress,” kata Frisch Monoarfa, salah satu anggota keluarga pemilik usaha Fiva Food.

Hari itu, kami rombongan blogger diajak menyaksikan demo masak. Usai demo, menu masakan yang diperagakan tadi, kemudian kami santap beramai-ramai di tepi kolam renang. Maklum, sudah masuk waktu bersantap siang.

Jangan tanya apakah makanan tadi langsung ludes? Ya, nggaklah. Difoto dulu, diupload dulu ke media sosial. Namanya juga blogger. Bukannya baca “Bismillah” atau berdoa dulu sesuai keyakinan sebelum menyantap makanan, eh ini mah difoto dulu hahaha…

Usai santap siang, acara dilanjutkan dengan kunjungan ke pabrik, yang lokasinya berada satu areal tempat demo masak.

Adapun harga produk Fiva Food yang ditawarkan: Kornet ayam 15 ribu, Rolade Sapi 18 ribu, Sosis sapi 20 ribu. Fiva juga menyiap paket daging tetelan. Adapun tetelan itu, adalah potongan daging yang kondisinya tidak rapih. Masi perlu diolah sendiri di rumah.

Ada juga promo menarik yakni: ‘buy 3 get 1 all item”. Berlaku mulai terhitung 10 hari sebelum puasa dan 10 hari sebelum lebaran.

“Selama Ramadhan Fiva menambah stok 50 persen. Ini untuk mengantisipasi dan melayani permintaan pelanggan selama Ramadhan. Bebas ongkos kirim alias “free ongkir” untuk pesanan se Jabodetabek,” kata Sugeng, Supervisor Fiva Express! (Nur Terbit)

4 Comments

Leave a Comment